Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • DIA berhasil menyisihkan ribuan perempuan peneliti dari berbagai negara [PRESTASI]

dodolicopAvatar border
TS
dodolicop
DIA berhasil menyisihkan ribuan perempuan peneliti dari berbagai negara [PRESTASI]
Dari kemarin ane enek lihat thread yg cuma bahas jelek2in orang dll, nh ane mau share prestasi MAHASISWI ITS SURABAYA emoticon-Malu (S)


Sains untuk Hidup Lebih Baik
DIA berhasil menyisihkan ribuan perempuan peneliti dari berbagai negara [PRESTASI]
Sri Fatmawati berhasil menyisihkan ribuan perempuan peneliti dari berbagai negara dan mengantongi beasiswa senilai USD40.000 di ajang L’oreal-UNESCO 2013 for Women in Science.

Penelitiannya tentang spons potensial menghasilkan senyawa obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti malaria, kanker, alzheimer, bahkan diharapkan bisa mengobati HIV. Selama dua tahun penuh, mulai 2014 jebolan S-1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) ini akan melakukan penelitian di Institute of Natural Products Chemistry, National Center for Scientific Research (CNRS), di Guf-sur- Yvette, Prancis, atas proposal risetnya mengenai spons.

Spons yang diteliti Fatma berasal dari hewan multiseluler jenis invertebrata atau hewan tanpa tulang belakang paling primitif dan sederhana yang ditemukan di Samudera Indo-Pasifik. Apabila dikeringkan, hewan itu akan seperti spons. Fatma sebenarnya mengetahui adanya kompetisi terkait life sciencesejak 2006 ketika baru kembali dari Jepang setelah lulus S-2 di bidang kimia dari Kyushu University, Fukuoka. Saat itu dia tertarik dengan pamflet tentang kompetisi penelitian yang dipasang di Jurusan Teknik Kimia ITS.

Tebersit dalam pikiran Fatma, dia harus memenangi kompetisi ini suatu saat nanti. Tekadnya untuk menjadi pemenang didasari keinginan untuk bisa memberi manfaat bagi kehidupan manusia melalui sains dan berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Terlebih dia ingin menjadi world class researcher. Sayang, pada 2008 perempuan yang sudah sebelas tahun menjadi dosen Jurusan Teknik Kimia ITS ini kembali mendapatkan beasiswa S-3 di Kyushu University, Jepang.

Maka dia menyimpan baik-baik keinginan untuk mengikuti kompetisi tadi dan kembali ke Negeri Sakura. Barulah setelah lulus S- 3 pada 2011, Fatma mendaftarkan diri mengikuti kompetisi L’oreal-UNESCO for Women in Science. Namun, proposalnya tidak lolos. Tak putus asa dia mencoba lagi tahun berikutnya, 2012, dengan proposal riset yang berbeda. “Alhamdulillahpanitia menerima proposal saya,” kata Fatma kepada KORAN SINDOsaat ditemui di Kampus ITS, Desember 2013 lalu.

Kepala Laboratorium Kimia Organik FMIPA ITS, Prof Dr Taslim Ersam, MS mengungkapkan, Fatma sempat menghadapi dilema saat melamar menjadi dosen. Spesialisasinya di bidang kimia anorganik. Sementara ITS hanya membutuhkan dosen kimia organik. Bagi seorang profesional, beralih dari bidang yang menjadi basis ilmunya merupakan keputusan berat. Namun, dengan keinginan kuat menjadi pengajar sekaligus peneliti, Fatma akhirnya terjun ke bidang kimia organik.

Taslim memandang sikap Fatma ini menunjukkan perempuan kelahiran Sampang, 3 November 1980, itu adalah sosok yang suka dan berani mengambil tantangan. Ketika laboratorium kimia ITS menerima dana hibah untuk pengembangan penelitian, Taslim mendorong Sri untuk segera menuntaskan gelar S-2 untuk segera mengambil kuliah S-3, juga di Jepang. “Fatma itu jenius. Pendidikan S-2 hanya 1,5 tahun dan S-3 tiga tahun. Setelah kuliahnya berakhir Fatma belum pulang, tapi minta izin mengajukan proposal ke L’oreal. Semoga dia berhasil,” harap Taslim.

Fatma tertarik meneliti spons karena wilayah laut di Indonesia sangat luas, yakni 2/3 dari wilayah keseluruhan. Indonesia punya harta karun berlimpah yang negara lain tidak punya. Termasuk bioversitas yang luar biasa lebih dari Brasil dengan Amazonnya. Maka akan sangat menarik apabila dia mengeksplorasi biota laut. Sebenarnya, lanjut Fatma, spons sudah banyak diteliti. Di laboratorium kimia, bahan alam, dan sintetis ITS, para ilmuwan sudah sering meneliti isolasi senyawa dari tumbuhan, hewan, jamur, dan sintetis.

Dia pun pernah meneliti tanaman-tanaman darat seperti jamur saat studi S-3. Dia berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangsih berarti dalam pengobatan penyakit-penyakit serius yang selama ini menjadi tantangan bagi umat manusia. Lebih dari itu, Fatma ingin menunjukkan Indonesia sebagai negara yang luar biasa. Indonesia tidak kalah dengan negara lain dan mampu melakukan apa yang negara lain lakukan.

Bagi dia, menjadi pemenang L’Oréal-UNESCO for Women in Science merupakan pencapaian sebuah impian karena ini bukti para perempuan peneliti dari Indonesia sama baiknya dengan para peneliti internasional lain. Fatma merasakan kepuasan tersendiri menjadi seorang peneliti. Terutama ketika dia menentukan kandungan dari senyawa dan mengisolasi serta menghubungkannya. Itu sangat seru. “Setelah diulik-ulik lalu ketemu relasinya, puasnya minta ampun. Senangnya luar biasa,” ungkap perempuan yang telah mematenkan hasil penelitiannya, yakni daun dan buah masisin sebagai herbal antidiabetes ini.

Fatma saat masih kanak-kanak sebenarnya ingin menjadi dokter. Menjadi peneliti seperti sekarang ini tidak masuk dalam daftar cita-citanya. Namun, sejak kuliah di Jurusan Kimia ITS, dia mulai merasakan nikmatnya bergelut dengan laboratorium. Para peneliti di sana juga asyik melakukan penelitian. Semasa kuliah, Fatma pernah membuat karya alternatif mahasiswa bersama teman-teman dari penelitian membran untuk filter jus apel. Dari situ keinginan menjadi peneliti semakin jadi. Dia pun berkomitmen untuk menjadi peneliti yang berguna bagi banyak orang.

“Saya berpikir ini jalan saya. Ketika masuk ke Jurusan Kimia, pilihan kita sudah jelas yaitu menjadi peneliti atau dosen atau keduanya. Apa pun yang sedang saya lakukan haruslah dilakukan sebaik mungkin,” katanya. Fatma mengutip pernyataan Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO Arif Rahman, yaitu kita harus membangun negara ini berdasarkan penelitian.

Potensi peneliti di Indonesia besar karena anak Indonesia pintar semua. Idealnya kebiasaan meneliti ditanamkan sejak dini. Dengan begitu, mudah melihat bahwa Indonesia di masa mendatang akan menjelma menjadi negara maju. “Iman dan ilmu. Keduanya pasti bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Itu juga mendorong saya menjadi dosen dan peneliti. Karena memiliki ilmu dan menjadi guru insya Allah kita akan memberi manfaat banyak kepada umat,” kata ibu dua anak ini. Lantas, apa impian besar Sri?

“Sekarang, saya ingin jadi l’oreal atau profesor, penelitian-penelitian saya bisa berguna bagi banyak orang. Tapi lebih dari itu semua, saya ingin melihat anak-anak Indonesia tumbuh dengan cerdas, lebih cerdas dari generasi sebelumnya,” jawab Fatma lugas. arif ardliyanto

emoticon-Belomatabeloemoticon-Matabelo
dan masih banyak lagi prestasi2 anak bangsa ini gan

"Daripada kita sibuk menghujat atau menilai orang lain, mending mulai skrg kita nilai diri kita sendiri, kita bikin prestasi untuk bangsa ini sehingga kita bisa dikenang bukan karena caci maki tapi karena sebuah dedikasi sebuah prestasi" by: fifinsw

emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)

sumber: http://koran-sindo.com/node/358223
Diubah oleh dodoli_cop 20-01-2014 13:10
0
2K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.