Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ndenzOAvatar border
TS
ndenzO
7 Orang Asing yang Berdedikasi Tinggi untuk Indonesia
Seberapa besar kepedulian kita dengan negara kita sendiri? Ane sebagai orang Indonesia, jujur aja nggak banyak memberi sumbangan dalam bentuk dedikasi, tenaga ataupun uang, selain dari pajak, dan menjaga lingkungan supaya nggak jatuh ke dalam kondisi yang lebih buruk.
Kondisi negara kita yang membentuk gugusan pulau dan terpisah oleh perairan/lautan memang menyulitkan pembangunan supaya merata. Akhirnya, kondisi lingkungan maupun masyarakat yang jauh dari Ibukota Jakarta jadi tertinggal dan di sebagian daerah bisa dibilang memprihatinkan.
Engga usah menunggu pemerintah, ternyata banyak orang-orang asing yang lebih peduli dengan keadaan ini. Bahkan boleh dibilang, dedikasi mereka jauh lebih berarti di daerah mereka tinggal, ketimbang kita sendiri sebagai warga asli Indonesia.

1. Andre Graff (Prancis)

Andre Graff memiliki nama lain yang sangat 'Indonesia', Andre Sumur. Kenapa Sumur? Karena Pria asal Prancis ini sering menggali sumur bagi warga setempat. Pria kelahiran Alsace, Munster, Perancis, 24 Juli 1957 ini sebetulnya punya latar belakang pengalaman sebagai pilot balon udara. Masyarakat Lamboya, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, juga memanggilnya dengan nama Amaenudu, artinya orang yang baik hati.

Tahun 1990 dan 2004, Graff mengunjungi Bali sebagai turis. Dari Bali dia menyewa perahu layar dan bersama tujuh wisatawan asing dari sejumlah negara menjelajahi beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT), seperti Sabu Raijua, Sumba, Solor, Lembata, Alor, dan Kepulauan Riung. Juni 2005, dia singgah di Sabu Raijua dan menetap di kampung adat Ledetadu. Warga di kampung itu kesulitan air bersih. Setiap hari mereka harus berjalan 2 kilometer untuk mengambil air sumur di dataran rendah.Graff pun membuat satu unit sumur bagi 127 keluarga di Ledetadu. Merasa puas atas hasilnya, dia lalu menggali sumur dan memasang gorong-gorong beton lain bagi warga seekitar Ledetadu.
Pada 2005-2007, dia berhasil membuat 25 sumur gali bagi 1.250 keluarga yang tersebar di tiga desa. Graff juga mengajarkan warga setempat untuk mencari air, menggali, dan membuat gorong-gorong yang berkualitas. Pengetahuan itu terus dia tularkan kepada desa-desa di sekitar Ledetadu dan Namata. Berkat air sumur, warga bisa menanam sayur, jagung, buah, dan umbi-umbian di sekitar rumah. Mereka bisa menjual hasil kebunnya ke pasar untuk membeli beras dan kebutuhan lain.
Akhir 2007, ia memutuskan pindah ke Lamboya, Sumba Barat, setelah warga Sabu Raijua bisa membuat sumur sendiri. Ia tinggal dengan Rato (Kepala Suku) Kampung Waru Wora, Desa Patijala Bawa, Lamboya. Di sini ia membentuk kelompok pemuda beranggotakan sembilan orang untuk membuat gorong-gorong yang disebut GGWW (Gorong-gorong Waru Wora).


2. Aurelien Brule (Prancis)

Sejak berumur 13 tahun Aurelien sudah bergabung dengan sebuah kebun binatang di Perancis untuk meneliti binatang primata. Ia pun tertarik untuk meneliti owa-owa ketika seekor binatang tersebut mendatanginya saat dia merasa depresi, dengan mencium tangannya seolah-olah binatang itu berusaha untuk menghiburnya. Saat itulah dia berjanji untuk melindungi binatang tersebut dan jenis mereka. Di usia 18 dia meninggalkan Perancis. Chanee memutuskan untuk mengabdi dengan meneliti tentang monyet di Thailand. Chanee sendiri merupakan nama pemberian masyarakat Thailand atas dedikasinya dan kebaikannya tersebut. Chanee berarti owa-owa dalam bahasa Thailand.

Chanee bercita-cita untuk memelihara dan melestarikan binatang tersebut langsung di tempat asalnya, dan datanglah kesempatan tersebut, sehingga dia akhirnya datang ke Kalimantan dan Sumatera dan mendirikan Asosiasi Kalaweit pada 1999. Saking cintanya pada owa-owa, Auerelien pernah merilis buku berjudul yang membahas hewan langka tersebut. Ia prihatin terhadap Indonesia karena owa-owa di hutan Kalimantan terancam punah akibat dibangunnya pabrik-pabrik sawit. Karenanya, beberapa tahun setelahnya, ia juga mendirikan asosiasi yang sama di Sumatera tepatnya di Pulau Marak.


3. Gavin Birch (Selandia Baru)

Gavin Birch lahir di Selandia Baru tapi besar di Australia. Selama 24 tahun beliau mendedikasikan diri untuk menjaga kebersihan Pantai Senggigi, Lombok. Ia sebetulnya adalah pengusaha restoran yang cukup sukses di Australia.

Tahun 1986 Gavin Birch yang telah mengubah namanya menjadi Khusin Abdullah sejak menikah dengan orang Indonesia dan mengubah keyakinannya ini, datang ke Indonesia (Lombok) dengan pengharapan yang besar untuk melihat pantai dengan ombak biru yang bersih. Tapi kenyataannya gan, dia malah menemukan kondisi pantai yang kotor. Bahkan di salah satu pantai, yakni Pantai Ampenan, dia melihat banyak kotoran manusia. Orang lokal sendiri sering menjulukinya 'turis gila' karena 'kegilaannya' memunguti sampah di daerah tersebut. Dia mengadopsi program kebersihan di Australia dan menerapkannya di Indonesia. Sekarang, program dan kegiatan ini tetap dilanjutkan oleh putera pertamanya yakni Abdul Aziz Husin. Agustus 2011 lalu, Pak Husin wafat akibat malaria. Dia dan anaknya pernah tampil jadi tamu dalam Acara Kick Andy dalam Tema: Cintaku Pada negrimu



4. Robin Lim (AS)


Tahun 2011 lalu, Robin Lim mendapatkan penghargaan sebagai CNN Hero of The Year. CNN memberikan hadiah sebesar $250.000 atas dedikasi Robin dalam bidang medis di Indonesia. Robin telah membantu ribuan ibu untuk melahirkan secara gratis, dari awalnya sejak ia datang ke Bali, juga ketika terjadi bencana Tsunami di Aceh. Dia melihat perbedaan yang mengejutkan dilihat dari jumlah ibu yang meninggal ketika melahirkan, dibandingkan dengan negara asalnya, Amerika Serikat. Jika di Amerika sana, kematian akibat melahirkan bisa terjadi sebanyak 12 orang dari 100.000 kelahiran, di Indonesia bisa mecapai jumlah 373. Kematian bayi di Indonesia sebanyak 31 bayi dari 1.000 kelahiran, sedangkan di Amerika hanya sebanyak 6 bayi. Inilah yang menjadi keprihatinan Robin sehingga ia mendirikan organisasi non-profit bernama Klinik Bumi Sehat. Bahkan tahun 2010 lalu ketika terjadi gempa di Haiti, Robin dan yayasannya datang ke negara tersebut untuk membantu para ibu melahirkan, dan juga dalam membantu kesehatan para korban.


5. Annette Horschmann (Jerman)

Annette berlibur ke Indonesia, karena pada 1993 ia berencana melakukan selebrasi atas kesuksesannya meraih gelar sarjana hukum di daerah asalnya, Koln, Jerman. Negara-negara yang juga disambanginya adalah India, Thailand, Malaysia (dan Indonesia), kemudian ke Selandia Baru dan diakhiri di Amerika Serikat. Pada saat berada di Bali, Annette seperti merasa ada panggilan pada dirinya untuk mengunjungi Danau Toba, padahal baru beberapa hari datang di Bali. Karena seorang diri, maka ia memilih perjalanan darat dari bali menuju Danau Toba, Sumatera Utara. Sempat singgah di Yogyakarta, kemudian di Jakarta dan Bukit Tinggi. Di Bukit Tinggi ada seorang pemandu wisata yang mengatakan kepadanya bahwa ia akan menemukan jodoh di Indonesia. Saat itu ia tak percaya. Namun dengan suasana dan cuaca di sekitar Danau Toba yang bersih dan indah, ketika ia terpaksa keluar Indonesia dikarenakan visa yang habis masa berlakunya, ia merasa tak sehat dan merasa harus kembali ke Danau Toba. Ia pun bertemu dengan Antonius Silalahi dan akhirnya menikah dan dikaruniai dua orang putera dan seorang puteri. Dedikasinya dalam melestarikan budaya dengan langkah pertamanya membangun sebuah restoran di Tuktuk, membuahkan penghargaan baginya dari panitia Pesta Danau Toba 2010 atas usahanya untuk menjaga lingkungan, membersihkan hama eceng gondok di Danau Toba yang mengganggu, menampung dan mengubahnya menjadi pupuk kompos yang berguna bagi tanaman. Hingga sekarang, banyak yang terlibat dalam forum pengelolaan eceng gondok bersama Annette, dan kini kompos tak lagi tumbuhan pengganggu tetapi merupakan pupuk dan media pertanaman yang sangat baik yang dibutuhkan petani. Atas upayanya itu, Annette meraih penghargaan sebagai Most Inspiring Woman dari Monang Sianipar pada 2009, kemudian mendapat penghargaan dari Gubernur Sumatera Utara 2010.


6. Elizabeth Karen Sekar Arum (Amerika Serikat)

Mungkin agan bakal kaget kalo ternyata ada pesinden yang berwajah bule ketika menyambangi daerah Tumpang, Malang. Namanya tak asing di kalangan pegiat seni di Jawa Timur sana. Bersuamikan dalang Ki Soleh Adi Pramono, perempuan kelahiran Chicago ini mungkin adalah satu-satunya sinden bule di Jatim, atau bahkan di Indonesia. “Saya mengawalinya sebagai penikmat seni tradisional Jawa. Eeh, suwe-suwe kok kepincut, ya sekalian saja nyemplung,” katanya. Sayangnya, padepokan miliknya dan suami, yakni Padepokan Mangun Dharmo tengah di ujung tanduk pada 2010 lalu. Pengembangan seni tradisi di kawasan Tumpang, khususnya Dusun Kemulan terancam mandeg. Ki Soleh Adi Pramono sebagai sang pemimpin Padepokan pun sudah menepi ke Desa Wates Kecamatan Pujon. sejak berdiri, Mangun Dharmo memberikan tujuh pelajaran seni tradisi. Antara lain ilmu pedalangan, seni tari, karawitan, mocopat, kerajinan topeng, wayang kulit dan batik. Pelajaran batik diberikan Karen, Ki Soleh pegang pedalangan, kerajinan wayang kulit dan kerajinan topeng. Sedangkan wayang dipindah ke Turen dan Blitar.


7. Carlos Ferrandiz (Spanyol)

Carlos Ferrandiz mungkin kini punya karir yang melejit di bidang hukum yang bikin semua orang di sekelilingnya iri, apabila dia tidak datang ke Indonesia. Melihat kondisi pendidikan anak-anak Sumbawa yang memprihatinkan, Carlos pun mengajar anak-anak tersebut Bahasa Inggris. Ia meninggalkan karir, keluarga dan teman-temannya untuk tinggal di Indonesia dan mendirikan Harapan Project. Awalnya, keinginan untuk mendirikan NGO yang bergerak di bidang pendidikan ini datang ketika pertama kali ia menginjakkan kaki di Sumbawa, dan melihat seorang anak kecil yang ingin berbicara dengannya, tetapi tidak bisa karena hambatan bahasa. Ia pun mengajar mereka Bahasa Inggris setiap malam. Suatu waktu, ia harus kembali ke Barcelona untuk melanjutkan karirnya, tapi ia selalu teringat anak-anak yang belajar dengannya. Akhirnya agan Carlos kembali ke Indonesia. Bersama Irazuegi Nagore sebagai tangan kanannya yang membantu dalam pengembangan yayasan dari segi funding maupun pengembangan program, Carlos meneruskan perjuangannya untuk mengangkat derajat pendidikan anak-anak Sumbawa hingga sekarang.
Diubah oleh ndenzO 22-01-2014 10:06
0
5.2K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.