TRIBUNNEWS.COM - Meski beberapa kali Ibu Negara Ani Yudhoyono terkesan emosional menanggapi komentar dan pertanyaan nyinyir di Instagramnya, sebenarnya jauh lebih banyak respon bernada empati, positif bahkan memuji terhadap foto-foto yang diposting di jejaring sosial untuk dokumentasi foto tersebut.

Tengok saja pada komentar foto "Tumpukan Buku pun Bisa Dijadikan Meja" jepretan Ani Yudhoyono. Pada foto tersebut memperlihatkan Presiden Yudhoyono sedang serius banget memelototi laptop (komputer jinjing)-nya.

Ia seperti sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya sembari duduk di kursi kereta api dekat jendela. Kereta sedang melaju kencang. Artinya, dalam kondisi perjalanan dinas pun SBY tampak bekerja.

Foto ini mendapat simpati dari pengunjung instagram Ani Yudhoyono.

"Setiap kali liat bapak SBY, saya sedih bu, ,, rambutnya tak lagi hitam, matanya sudah bengkak- bengkak tak tidur, ada banyak kebaikan yang ditorehkan beliau,,,, semangat buk, pak," tulis pengunjung bernama Srimurtii.

"Ibu@aniyudhoyono...tolong sampaikan ke bapak...say suka sedih jika bapak lg di hujat sama lawan politiknya....saya adalah pengagum fanatik SBY.," tulis mahrurmudjiono.

"Senang lihat Bapak Presiden spt ini, kadang sy sk memperhatikan wajah Pak SBY spt kurang tidur, mungkin sibuk memikirkan negara yg besar ini. He is My Inspiriant Leader.." komentar pemilik akun nufus1709.

"@aniyudhoyono. Semoga pengganti presiden kita yang gagah ini bukan si bencong .... atau si raja dangdut poligami ituu.. amin," sahut eliciaaclarissa.

Nah, cukup banyak komentar yang bernada positif dan mendukung keluarga Cikeas kan? Jadi kenapa mesti repot dengan segelintir komentar nyinyir?

http://www.tribunnews.com/nasional/2...-raja-poligami

Ya akhi/ukthi yang dicintai Don NgeHeok.

Beliau matanya bengkak, mungkin kurang istirahat karena selalu memikirkan rakyat yang kesusahan dan menderita... Mungkin lho ya, ana persisnya juga kurang paham akhi

BTW, link URL nya tri#bun sentimen berat nich

--> http://www.tribunnews.com/ nasional/2014/01/26/semoga-pengganti-sby-nanti-bukan-si-bencong-atau-si-raja-poligami