Biksu Ekayana: Membagikan Angpau Tidak Mendidik
Jumat, 31 Januari 2014 | 15:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Perayaan Tahun Baru China atau Imlek identik dengan pemberian angpau. Amplop merah berisi sejumlah uang tersebut diberikan kepada kerabat maupun orang kurang mampu yang bermakna berbagi rezeki.
Bagi-bagi angpau pun kerap dilakukan di lingkungan wihara. Setiap kali perayaan Imlek, banyak warga miskin yang sebagian besar pengemis mengantre di sekeliling wihara. Namun, hal seperti itu dikritik.
Menurut biksu Vihara Ekayana, Nyanagupta, tidak ada tradisi membagikan angpau oleh wihara. Pasalnya, membagi-bagi angpau tidak mendidik rakyat kecil.
"Pihak wihara tidak membagi-bagikan angpau karena hal itu tidak mendidik mereka," kata Nyanagupta, Jumat (31/1/2014).
Kalaupun ada pembagian angpau, katanya, hal itu dilakukan secara individu oleh umat yang datang berdoa ke wihara. "Kalau di sini kebanyakan masyarakat kecil yang datang anak-anak kecil. Mereka menunggu di depan pintu gerbang. Tapi kami enggak ada tradisi membagikan angpau. Paling umat secara individu yang memberi kepada mereka," tuturnya.
Vihara Ekayana terletak di Jalan Mangga II/8, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ratusan umat Tionghoa mendatangi wihara untuk berdoa memulai tahun baru. Hingga siang tadi, masih banyak umat yang datang.
http://megapolitan.kompas.com/read/2...Tidak.Mendidik
Quote:
Makna Terdalam dari Tahun Baru Imlek
Oleh Aditya Eka Prawira
Posted: 31/01/2014 08:00
Liputan6.com, Jakarta : Masyarakat Tionghoa di seluruh belahan dunia menyambut tahun baru Imlek 2565, yang jatuh pada Jumat (31/1/2014) ini. Mungkin tak banyak yang tahu, apa sebenarnya makna dari Imlek itu sendiri, dan apa saja yang harus ada ketika perayaan Imlek itu berlangsung.
Pakar Psycocybernatic, Suhu Naga yang ikut merayakan Imlek mengungkapkan bahwa Imlek merupakan satu akar budaya, di mana saat perayaan itu berlangsung, seluruh keluarga berkumpul dan bersama-sama secara khusyuk mengenang leluhurnya.
"Di saat kumpul keluarga itu juga, semuanya saling berbagi. Kita saling berbagi rezeki, semangat baru, dan hal-hal baik lainnya," kata Suhu Naga saat berbincang bersama Health Liputan6.com di Plaza Festival, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, ditulis pada Jumat (31/1/2014)
Meski tak sedikit masyarakat yang merayakan Imlek dengan segala `aturan` budayanya, namun ada beberapa hal yang tidak boleh dilupakan dan harus ada selama perayaan Imlek berlangsung. Apa saja?
1. Lilin besar
Lilin besar berwarna merah harus ada di tiap perayaan Imlek. Dikatakan Suhu Naga, lilin merah tersebut melambangkan cahaya dan terang. Untuk prinsip dari lilin besar itu sendiri adalah menebarkan kebaikan, meskipun diri sendiri harus berkorban banyak hal.
2. Barongsai
Barongsai merupakan salah satu kebudayaan Cina yang sangat identik dengan perayaan Imlek. Menurut Suhu Naga, barongsai merupakan atribut kerajaan untuk mengusir kekuatan jahat dan demi menghadapi perubahan masa, dan apa saja yang akan terjadi di kehidupan yang akan datang.
3. Ikan mas
Di zaman dulu, kata Suhu Naga, hanya ada ikan mas dan ikan bandeng yang hidup dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat pada saat itu.
Untuk itu, ikan mas melambangkan sebuah rezeki yang datang dari alam dan berikan Tuhan untuk umat-Nya. Maka itu, di tiap perayaan Imlek, ikan mas harus tetap ada.
4. Kue keranjang
Kue keranjang yang bercita rasa sangat manis, dianggap sebagai kenikmatan yang tidak akan pernah habis. Rasa manisnya, merupakan simbol manusia agar selalu sejahtera dalam mengarungi kehidupannya.
5. Angpau
Suhu Naga mengatakan bahwa angpau merupakan simbol agar manusia belajar berbagi. Berbagi kepada keluarga dan orang lain.
"Sebenarnya angpau itu ada standar baku dari sananya. Yang belum nikah, tidak boleh kasih angpau walaupun sudah sukses," kata Suhu Naga.
Alasan mengapa seseorang yang belum menikah tidak boleh memberikan angpau, karena angpau dianggap lambang bagi yang sudah berkeluarga membagi kepada si kecil. Dengan kata lain, bagi yang masih sendiri dianggap masih kecil.
"Angpau itu seperti orangtua ngasih ke anaknya. Maka itu, kurang pantas yang belum menikah memberikan angpau. Angpau bukan diukur dari kesuksesaannya, tapi lebih kepada kekeluargaannya," kata Suhu Naga lagi.
6. Dilarang bersih
Menjelang Imlek, dilarang keras membereskan rumah. Menurut Suhu Naga, simbol ini lebih kepada jangan melakukan hal-hal yang tidak penting.
Sebab, pentingnya dari perayaan Imlek itu sendiri adalah kebersamaan dan membuang sejenak pekerjaan membosankan yang telah dilakukan selama setahun ke belakang.
http://health.liputan6.com/read/8142...hun-baru-imlek
komentar TS : ahhh.... yang bener nih! masa tradisi budaya angpau yang menjadi simbol agar manusia belajar saling berbagi kepada sesama di anggap tidak mendidik sih???