Organisasi Reporter Tanpa Batas memperingatkan munculnya tren sensor ala Cina yang dikembangkan sejumlah negara di Asia, selain juga keberadaan "wilayah terlarang" bagi wartawan termasuk di Indonesia.
Quote:
Dalam pidato sesaat setelah penunjukkan dirinya sebagai sekretaris jenderal Partai Komunis Cina PKC, November 2012, Xi Jinping secara langsung menyampaikan pesan kepada para wartawan: “Kawan-kawan pers, Cina perlu belajar lebih banyak tentang dunia, dan dunia juga perlu belajar lebih banyak tentang Cina. Saya harap Anda akan terus berusaha lebih dan berkontribusi memperdalam saling pengertian diantara Cina dan negara-negara di dunia.“
Celaka bagi para wartawan yang mengira bahwa yang Xi maksud saat itu adalah ”Gambarkan kenyataan Cina secara telanjang”, karena sebetulnya yang dimaksud ketika itu adalah ”Ikuti propaganda partai secara harafiah!” Sejak pidato itu, pemerintah Cina telah menangkap lebih banyak wartawan dan blogger, bersikap lebih keras terhadap para pembangkang di internet, memberlakukan kontrol isi online dan menyensor serta meningkatkan pembatasan atas media asing.
Luo Changping, wartawan yang dipaksa meninggalkan majalah Caijing November lalu, Liu Hu, seorang reporter ditangkap karena tuduhan menyebarkan “informasi palsu”, dan harian New York Times termasuk diantara wartawan dan media massa yang baru-baru ini dijatuhi hukuman karena laporan penyelidikan yang mereka lakukan. Para aktivis hak asasi manusia dan blogger pembangkan seperti Xu Zhiyong dan Yang Meodong, dipenjara atas tuduhan palsu, adalah deretan nama yang harus membayar mahal karena menampilkan Cina secara ”telanjang”.
“Pemberian arahan harian” kepada media tradisional dari Departemen Propaganda. Sensor internet secara terus menerus, bertambahnya jumlah keputusan pengadilan untuk menahan dan menangkap banyak wartawan dan para pengguna internet (termasuk penerima Nobel Perdamaian 2010 Liu Xiaobo) telah membuat Cina menjadi model bentuk represi dan sensor di dunia. Adopsi atas model represi itu sayangnya kini semakin meluas di kawasan Asia.
Vietnam mengambil langkah melakukan kontrol atas informasi ke titik yang dekat dengan saudara tua Cina. Para penyedia informasi independen menjadi subyek pengawasan internet, pemberlakuan aturan yang kejam, gelombang penangkapan dan pengadilan sesat. Vietnam kini menjadi Negara terbanyak ke-dua dunia yang memenjarakan para blogger dan pengguna internet. Dari 34 blogger yang saat ini ditahan, 25 ditangkap sejak Nguyen Phu Trong menjadi sekretaris jenderal partai 2011.
Partai memberlakukan sensor ke sebuah level baru pada September tahun lalu, ketika mengeluarkan Dekrit 72 yang melarang penggunaan blog dan jejaring sosial untuk berbagi informasi tentang perkembangan berita. Itu menunjukkan bahwa partai sedang melancarkan perang habis-habisan melawan generasi baru internet, yang dilihat sebagai sumber informasi alternatif yang berbahaya bagi media tradisional yang telah mereka jinakkan.
dw.de