- Beranda
- The Lounge
Masih Pedulikah Agan Dengan Unggah-Ungguh Basa Jawa
...
TS
anakrimba.
Masih Pedulikah Agan Dengan Unggah-Ungguh Basa Jawa
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Sekedar ingin share ilmu yang ane dapet setelah baca buku tentang unggah-ungguh basa jawa.
Maaf berantakan. Semoga bermanfaat.
Unggah-ungguh basa Jawa
Quote:
Dari dulu orang Jawa dikenal sangat memperhatikan unggah-ungguh atau tata krama, karena mempunyai watak rendah hati dan saling menghormati terhadap orang lain. Tapi bukan berarti orang Jawa itu kemudian menjadi orang yang rendah dan remeh martabatnya. Sama dengan bangsa-bangsa lain, orang Jawa tetap menjaga harga diri pribadi. Justru sarananya adalah dengan adanya unggah-ungguh basa tersebut, jika seseorang bisa menghargai orang lain, tentu juga akan dihargai martabatnya oleh orang lain.
Quote:
Ada pepatah jawa yang mengatakan : "Ajining dhiri saka lathi". Kata lathimerupakan bahasa Krama Inggil, yang berarti mulut. Dari pepatah tersebut, kata lathi melambangkan cara kita berbicara. Sehingga dapat diartikan harga diri seorang dilihat dari cara bicaranya, bahwa orang yang tata bahasanya bagus, yang menggunakan unggah-ungguh basa, pasti dihargai oleh orang lain.
Quote:
Unggah-ungguh basa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukan tatakrama. Dari pengertian itu, orang yang menggunakan unggah-ungguh basa, jika berbicara dengan orang lain, bisa menjaga ucapan/bahasanya, menyesuaikan dengan aturan tatakrama. Hal ini berkaitan dengan kosakata yang digunakan tergantung dengan siapa yang menjadi lawan bicaranya. Perberdaan penggunaan kosakata inilah yang menunjukkan sikap hormat dan mengahargai orang yang diajak bicara.
Quote:
Lalu faktor apa saja yang menentukan penggunaan unggah-ungguh basa?
Berikut beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain :
Berikut beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain :
Spoiler for faktor:
- Faktor Umur. Misalnya : orang yang masih muda menghormati orang yang lebih tua.
- Faktor Kekerabatan. Seorang kerabat muda, menghormati saudaranya yang lebih tua. Misalnya : adik menghormati kakak, anak menghormati orang tua, cucu menghormati kakek, kemenakan menghormati paman/bibi, dll.
- Faktor derajat pangkat. Misalnya : murid menghormati guru, pegawai menghormati pimpinan, warga menghormati kepala desa.
- Faktor derajat semat. Misalnya : orang kaya, tuan tanah, orang yang gajinya besar, dll lebih dihormati.
- Faktor darah atau trah (keturunan). Misalnya : seseorang yang mempunyai titel/gelar bandara, raden ajeng, raden mas, dll lebih dihormati.
- Faktor kualitas pribadi. Misalnya : Orang yang pandai atau para sarjana (yang mempunyai titel Dr, dr, Ir, S.H, S.E., dll), para pahlawan, budayawan, seniman, ulama, dll lebih dihormati.
- Faktor kekenalan. Pada dasarnya orang yang belum kenal, belum terlalu kenal, atau baru saja kenal wajarnya lebih dihormati dari pada orang yang sudah kenal dekat. Misalnya : membeli pada penjual yang belum sering bertransaksi dengannya.
- Dan lain-lain, mungkin masih ada lagi faktor-faktor lainnya.
Quote:
Apa saja macam-macam tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa?
Quote:
Dulu pada saat zaman Kejawen, macam-macam tingkatan bahasa Jawa mempunyai jumlah yang lebih banyak dibanding dengan zaman modern.
Quote:
Unggah-ungguh basa pada zaman Kejawen
Apa itu zaman Kejawen?
Apa itu zaman Kejawen?
Spoiler for apa:
Quote:
Yang disebut zaman Kajawen adalah saat zaman kejayaan kraton-kraton di Tanah Jawa, seperti Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta Hadiningrat, kurang lebih sekitar tahun 1900 Masehi. Pada saat itu, unggah-ungguh dalam menghormati orang lain sangat penting dan rumit sekali. Sedangkan faktor yang sangat diperhatikan adalah faktor darah atau trah (keturunan) dan faktor derajat pangkat di lingkungan kraton. Umumnya, orang yang masih mempunyai darah atau kedudukan di kraton, dianggap mempunyai martabat tinggi atau status yang luhur. Sedangkan, seseorang yang berbeda darah martabatnya dianggap lebih rendah. Demikian juga seseorang yang tidak mempunyai pangkat, rakyat jelata, lebih-lebih orang-orang di pedesaan, statusnya berada di palih bawah sendiri.
Quote:
Kemudian jarak antara rakyat jelata dengan raja sangat jauh, ibarat bumi dan langit. Keadaan itu dikarenakan pada zaman tersebut raja itu bukan hanya dianggap sebagai penguasa negara, tapi juga dianggap wakil dari Gusti Ingkang Maha Kuwaos (Tuhan Yang Maha Kuasa). Dalam hal ini wajar, tidak berbeda dengan zaman Raja Fir'aun di Mesir, zamannya para Kaisar di Kekaisaran Romawi, malah sampai saat ini seperti Ratu di Inggris, Kaisar di Jepang, dll.
Di dalam jarak antara rakyat jelata sampai dengan ratu, ada bermacam-macam tingkat kedudukan (status). Kedudukan yang berdasar darah misalnya seperti sebutan mas, raden, raden mas, raden ajeng, bandara, dll. Sedangkan kedudukan yang berdasar pangkat misalnya : jagabaya, lurah, panewu, wedana, bupati, menteri, patih, dll.
Di dalam jarak antara rakyat jelata sampai dengan ratu, ada bermacam-macam tingkat kedudukan (status). Kedudukan yang berdasar darah misalnya seperti sebutan mas, raden, raden mas, raden ajeng, bandara, dll. Sedangkan kedudukan yang berdasar pangkat misalnya : jagabaya, lurah, panewu, wedana, bupati, menteri, patih, dll.
Quote:
Dengan adanya bermacam-macam kedudukan/status tersebut, di dunia pergaulan kemudian ada bermacam-macam unggah-ungguh basa, karena setiap kedudukan yang di bawah harus menghormati kedudukan yang berada di atasnya. Setiap kedudukan mempunyai jenis bahasa sendiri-sendiri. Sehingga pada saat itu, muncul bermacam-macam jenis unggah-ungguh basa, umumnya bahasa ngoko dan bahasa krama masih dibagi lagi menjadi 6 (enam) jenis, yaitu : bahasa ngoko, bahasa, madya, bahasa krama-desa, bahasa krama, bahasa krama-inggil, dan bahasa kadhaton. Sedangkan untuk bahasa ngoko, bahasa madya, dan bahasa krama masih dirinci menjadi beberapa jenis lagi.
Spoiler for Jika dibuat skema, susunannya adalah seperti ini ::
Quote:
Unggah-ungguh basa pada zaman modern
Spoiler for zaman modern:
Quote:
Masyarakat jawa modern dimulai kira-kira setelah bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka. Kira-kira mulai tanggal 17 Agustus 1945 sampai saat ini di era reformasi dan seterusnya.
Dengan adanya perubahan keadaan ini, juga melahirkan unggah-ungguh baru menyesuikan dengan keadaan baru.
Di bidang politik, masyarakat Jawa dari zaman monarki dan feodalisme berubah dadi masyarakat demokrasi. Anggapan bahwa martabat seseorang yang di atas atau yang di bawah adalah semuanya sama. Tidak ada lagi yang dinamakan wong luhur dan wong cilik.
Di bidang sosial ekonomi, masyarakat Jawa tradisional berubah menjadi masyarakat modern. Di masyarakat tradisional status/kedudukan dilihat dari faktor keturunan dan darah atau trah leluhur. Sedangkan di masyarakat modern siapa saja yang maju dan sukses akan mendapat kedudukan yang tinggi.
Dengan adanya perubahan keadaan ini, juga melahirkan unggah-ungguh baru menyesuikan dengan keadaan baru.
Di bidang politik, masyarakat Jawa dari zaman monarki dan feodalisme berubah dadi masyarakat demokrasi. Anggapan bahwa martabat seseorang yang di atas atau yang di bawah adalah semuanya sama. Tidak ada lagi yang dinamakan wong luhur dan wong cilik.
Di bidang sosial ekonomi, masyarakat Jawa tradisional berubah menjadi masyarakat modern. Di masyarakat tradisional status/kedudukan dilihat dari faktor keturunan dan darah atau trah leluhur. Sedangkan di masyarakat modern siapa saja yang maju dan sukses akan mendapat kedudukan yang tinggi.
Quote:
Dari penjelasan di atas, muncul wawasan bahwa setiap orang itu sama martabatnya, tetapi kemudian bukan berarti tanpa adanya unggah-ungguh. Bagaimanapun, sudah menjadi watak orang Jawa untuk selalu menghormati orang lain. Jadi masih tetap ada unggah-ungguh basa, setidak-tidaknya bahasa ngoko dan bahasa krama.
Selain faktor-faktor tersebut, masih ada faktor lainya seperti : faktor umur, kekerabatan, kualitas pribadi, kekenalan, dll seperti yang dijelaskan sebelumnya di atas.
Selain faktor-faktor tersebut, masih ada faktor lainya seperti : faktor umur, kekerabatan, kualitas pribadi, kekenalan, dll seperti yang dijelaskan sebelumnya di atas.
Quote:
Untuk mempermudah, berikut ini merupakan skema unggah-ungguh basa urut dari bawah merupakan yang paling rendah tingkat kesopanannya. Umumnya bahasa ngoko berada di paling bawah kemudian ke atas sampai yang paling atas sendiri bahasa krama alus, seperti dibawah ini :
Bahasa Ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah terbiasa serta yang dianggap sesama atau satu strata sosial. Bahasa Krama digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang belum terbiasa dan yang strata sosialnya lebih tinggi.
Bahasa Ngoko masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa ngoko biasa (disebut bahasa ngoko) serta bahasa ngoko alus, yang terdiri atas bahasa ngoko disertai kata-kata krama inggil untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang dibicarakan.
Bahasa krama juga masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa krama biasa (disebut krama) dan bahasa krama alus, yang terdiri atas bahasa krama disertai kata-kata krama-inggil untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang dibicarakan.
Spoiler for skema jawa modern:
Bahasa Ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah terbiasa serta yang dianggap sesama atau satu strata sosial. Bahasa Krama digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang belum terbiasa dan yang strata sosialnya lebih tinggi.
Bahasa Ngoko masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa ngoko biasa (disebut bahasa ngoko) serta bahasa ngoko alus, yang terdiri atas bahasa ngoko disertai kata-kata krama inggil untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang dibicarakan.
Bahasa krama juga masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa krama biasa (disebut krama) dan bahasa krama alus, yang terdiri atas bahasa krama disertai kata-kata krama-inggil untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang dibicarakan.
Quote:
Contoh kalimat yang menggunakan unggah-ungguh basa :
Spoiler for contoh 1:
Bahasa Indonesia -> "Anakmu sudah menguap saja, silakan diajak tidur!"
Basa Ngoko -> "Anakmu wis angob wae, ayo diajak turu!"
Basa Krama -> "Anak sampeyan sampun angop kamawon, mangga dipunajak tilem!"
Basa Krama Inggil -> "Putra panjenengan sampun nggraita kemawon, mangga dipunajak sare!"
Basa Ngoko -> "Anakmu wis angob wae, ayo diajak turu!"
Basa Krama -> "Anak sampeyan sampun angop kamawon, mangga dipunajak tilem!"
Basa Krama Inggil -> "Putra panjenengan sampun nggraita kemawon, mangga dipunajak sare!"
Spoiler for contoh 2:
Bahasa Indonesia : "Katanya saya pingsan, ingat-ingat saya sudah dikerumuni orang banyak"
Basa Ngoko : "Jarene aku semaput, eling-eling aku wis dirubung wong akeh"
Basa Krama : "cariyosipun kula semaput, eling-eling kula sampun dipunrubung tiyang kathah"
Basa Ngoko : "Jarene aku semaput, eling-eling aku wis dirubung wong akeh"
Basa Krama : "cariyosipun kula semaput, eling-eling kula sampun dipunrubung tiyang kathah"
Quote:
sumber: Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa & Marsudi Unggah-Ungguh Basa Jawa karya Drs. Haryana Harjawiyana, S.U. dan Drs. Th. Supriya
Quote:
Bonus :
Translator Jawa
Translator Jawa
0
4.3K
Kutip
16
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru