Berita ini sebagian ane ambil dari beberapa sumber,
Sekitar pukul 11 mlm tadi ane yg domisili di semarang merasakan sdkit getaran dan bunyi seperti gemuruh hujan, selang beberapa lama rekan ane yang ad di perbatasan jatim jateng memberi info bahwa gunung kelud meletus dan erupsi, sampai pagi ini efek hujan debu terasa sampai cilacap. Dari update yang kami terima, arah debu vulkanik tersebut menuju barat pulau jawa, yang berimbas dari blitar, solo, wonogiri, yogya klaten sala tiga, dan info trakhir cilacap. Untuk update foto akan ane cba usahain karena semua ad di file hp dan blm bisa upload. Mngkin agan ad yg mau bantu upload nanti ane kirim via wa untuk situasi terakhir.
Oh ya ini ane dpt berita dan sumber nya biar lbh valid.
Liputan6.com, Cilacap : Hujan abu akibat erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur pada Kamis 13 Februari 2014 malam juga menyebar ke berbagai tempat di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (14/2/2014) pagi ini.
Sejumlah ruas jalan maupun atap rumah warga di Cilacap terlihat berwarna putih akibat tertutup abu. Salah seorang pedagang makanan keliling di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Sarno (37) mengatakan abu dari Gunung Kelud cukup tebal. "Saya terpaksa pakai payung agar boks tempat makanan ini tidak terkena debu," katanya.
Warga Desa Kalikudi, Cahya (28) mengaku baru mengetahui adanya hujan abu saat hendak mandi, sekitar pukul 06.00 WIB. Bahkan, kata dia, sekitar pukul 04.00 WIB sempat terjadi hujan gerimis yang disertai petir.
"Saat hendak mandi, saya lihat atap kamar mandi yang terbuat dari plastik transparan tampak berwarna putih. Saya baru menyadari kalau itu debu," katanya. Selain di Cilacap, hujan abu akibat erupsi Gunung Kelud dilaporkan menjangkau Desa Kalibening, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara.
Kepala Desa Kalibening Kodim mengatakan, ketebalan abu vulkanik di jalan maupun atap rumah warga mencapai kisaran 0,5-1 centimeter. "Meskipun terjadi hujan abu, aktivitas warga tetap berjalan normal," kata dia melalui saluran telepon.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, pada Kamis pukul 21.15 WIB, sedangkan letusan terjadi mulai pukul 22.56 WIB. (Ant/Riz)
Liputan6.com, Kediri : Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Bandung (PVMB) mengatakan, magma Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terus berusaha naik.
Berita Terkait
Bandara Solo Ditutup Akibat Abu Gunung Kelud, Jarak Pandang 25 Cm
Hujan Abu Erupsi Kelud di Surabaya, Jarak Pandang Sangat Terbatas
"Pusat tekanan diketahui antara 2-3 kilometer di bawah Gunung Kelud. Dan itu dia (magma) terus berusaha naik," kata Pelaksana Tugas Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG Gede Suantika yang ditemui di Pos Pengamatan Gunung Api Kelud, Kediri, Kamis (13/2/2014).
Ia mengatakan jumlah kegempaan terutama vulkanik dangkal semakin lama kian meninggi. Ketinggian itu diketahui selama 4 hari terakhir.
Pada Rabu 12 Februari 2014, pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, gempa vulkanik dalam mencapai 39 kali, gempa vulkanik dangkal mencapai 208 kali, gempa low frequency 86 kali, serta suhu air yang mencapai 57,7 derajat Celcius.
Sementara pada 06.00 WIB sampai 12.00 WIB, gempa vulkanik dalam 83 kali, gempa vulkanik dangkal 245 kali, gempa low frequency mencapai 65 kali, dan suhu turun menjadi 57,4 derajat Celcius.
Suantika menyebut, jarak magma bisa keluar hanya sekitar 0,5 kilometer sampai 1 kilometer saja. Namun apakah erupsi nantinya bersifat eksplosif atau efusif, ia belum mengetahui.
"Erupsi itu ada dua tipe, letusan atau leleran lava. Yang berbahaya itu letusan," jelas dia.
Ia menuturkan, melihat kegempaan terutama gempa vulkanik dangkal, bisa jadi erupsi kian cepat terjadi. Selain itu, suhu kawah juga sudah di atas normal dan terlihat terus naik. Suhu puncak saat erupsi bisa mencapai 70 derajat Celcius.
Berdasarkan pengalaman, kata dia, erupsi bisa terjadi sampai hitungan bulan yang ditandai dengan semakin tingginya gempa vulkanik dangkal. Saat ini, gempa itu masih bisa dihitung, sementara jika benar-benar terjadi erupsi, kegempaan sudah tidak bisa dihitung lagi dan bisa mengarah ke gempa tremor.
Sementara itu, aktivitas warga di sekitar kaki Gunung Kelud masih seperti biasanya. Mereka tetap berladang, panen, ataupun aktivitas lainnya. Namun mereka juga sudah berkemas membawa barang yang diperlukan jika Gunung Kelud erupsi. Mereka membawa baju ataupun surat berharga lainnya.
Di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, terdapat 1.200 jiwa, yang semuanya akan siap mengungsi jika Gunung Kelud erupsi. Perangkat desa setempat menyiapkan 31 titik kumpul untuk evakuasi warga.
Di Kabupaten Kediri, ada sekitar 66 ribu jiwa yang harus dievakuasi jika terjadi erupsi pada Gunung Kelud. Mereka adalah warga di 4 kecamatan yang terdampak langsung bencana letusan, yaitu dari Kecamatan Ngancar, Kepung, Plosoklaten, dan Puncu. (Ant/Ali/Sss)
Liputan6.com, Kediri : Aktivitas vulkanik Gunung Kelud terus meningkat sejak statusnya ditetapkan menjadi Siaga, Minggu 9 Februari lalu. Dalam pantauan petugas pos pengamatan Sugihwaras, Kediri, tingkat kegempaan Gunung Kelud meningkat berkisar 120-150 kali tiap 6 jam.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (13/2/2014), suhu air kawah pun meningkat 4 derajat dari 52 menjadi 56 derajat celcius. Ini mengisyaratkan adanya pergerakan magma di dalam perut gunung.
Selain di pos pengamatan Sugihwaras, aktivitas vulkanik Gunung Kelud juga dipantau terus-menerus di Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung. Meski terus meningkat, erupsi gunung diperkirakan belum akan terjadi dalam waktu dekat.
PVMBG mengimbau warga untuk selalu waspada dan tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari puncak gunung. Apalagi Gunung Kelud mulai mengeluarkan asap dan bahkan ada laporan sejumlah satwa liar sudah mulai meninggalkan hutan di lereng gunung.
Kemarin tenda-tenda pengungsian sudah berdiri di Lapangan Wates dan Segaran, Kediri, Jawa Timur. Tenda-tenda ini disiapkan untuk menampung warga jika sewaktu-waktu Gunung Kelud Meletus. Selain tenda, peta jalur evakuasi juga sudah mulai disosialisaikan. (Dan/Mut)