Jakarta - Indra Sjafri memang bukan pelatih biasa. Pria Sumatera Barat ini rela berkeliling Nusantara berburu pemain berbakat, mempopulerkan sains olahraga dan pernyataaan "Tak ada yang tak bisa dikalahkan kecuali orangtua dan Tuhan". Lalu pelatih tim nasional U-19 ini memiliki satu lagi prinsip.

"Kalau diukur top performance itu ada dua indikatornya, kecerdasan akademik dan kecerdasan sepak bola. Saya bilang saya tak akan cetak tukang tendang bola. Saya akan cetak pemain profesional yang kalau jadi idola, dia idola banyak orang yang tidak sombong," kata Indra di Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (26/1).

Wujud pertanggung jawaban pernyataan itu, ia memberi pemain timnas U-19 ilmu lewat home schooling dari Kak Seto Mulyadi. Beberapa ilmu yang diajarkan adalah bahasa Inggris. Ada pula public speaking dan nantinya bahasa Jepang.

Kapten tim Evan Dimas Darmono pun sadar pentingnya pendidikan. Mulanya ia meremehkan, namun saat ikut dalam Nike The Chance pada 2012 di Barcelona ia akhirnya tersadar.

Kini ia meneguhkan diri untuk menyelesaikan kuliahnya di program diploma Administrasi Negara Universitas Unitomo.

Menyinggung soal aktivitas blusukannya, ia mengaku melakukan itu karena sistem scouting (pencarian bakat) di PSSI belum ada. Indra memiliki logika populasi pemain sepak bola berbakat lebih banyak di desa daripada di kota.

"Logikanya kan di kampung, di gunung itu lebih banyak lapangan untuk main sepak bola. Jadi di sana ada banyak pemain daripada di kota. Di tim saya (Timnas U-19) lebih banyak yang berasal dari kampung," aku Indra.

Penulis: Shesar Andriawan/YUD

http://m.beritasatu.com/sepakbola/16...ndang-bola.htm

lLogikanya kan di kampung, di gunung itu lebih banyak lapangan untuk main sepak bola. Jadi di sana ada banyak pemain daripada di kota. Di tim saya (Timnas U-19) lebih banyak yang berasal dari kampung, benar enggak yaa logika ini