Quote:
Makin padatnya bangunan dan gedung bertingkat memperparah banjir di Jakarta. Tidak hanya itu, keberadaan gedung pencakar langit itu juga mengancam pasokan air bersih bawah tanah Ibu Kota.
Menurut Kepala Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Arie Herlambang, aliran air tanah di Jakarta Pusat dan Utara banyak yang terhadang karena ada pengerasan fondasi-fondasi gedung. Hadangan yang mencapai kedalaman 60 meter di bawah tanah itu memicu kekeringan warga sekitar.
Ia berharap pemerintah bisa segera menertibkannya. “Tanpa ada upaya khusus, saya khawatir warga Jakarta bukan cuma terus kebanjiran. tapi juga akan kekurangan air bersih pada 2025,” katanya.
Kondisi makin parah karena saat ini banyak pembangunan gedung bertingkat yang memiliki ruang bawah tanah (basement) hingga beberapa tingkat. Menurut Bambang Eryudhawan, anggota tim penasihat arsitektur kota DKI Jakarta, pembangunan basement merupakan tuntutan pemilik gedung untuk menyediakan ruang parkir sebanyak-banyaknya, agar kendaraan pengunjung gedung tak diparkir di tepi jalan. “Bahkan ada beberapa gedung yang minta izin membangun basement hingga enam dan tujuh lantai,” kata Bambang. “Padahal pembangunan ke bawah seperti itu menekan aliran air tanah.”
Persoalan masih ditambah dengan tidak diperhatikannya karakter tanah ketika pengembang hendak membangun gedung bertingkat. Menurut Kepala Laboratorium Geoteknik Universitas Tarumanagara, Jakarta, Chaidir Anwar Makarim, ada beberapa daerah di Jakarta yang memiliki tanah berpori alias tidak padat, yang disebut buried valley. Contohnya di sekitar Jalan Thamrin.
Menurut Chaidir yang juga ahli geoforensik, turunnya gedung Sarinah merupakan salah satu buktinya. Juga ketika beberapa gedung di kawasan itu membangun fondasi--dengan cara menyedot air tanah--gedung lain di sekitarnya terkena dampak. “Ketika dibangun, gedung Kementerian Agama, tempat parkir di kantor BPPT, dan Gedung Jaya longsor,” kata Chaidir. “Ketika Bank Indonesia membangun gedung baru, kaca-kaca di Wisma Antara pecah.”
sumber:
TEMPO
nah, dari kemarin sudah banyak kan permasalahan penyebab banjir di Jakarta, lalu langkah berikutnya apa? percuma permasalahan sudah diketahui tapi "ya sudahlah" saja