Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

GPO2AAvatar border
TS
GPO2A
Slogan "Yogyakarta City of Toleran" Dipertanyakan
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Slogan "Yogyakarta City of Toleran" dinilai belum sepenuhnya mampu diaplikasikan dalam dinamika kehidupan sosial di masyarakat. Akhir-akhir ini  tindakan intoleransi dianggap semakin marak menodai kenyamanan Yogyakarta.

"Branding 'Yogyakarta City of Toleran' dicetuskan sekitar 2002-2003-an, namun tampaknya kini tinggal slogan semata," ujar Subkhi Ridho, aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) saat menjadi pembicara di acara Bincang Senja dengan tema "Masa depan keberagaman Yogyakarta" , Kamis (30/01/2014).

Berturut-turut sejak awal 2013, sebut Subkhi, terjadi berbagai aksi intoleransi di Yogyakarta. Ironisnya aksi tersebut tidak mampu dibendung oleh pemerintah maupun pihak berwajib. Beberapa waktu lalu, sebut Subkhi memberikan contoh, bertebaran spanduk-spanduk anti syiah di berbagai sudut kota.

Spanduk tersebut, kata Subkhi, jelas merupakan bentuk teror bagi penganut syiah. Menurut dia, lagi-lagi pemerintah seakan menutup mata dan tak menindak tegas dengan melakukan penertiban. "Alasannya karena belum ada aduan dari masyarakat. Jelas bentuk teror tapi tidak ditertibkan. Lantas di manakah branding 'Yogyakarta City of Toleran'?" ujar dia.

Subkhi berharap, pemerintah dan pihak berwajib tidak membiarkan dan bertindak ketika ada aksi yang menjurus ke intoleransi. Hal itu demi menjaga toleransi di Yogyakarta.

Direktur Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Hairus Salim menuturkan, tindakan intoleransi sudah terjadi di Yogyakarta sejak satu dekade lalu. Salah satu bentuknya, sebut dia, sekitar 10 tahun lalu beredar peringatan agar orang tua tidak menyekolahkan anaknya ke sekolah Kristen atau Katolik.

"Tiga tahun ini mulai muncul intoleransi dengan bentuk kos-kosan khusus muslim," ujar Hairus. Kondisi ini, kata dia, diperparah dengan munculnya beberapa mal yang menjadikan kota ini tak lagi village tapi menjadi kota urban yang menurut dia mengikis jati diri Yogyakarta. "Bisa jadi jika tidak segera disikapi, Yogyakarta bukan lagi 'City of Toleran' tapi 'Lost City'," ujar dia.


http://regional.kompas.com/read/2014....Dipertanyakan


Yogyakarta bukan lagi 'City of Toleran' tapi 'Lost City',"emoticon-Mad (S)

enake lek njeplak lambene muhamadiya ulah seglintir orang kok se jogya kena
0
5.4K
69
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.