aulia54Avatar border
TS
aulia54
Nangis ane baca ini, gan (kisah prof Bucaille memeluk Islam)


NOTE " sampai kepada wafatnya, tidak diketahui secara pasti apakah Bucaille memeluk Islam ato tidak. Tp jika dikatakan bliao memeluk Islam, tidak ada data2nya. emoticon-Smilie

http://www.islampos.com/maurice-buca...-firaun-27248/

Maurice Bucaille,
Memutuskan untuk
Masuk Islam Setelah
Meneliti Mumi
Fir’aun

Sabtu 3 Muharram 1434 / 17 November 2012
15:24

SUATU HARI di pertengahan tahun 1975,
sebuah tawaran dari pemerintah Prancis
datang kepada pemerintah Mesir. Negara
Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk
meneliti, mempelajari, dan menganalisis
mumi Fir’aun. Tawaran tersebut disambut
baik oleh Mesir. Tidak lama setelah
mendapat restu dari pemerintah Mesir,
mumi Fir’aun tersebut kemudian digotong
ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis
membuat pesta yang sangat meriah untuk
penyambutan kedatangan mumi Firaun.

Sesampainya di Prancis, mumi Fir’aun pun
dibawa ke ruang khusus di Pusat
Purbakala Prancis, yang selanjutnya
dilakukan penelitian oleh para
ilmuanterkemuka dan para pakar
dokterbedah juga otopsi di Prancis.
Pemimpin ahli bedah sekaligus yang
menjadi penanggung jawab utama dalam
penelitian mumi ini adalah Prof Dr Maurice
Bucaille.

Bucaille adalah seorang ahli bedah
kenamaan Prancis dan pernah mengepalai
klinik bedah di Universitas Paris. Ia
dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada
19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di
bidang kedokteran pada tahun 1945
sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada
tahun 1973, ia ditunjuk menjadi dokter
keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.

Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal
yang menjadi pasiennya, anggota keluarga
Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat,
diketahui juga termasuk dalam daftar
pasien yang pernah menggunakan
jasanya.

Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai
muncul ketika secara intens dia
mendalami kajian biologi dan
hubungannya dengan beberapa doktrin
agama. Karenanya, ketika datang
kesempatan kepada Bucaille untuk
meneliti, mempelajari, dan menganalisis
mumi Fir’aun, ia mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk menguak misteri di
balik penyebab kematian sang raja Mesir
kuno tersebut.

Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh
sangat mengejutkan!. Sisa-sisa garam
yang melekat pada tubuh sang mumi
adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati
karena tenggelam. Jasadnya segera
dikeluarkan dari laut dan kemudian
dibalsem untuk segera dijadikan mumi
agar awet.

Penemuan tersebut masih menyisakan
sebuah pertanyaan dalam kepala Bucaille.
Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik
dari jasad-jasad yang lain, padahal dia
dikeluarkan dari laut?

Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir
tentang sesuatu yang diyakininya sebagai
penemuan baru, yaitu tentang
penyelamatan mayat Firaun dari laut dan
pengawetannya. Laporan ini akhirnya dia
terbitkan dalam bentuk buku dengan judul
‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis
Modern’ dengan judul aslinya ‘Les momies
des Pharaons et la midecine’.

Berkat buku ini, dia menerima
penghargaan Le prix Diane-Potier-Boes
(penghargaan dalam sejarah) dari
Academie Frantaise dan Prix General
(Penghargaanumum) dari Academie
Nationale de Medicine, Prancis.

Terkait dengan laporan akhir yang
disusunnya, salah seorang di antara
rekannya membisikkan sesuatu di
telinganya seraya berkata: ”Jangan
tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum
Muslimin telah berbicara tentang
tenggelamnya mumi ini”.

Awalnya Bucaille mengingkari kabar ini
dengan keras sekaligus menganggapnya
mustahil. Menurutnya, pengungkapan
rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui
kecuali dengan perkembangan ilmu
modern, melalui peralatan canggih yang
mutakhir dan akurat.

Namun salah seorang rekannya berkata
bahwa Alquran yang diyakini umat Islam
telah meriwayatkan kisah tenggelamnya
Firaun dan kemudian diselamatkannya
mayatnya.

Ungkapan itu makin membingungkan
Bucaille. Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa
terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru
ditemukan sekitar tahun 1898 M,
sementara Alquran telah ada ribuan tahun
sebelumnya.

Bucaille duduk semalaman memandang
mayat Fir’aun dan terus memikirkan
penyataan rekannya. Pernyataan itu masih
terngiang-ngiang dibenaknya, pernyataan
yang mengatakan bahwa Alquran telah
membicarakan kisah Fir’aun yang
jasadnya diselamatkan dari kehancuran
sejak ribuan tahun lalu.

Sementara itu, dalam kitab suci agama
lain, hanya membicarakan tenggelamnya
Firaun di tengah lautan saat mengejar
Musa, dan tidak membicarakan tentang
mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung
dan terus memikirkan hal itu.

Ia berkata pada dirinya sendiri. ”Apakah
masuk akal mumi di depanku ini adalah
Firaun yang akan menangkap Musa?
Apakah masuk akal, Muhammad
mengetahui hal itu, padahal kejadiannya
ada sebelum Alquran diturunkan?”

Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk
didatangkan Kitab Taurat. Diapun
membaca Taurat yang menceritakan:
”Airpun kembali (seperti semula), menutupi
kereta, pasukan berkuda, dan seluruh
tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di
belakang mereka, tidak tertinggal satu pun
di antara mereka”.

Kemudian dia membandingkan dengan
Injil. Ternyata, Injil juga tidak
membicarakan tentang diselamatkannya
jasad Firaun.

Setelah perbaikan terhadap mayat Fir’aun
dan pemumiannya, Prancis
mengembalikan mumi tersebut ke Mesir.
Akan tetapi, tidak ada keputusan yang
mengembirakan Bucaille, tidak ada pikiran
yang membuatnya tenang semenjak ia
mendapatkan temuan dan kabar dari
rekannya tersebut, kabar yang mengatakan
bahwa kaum Muslimin telah saling
menceritakan tentang penyelamatan
mayat tersebut. Dia pun memutuskan
untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi
dari kaum Muslimin.

Dari sini kemudian terjadilah perbincangan
untuk pertama kalinya dengan peneliti dan
ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang
kehidupan Musa, perbuatan yang
dilakukan Fir’aun, dan pengejarannya pada
Musa hingga dia tenggelam dan
bagaimana jasad Fir’aun diselamatkan dari
laut.

Maka, berdirilah salah satu di antara
ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka
mushaf Alquran dan membacakan untuk
Bucaille firman Allah SWT yang artinya:
”Maka pada hari ini kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus:
92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia
mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut
masuk akal dan mendorong sains untuk
maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu
membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan
lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan
aku beriman dengan Alquran ini”.

Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah
baru, berbeda dengan wajah pada saat dia
pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia
menghabiskan waktunya untuk meneliti
tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan
penemuan-penemuan modern dengan
Alquran, serta mencari satu pertentangan
ilmiah yang dibicarakan Alquran.

Semua hasil penelitiannya tersebut
kemudian ia bukukan dengan judul ‘Bibel,
Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern’.
Judul asli buku dalam bahasa Prancis
adalah ‘La Bible, le Coran et la Science’.
Buku yang dirilis tahun 1976 ini menjadi
best-seller internasional terutama di dunia
Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir
semua bahasa utama umat Muslim di
dunia.

Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran
sangat konsisten dengan ilmu
pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian. Bucaille
dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia
anggap tidak konsisten dan penurunannya
diragukan. [abudujanah/kisahmuallaf.com]

Redaktur: Saad Saefullah
Diubah oleh aulia54 27-01-2014 09:48
pakisal212
pakisal212 memberi reputasi
1
4.7K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.