- Beranda
- Berita dan Politik
Ini daftar para Caleg "NEKAT" 2014
...
TS
darelaksa
Ini daftar para Caleg "NEKAT" 2014
Assalamu'alaikum...
Moga gak
Spoiler for Cek no repsol:
Quote:
Bagi sebagian orang, menjadi calon legislatif (caleg)tentu saja harus bermodal besar. Di tengah situasi masyarakat yang pragmatis, ongkos politik akan begitu besar. Nah, berikut ini adalah para caleg yg "nekat" gan karena tanpa modal popularitas dan biaya yg besar mereka mendaftarkan diri jadi wakil rakyat. Berikut adalah mereka:
Berprofesi tukang parkir & Kuli
:
Spoiler for Berita:
Spoiler for Pic:
Soleh yang diusung Partai Golkar untuk menduduki kursi DPRD Surabaya memang berasal dari kalangan sederhana. Saat ini ia menggantungkan hidupnya dari usaha membuka warung di daerah Kalikepiting, Surabaya. Ia juga pernah sebagai menjadi tukang parkir, kuli bangunan hingga menjadi staf di salah satu sekolah. Soleh tercatat aktif dalam kegiatan pengajian, dan kegiatan sosial lainnya.
"Kampanye saya ini cukup sederhana. Segala persiapan kampanye, seperti komputer, printer dan alat peraga lainnya, sudah saya siapkan di warung," ungkap Soleh, saat ditemui Liputan6.com, di Surabaya, Sabtu (11/1/2014).
Ayah satu anak ini menjelaskan, meski berhadapan dengan para caleg lain yang memiliki modal cukup kuat, Soleh mengaku tidak khawatir. Lantaran dirinnya sudah memiliki strategi sendiri dalam berkampanye. Cara yang ia lakukan itu dengan menggunakan metode door to door, pengajian dan pendampingan terhadap para remaja. Karena itu, ia menargetkan perolehan 7.000hingga 7.500 suara dalam pemungutan suara nanti.
Selain itu, Soleh juga berjanji siap untuk meninggalkan kursi dewan dalam waktu 3 bulan jika tidak melaksanakan amanah yang dijanjikannya. Bahkan, dirinya telah menandatangani 9 kontrak politik diatas materai untuk menjalankan amanah rakyat jika kelak terpilih menjadi anggota DPRD kota Surabaya, periode 2014 - 2019.
Beberapa kontrak politik yang ditandatanganinya itu salah satunya adalah 60 persen gaji sebagai anggota DPRD Surabaya beserta sebagian rejeki yang halal akan disumbangkan kepada pihak yang dapat dipercaya untuk mengemban amanah masyarakat Surabaya.
Tukang Sol Sepatu
Spoiler for Berita:
Spoiler for Pic:
Hartoyo Jabaruddin.
Pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 5 Agustus 1973 ini punya pandangan lain. Bapak dua anak yang berprofesi sebagai tukang sol sepatu ini percaya diri maju menjadi caleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2014-2019 meski modal minim.
Bagi Hartoyo, modal dalam pengertian uang, meski tetap diperlukan, adalah nomor dua. Yang terpenting baginya rajutan kekerabatan sosial yang telah lama ia jalin.
Meski harus berhadapan dengan caleg bermodal tebal, Hartoyo tak gentar. Tekadnya sudah bulat. Dia pun maju melalui Dapil Denpasar Timur dengan nomor urut 9.
Sejak berkecimpung di PKS 15 tahun silam, Hartoyo sudah banyak berbuat untuk masyarakat. Utamanya basis suara muslim yang ia bidik menjadi kantong suaranya.
"Jika nanti terpilih, artinya saya dipilih oleh Tuhan dan masyarakat. Tinggal menjalaninya sebaik-baiknya. Saya berharap penuh untuk bisa berbuat baik dan bermanfaat untuk masyarakat," kata Hartoyo diplomatis.
Tukang Jahit
Spoiler for Berita:
MEDAN - Seorang penjahit di Medan, Sumatera Utara, Hasrul Caniago, nekat menyalonkan diri menjadi wakil rakyat.
Warga Jalan Bromo Ujung, Kecamatan Medan Area, Sumatera Utara terdaftar menjadi caleg untuk daerah pemilihan (Dapil) I Kota Medan dari Partai Hanura.
Hasrul yang sudah merintis usahanya sejak 1992 itu sebenarnya tidak memiliki niat untuk menjadi caleg, namun karena panggilan hati dan diusung warga, dia memberanikan diri maju sebagai caleg.
Jika dirinya terpilih, Hasrul berjanji akan memberikan kontribusinya kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Namun sebaliknya, jika dia tak terpilih, dia tak patah arang dan akan meneruskan usaha menjahitnya.SUMUR
Warga Jalan Bromo Ujung, Kecamatan Medan Area, Sumatera Utara terdaftar menjadi caleg untuk daerah pemilihan (Dapil) I Kota Medan dari Partai Hanura.
Hasrul yang sudah merintis usahanya sejak 1992 itu sebenarnya tidak memiliki niat untuk menjadi caleg, namun karena panggilan hati dan diusung warga, dia memberanikan diri maju sebagai caleg.
Jika dirinya terpilih, Hasrul berjanji akan memberikan kontribusinya kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Namun sebaliknya, jika dia tak terpilih, dia tak patah arang dan akan meneruskan usaha menjahitnya.SUMUR
Petani
Spoiler for Berita:
PONOROGO - Dengan tekun, Ruslan mencabut rumput di areal persawahan miliknya. Seperti biasanya, warga Desa Purbosuman, Kecamatan Siman, Ponorogo, itu beraktifitas seperti kebanyakan petani lain di desanya.
Ruslan memutuskan untuk maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) untuk DPRD Kabupaten Ponorogo dari Partai NasDem. Dia mendapat nomor urut dua meliputi Kecamatan Ngebel, Pudak, Sooko dan Sawo.
Dengan berbekal sebagai ketua kelompok tani di desanya, Ruslan memberanikan diri untuk maju sebagai caleg, meskipun dia tak memiliki modal besar.
Dia menuturkan alasanya ingin menjadi anggota dewan karena miris melihat kondisi petani. Seperti saat musim tanam, pupuk menjadi langka. Pemda dan anggota DPRD setempat tak ada yang peduli dengan kelangkaan pupuk itu.
Modal kecil, semangat besar dan niat baik itulah yang menjadi landasan pria berumur 54 tahun itu yakin bisa lolos menjadi anggota dewan. Mungkinkah cita-cita Ruslan terwujud?SUMUR
Ruslan memutuskan untuk maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) untuk DPRD Kabupaten Ponorogo dari Partai NasDem. Dia mendapat nomor urut dua meliputi Kecamatan Ngebel, Pudak, Sooko dan Sawo.
Dengan berbekal sebagai ketua kelompok tani di desanya, Ruslan memberanikan diri untuk maju sebagai caleg, meskipun dia tak memiliki modal besar.
Dia menuturkan alasanya ingin menjadi anggota dewan karena miris melihat kondisi petani. Seperti saat musim tanam, pupuk menjadi langka. Pemda dan anggota DPRD setempat tak ada yang peduli dengan kelangkaan pupuk itu.
Modal kecil, semangat besar dan niat baik itulah yang menjadi landasan pria berumur 54 tahun itu yakin bisa lolos menjadi anggota dewan. Mungkinkah cita-cita Ruslan terwujud?SUMUR
Penjual Es
Spoiler for Berita:
BONDOWOSO- Seorang perempuan di Kota Bondowoso, Jawa Timur, Nuzulunia Maghfiroh, ikut menjadi calon legislatif. Dia akan bertarung untuk memperebutkan satu kursi di DPRD Provinsi.
Sehari-hari, dia menjual es di Jalan Raya Olahraga, Kelurahan Dabasah, Kota Bondowoso. Firoh, begitu dia biasa disapa tercatat sebagai warga Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso.
Selama ini, caleg dari Partai NasDem itu menilai, rakyat miskin terutama kaum perempuan selalu terabaikan.
Firoh punya siasat agar lebih dikenal masyarakat. Dia mensosialisasikan diri dengan membagi-bagikan kartu nama kepada semua pembeli esnya. Meski tak punya uang untuk kampanye, Firoh tak takut bersaing dengan caleg berduit.
Firoh berani memasang janji tidak akan korupsi jika terpilih sebagai anggota DPRD.(Sumur)
Sehari-hari, dia menjual es di Jalan Raya Olahraga, Kelurahan Dabasah, Kota Bondowoso. Firoh, begitu dia biasa disapa tercatat sebagai warga Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso.
Selama ini, caleg dari Partai NasDem itu menilai, rakyat miskin terutama kaum perempuan selalu terabaikan.
Firoh punya siasat agar lebih dikenal masyarakat. Dia mensosialisasikan diri dengan membagi-bagikan kartu nama kepada semua pembeli esnya. Meski tak punya uang untuk kampanye, Firoh tak takut bersaing dengan caleg berduit.
Firoh berani memasang janji tidak akan korupsi jika terpilih sebagai anggota DPRD.(Sumur)
Tukang Parkir
Spoiler for Berita:
Spoiler for Pic:
Pria itu adalah Sudarianto, tukang parkir yang sudah mengabdikan diri di Pasar Tradisional Biromaru selama 14 tahun. Berdalih mengemban amanah rakyat, dirinya mengaku optimis dapat meraih simpatik masyarakat.
"Saya maju jadi caleg karena prihatin dengan kondisi rakyat, terutama nasib tukang parkir di Sigi, menyedihkan," ungkap pria tamatan SMA itu, Senin (6/1/2014).
"Tim sukses saja tidak punya, apalagi modal. Ya saya cuma mengandalkan silaturahmi dengan para pengendara yang menjadi langganan saya," ungkapnya.
Saat ini, dirinya mengaku sedang menggalang solidaritas kepada sesama tukang parkir untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat. Sudarianto pun tak segan bila harus mendatangi masyarakat dari satu pintu ke pintu lainnya untuk berdialog langsung.
PEMULUNG
Spoiler for Berita:
TRIBUNPEKANNBARU.COM, PEKANBARU- Fauzi Chaidir tampak santai menyambut kedatangan tamu-tamunya meski hanya mengenakan pakaian yang tampak lusuh dan sedikit berbau sampah.
Ayah yang dianugerahi tiga orang anak ini tengah bersiap menjalankan aktivitasnya memungut sampah ke rumah-rumah warga di Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Riau.
Profesi yang mungkin dipandang sebelah mata bagi sebagian besar kelompok masyarakat. Namun pekerjaan itu telah ditekuninya sejak delapan tahun silam.
"Semuanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Membiaya pendidikan anak, dan untuk nabung buat jadi caleg (calon legislatif)," kata Fauzi yang duduk bersila di ruang tamu sebuah rumah sangat sederhana.
"Dari Oleh dan Untuk Kita" adalah moto Fauzi untuk mempromosikan diri meraih cita-citanya menjadi legislator. Frasa-frasa dalam pedoman memotivasi tersebut terdengar janggal.
Namun inilah janji politik sang tukang pemungut sampah ; "Semoga retribusi sampah gratis terwujud," ujarnya.
Fauzi Chaidir pada musim pemilihan legislatif 2014 mendatang maju sebagai caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru Daerah Pemilihan (Dapil) V (Kecamatan Tampan dan Payung Sekaki) pada nomor urut 8.
Siapa yang sangka, jika sebenarnya kader partai poliotik ini ternyata menjabat sebagai Wakil Sektretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN Riau.
"Sejak awal berdirinya PAN tahun 1998, saya sudah bergabung menjadi kader. Mulai dari inisiator pelebaran sayap, hingga akhirnya menjadi Sekretaris di tingkat kecamatan (DPC) hingga menjabat Wakil Skretaris DPD Riau saat ini," kata Fauzi yang juga menjadi ketua RW ditempat tinggalnya itu. (antara)
Ayah yang dianugerahi tiga orang anak ini tengah bersiap menjalankan aktivitasnya memungut sampah ke rumah-rumah warga di Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Riau.
Profesi yang mungkin dipandang sebelah mata bagi sebagian besar kelompok masyarakat. Namun pekerjaan itu telah ditekuninya sejak delapan tahun silam.
"Semuanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Membiaya pendidikan anak, dan untuk nabung buat jadi caleg (calon legislatif)," kata Fauzi yang duduk bersila di ruang tamu sebuah rumah sangat sederhana.
"Dari Oleh dan Untuk Kita" adalah moto Fauzi untuk mempromosikan diri meraih cita-citanya menjadi legislator. Frasa-frasa dalam pedoman memotivasi tersebut terdengar janggal.
Namun inilah janji politik sang tukang pemungut sampah ; "Semoga retribusi sampah gratis terwujud," ujarnya.
Fauzi Chaidir pada musim pemilihan legislatif 2014 mendatang maju sebagai caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru Daerah Pemilihan (Dapil) V (Kecamatan Tampan dan Payung Sekaki) pada nomor urut 8.
Siapa yang sangka, jika sebenarnya kader partai poliotik ini ternyata menjabat sebagai Wakil Sektretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN Riau.
"Sejak awal berdirinya PAN tahun 1998, saya sudah bergabung menjadi kader. Mulai dari inisiator pelebaran sayap, hingga akhirnya menjadi Sekretaris di tingkat kecamatan (DPC) hingga menjabat Wakil Skretaris DPD Riau saat ini," kata Fauzi yang juga menjadi ketua RW ditempat tinggalnya itu. (antara)
Dan Lain-Lain (Rangkuman)
saking banyaknya gan
Spoiler for Berita:
Spoiler for Kuli Bangunan:
Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (24/1/2014), menayangkan, Sarono salah satu contoh pas bahwa menjadi calon anggota legislatif, bukan dominasi mereka yang memiliki modal kuat, dan berpendidikan tinggi. Warga desa karang tengah, Sragen, Jawa Tengah ini, sehari hari adalah pekerja bangunan. Namun ia bertekad menjadi caleg agar bisa memperjuangkan orang keciil seperti dirinya.
Meski tak bermodal uang, Sarono paling tidak memiliki modal sosial. Di desanya, ia menjadi ketua paguyuban warga yang memberikan modal bergulir bagi pedagang kecil yang membutuhkan dan gerakan ini pun terus membesar.
Meski tak bermodal uang, Sarono paling tidak memiliki modal sosial. Di desanya, ia menjadi ketua paguyuban warga yang memberikan modal bergulir bagi pedagang kecil yang membutuhkan dan gerakan ini pun terus membesar.
Spoiler for Penjual Es Batu Keliling:
Di Semarang, Jawa Tengah, Ari Munanto seorang penjual es batu keliling yang merupakan warga Desa Klepu, Kecamatan Pringapus, juga maju sebagai caleg DPRD Kabupaten Semarang. Tak banyak yang ia persiapkan.
Ari pun maju bukan berbekal uang. Tapi pengalamannya bergabung dalam organisasi serikat buruh yang ia harapkan bisa menjadi modal berjuang saat terpilih menjadi wakil rakyat.
Ari pun maju bukan berbekal uang. Tapi pengalamannya bergabung dalam organisasi serikat buruh yang ia harapkan bisa menjadi modal berjuang saat terpilih menjadi wakil rakyat.
Spoiler for Penjual Koran:
Lain lagi di Banyumas, Jawa Tengah, Sri Hariyanto, seorang penjual koran yang tak gentar bersaing menjadi anggota DPRD Kabupaten Banyumas pada Pemilu 2014. Ia juga menggunakan kesempatan berkeliling mengantarkan koran untuk berkampanye dengan membagikan kalender bergambar dirinya kepada para langganan.
Setiap hari, Sri Hariyanto mangkal di sebuah kios kecil sebagai tempat berjualan koran di Kota Purwokerto. Di kios itu terpampang poster Sri Hariyanto sebagai caleg dari sebuah partai politik. Setiap mengantarkan koran ke para langgananya, tak lupa Sri Hariyanto menyelipkan poster serta kalender bergambar dirinya. Kampanye itu dinilai efektif, sebab tak membutuhkan banyak biaya, bisa di lakukan sendiri, dan tanpa ada tim sukses.
Setiap hari, Sri Hariyanto mangkal di sebuah kios kecil sebagai tempat berjualan koran di Kota Purwokerto. Di kios itu terpampang poster Sri Hariyanto sebagai caleg dari sebuah partai politik. Setiap mengantarkan koran ke para langgananya, tak lupa Sri Hariyanto menyelipkan poster serta kalender bergambar dirinya. Kampanye itu dinilai efektif, sebab tak membutuhkan banyak biaya, bisa di lakukan sendiri, dan tanpa ada tim sukses.
Spoiler for Badut Keliling:
Sukirno lebih dikenal dengan sebutan Pak Gareng. Sehari-hari ia menjadi badut untuk menghibur anak-anak. Sudah 10 tahun profesi itu ia jalani. Sebagai sampingan, Sukirno berjualan gas elpiji dan air galon. Siapa sangka pria 52 tahun itu kini maju menjadi calon anggota legislatif untuk DPRD Bojonegoro, Jawa Timur, dari Partai Demokrat. Pagi itu, Sukirno dibantu istrinya mempersiapkan perlengkapan badut. Profesi badut justru menjadi keuntungan baginya untuk menyosialisasikan diri kepada masyarakat. Poster bergambar Sukirno sebagai caleg tak lupa dipasang di mobilnya sebelum dia berangkat bekerja.
Dalam perjalanan menuju rumah yang hendak menyewa jasa hiburan badutnya, Sukirno memasang poster-posternya di beberapa tempat. Cara itu, menurut dia, cukup menghemat waktu biaya kampanye.
Lewat membadut, ia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya selama sepuluh tahun. Dalam sebulan, Sukirno bisa meraup keuntungan bersih Rp5-10 juta.
Di sela aksi kocaknya di hadapan anak-anak dan ibu-ibu, Sukirno lantas menyampaikan bahwa hasil pekerjaan badutnya itu akan ia pakai untuk biaya pencalegan. Ia juga sekaligus meminta restu dan dukungan warga untuk memilihnya pada Pemilu Legislatif 2014.
Selanjutnya Sukirno membagikan kartu nama dan poster bergambar dirinya kepada ibu-ibu. Di poster itu, tertulis nomor urut dan daerah pemilihannya. “Saya ingin membuktikan, profesi badut dan pedagang elpiji juga mampu ikut serta dalam pemilu,” kata dia.
Dalam perjalanan menuju rumah yang hendak menyewa jasa hiburan badutnya, Sukirno memasang poster-posternya di beberapa tempat. Cara itu, menurut dia, cukup menghemat waktu biaya kampanye.
Lewat membadut, ia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya selama sepuluh tahun. Dalam sebulan, Sukirno bisa meraup keuntungan bersih Rp5-10 juta.
Di sela aksi kocaknya di hadapan anak-anak dan ibu-ibu, Sukirno lantas menyampaikan bahwa hasil pekerjaan badutnya itu akan ia pakai untuk biaya pencalegan. Ia juga sekaligus meminta restu dan dukungan warga untuk memilihnya pada Pemilu Legislatif 2014.
Selanjutnya Sukirno membagikan kartu nama dan poster bergambar dirinya kepada ibu-ibu. Di poster itu, tertulis nomor urut dan daerah pemilihannya. “Saya ingin membuktikan, profesi badut dan pedagang elpiji juga mampu ikut serta dalam pemilu,” kata dia.
Spoiler for Sumber Berita:
Quote:
Fenomena Caleg Nekat
Adakah yang salah dengan Demokrasi kita sekarang. Seseorang bebas mendirikan Parpol. Bebas merekrut kader. Sampek mendekati pemilihan umum pun. Bebas mencari dan memilih seseorang untuk dijadikan Caleg.
Demokrasi sudah dijamin Undang-undang kita. ” Bahwa setiap warga Indonesia berhak memilih dan dipilih dalam pemilihan umum “. Jadi siapapun berhak memilih partai apapun, caleg siapapun, golongan manapun. Dan berhak dipilih sebagai wakil rakyat di pemilihan umum melalui parpol apapun.
Cuma masalahnya ketika kebebasan demokrasi ini tidak dibarengi dengan tanggung jawab dan integritas. Jadinya seperti sekarang ini. Pengkaderan berdasar uang. Cerdas, Pandai, Integritas dan Tanggung Jawab bukan ukuran.
Misal saja seperti ditayangkan di Metro TV beberapa waktu lalu. Juga disebutkan untuk menjadi caleg melalui salah satu parpol besar. Itu saja butuh dana berpuluh-puluh juta. Wajar kalau akhirnya tidak terpilih lantas jadi gila.
Rumah sakit jiwa siap-siap meraup untung tinggi mendekati pemilu seperti ini. Seperti pun pemilu 2009 lalu. Banyak Caleg gila karena tak terpilih. Jelas karena tak sedikit dana yang keluar.
Lantas salahkah demokrasi kita? Tidak ada demokrasi di dunia ini yang berhasil. Sistem ini justru dipilih oleh negara-negara Kapitalis. Tidak ada yang baik. USA? Tidak baik. Di USA pun banyak juga penyimpangan-penyimpangan.
Di Malang seorang wanita penjaga warung kopi ‘terpaksa’ maju untuk Nyaleg. Kok Terpaksa? Iya. Sebab menurut pengakuannya. Dia dipaksa sebuah parpol karena berdasar UU telah diatur 30% kuota untuk Caleg Wanita. Maka parpol tersebut bingung harus bagaimana untuk memenuhinya?
Sampai harus mencari-cari kalangan menengah kebawah. Tentu masalah rakyat ini kompleks. Perlu dipecahkan oleh kepala-kepala Cerdas, Tanggung Jawab dan berIntegritas. Bukan hanya berUang.
Idealnya parpol harus bisa melakukan kaderisasi sebaik mungkin. Termasuk dari kalangan cendekia. Yang sangat paham dibidangnya. Misal saja yang sudah berprofesi sesuai bidang-bidang yang dibutuhkan rakyat.
Menjadi tak masuk akal sangat. Jika parpol harus bingung mencari kader yang berkualitas. Padahal kini sudah tercanang ” Pemilih Cerdas, Memilih Pemimpin Berkualitas “.
Lantas bagaimana dengan sistem demokrasi ini? Salahkah? Saya yakin pendiri parpol pasti orang Cerdas. Yang ingin ikut andil menentukan nasib Pertiwi.
Tapi kalau saat ini rasa-rasanya gimana gitu. Hehehe Cerdas tapi kalah dengan sistem. Adakah kata ” terpaksa mencari Caleg seadanya? “
Teringat kembali kata-kata Bung Karno dulu:
” Kamu Bodoh?” Tidak!
” Tapi kamu dibodohi oleh Sistem itu sendiri! “
Hahahaha cocok juga kata-kata seperti ini. Dan di kesempatan kali ini saya mengajak kepada generasi muda. Jangan Golput! Sebab Golput bukan contoh Baik. Golput itu ce-esnya Cuek.
Nah mencuekkan keadaan itu tidak baik. Tahukah kau jika ” Orang yang cuek dengan keadaan, merekalah yang akan tersingkirkan? “.
Nah kalou anda lihat calon pemimpin kita itu jelek-jelek ya pilihlah yang tidak terlalu jelek. Jangan malah cuek [Golput]. Sebab jika yang terpilih nanti pemimpin yang teramat Jelek. Maka anda-lah yang telah yang memilihnya. Ini logikanya.
(red-@Handocoe_HanCel)
http://tryhandoco.blogspot.com/2014/...eg-warkop.html
http://tryhandcelluler.wordpress.com...-caleg-warkop/
Kalau ada koment bermutu dan info tambahan insyaAllah diupdate.
Diubah oleh darelaksa 28-01-2014 07:02
0
11.3K
Kutip
72
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671KThread•40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru