JAKARTA - Sebagai seorang prajurit, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah tiga kali bertugas di Timor Timur yaitu pada tahun 1976-1977, 1979-1980 dan terakhir 1986-1988.

"Tugas negara itu saya emban ketika berpangkat letnan, kapten dan mayor. Dengan jabatan komandan peleton, komandan kompi dan komandan batalyon," tulis SBY seperti dikutip Okezone dari bukunya berjudul 'Selalu Ada Pilihan', Senin (20/1/2014).

SBY menceritakan pengalaman yang memilukan saat pertempuran di Timor Timur.

"Di suatu subuh tahun 1976, Batalyon Infanteri Lintas Udara 305 sedang melaksanakan pertempuran di bagian barat Timor Timur. Sekira pukul 05.30 WIB, terjadi kontak tembak antara Kompi A dengan satuan lawan yang berlangsung singkat," kenang SBY.

Saat SBY melanjutkan gerakan ke depan, ia menjumpai seorang anak berusia sekitar lima tahun yang menangis dan memeluk ibunya yang tewas terkena peluru nyasar.

"Bocah itu tidak mengerti apa artinya perang, apalagi politik, tetapi kesedihannya begitu memuncak. Ketika beberapa menit yang lalu dia masih bercanda dan berada dalam pelukan ibu yang amat disayanginya, tiba-tiba dia harus menerima musibah," ujarnya.

Selain itu, ada lagi pengalaman SBY yang menyayat hati. Saat itu, dia diceritakan oleh sejumlah perwira yang menyaksikan sendiri.

"Di samping Taman Makam Seroja yang ada di Dili, salah satu taman makam pahlawan yang ada di daerah itu, ada sebuah pusara tempat dimakamkan seorang prajurit TNI yang gugur di medan tugas," katanya.

Prajurit tersebut, kata SBY, berpangkat kapten yang juga merupakan juniornya saat di Akademi Militer. "Yang membuat mereka tidak kuasa meneteskan air mata adalah di pusara itu tergantung sebuah tulisan yang ditulis oleh istri almarhum.

"Papa tersayang, istirahatlah dengan tenang. Doa saya dan anak-anak selalu menyertaimu," kata SBY mengutip tulisan di pusara itu.
(sus)

sumber