Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

patronella012Avatar border
TS
patronella012
Minta pendapat anda?
Halo agan-agan sekalian, saya seorang newbie disini dan iseng-iseng gabung di kaskus emoticon-Smilie

Disini, saya pengen curhat dikit dong. Saya sedang dilanda kegalauan, tapi INI BUKAN MASALAH CINTA, tapi tentang sahabat saya. Tolong dibaca ya dan maaf kalo Out Of Topic ato gajelas, tapi saya bener-bener butuh pendapat kalian.

Saya punya 2 teman, yang satu sebut aja Gita, yang satunya lagi Ika. Gita ini anaknya rada tomboi, sedangkan Ika itu feminin banget. Kami bertiga udah temenan lebih dari 3 tahun, tapi saya merasa Gita lama-kelamaan mulai menjauh..

Kejadiannya bermula saat kami mulai banyak olahraga-olahraga 'berat' seperti sepak bola, basket, dan volly. Dulunya olahraga kami di sekolah hanya seperti bulutangkis atau kasti, yang pembagian kelompoknya secara acak dan tidak membeda-bedakan anak laki-laki dan anak perempuan.
Tapi sejak mulai memasuki pertengahan antara 2-3 tahun kami bersahabat, saat murid mulai disuruh membagi kelompok untuk permainan sepak bola..

Awalnya saya pikir masih mau bertahan di olahraga badminton, karena saya memang lemah dalam olahraga dan yang saya bisa cuman badminton dan kasti. Waktu saya tanya ke sahabat saya ini, si Ika katanya mau ikut volly, dan si Gita yang tomboi memilih sepak bola.

Karena lapangan sepak bola letaknya cukup jauh dari lapangan bebas (untuk bermain kasti dan badminton) sejak itu saya jadi jarang bertemu dengan Gita karena setiap pelajaran guru-guru melarang untuk mengobrol. Saat istirahat pun saya dan Ika sudah jarang bertemu Gita. Saat bertemu pun, palingan hanya sepatah duapatah kata sekadar basa basi..

Lalu, setelah memasuki sebulan Gita jarang bertemu kami, seperti biasa kelas kami bertukar tempat duduk. Biasanya saya, Gita dan Ika selalu duduk bersama (Gita dan saya duduk sebangku, lalu Ika duduk di depan saya). Tapi, waktu disuruh memilih tempat duduk, Gita malah memilih duduk didekat seorang siswi yang kebetulan juga saya tau, suka bermain bola. Sebut saja dia Levi. Saya sudah mulai curiga, tapi Ika menenangkan dengan berkata, "mungkin Gita cuman bosan. Nanti juga dia pasti akan duduk dengan kita lagi,"

Tapi kenyataannya setelah 3 bulan, Gita malah makin menjauh. Setelah saya dan Ika berusaha mencaritau, ternyata Gita dan Levi kebagian satu tim sepak bola. Gita dan Levi. Ah, mereka sangat mengusik pikiran saya.

Seminggu kemudian, saya sengaja merencanakan pengamatan bersama Ika. Saya dan Ika minta izin ke guru dengan alasan sakit kepala, lalu kami berdua berjalan menuju lapangan sepak bola.

Setibanya disana, ternyata kebetulan sekali anak-anak sedang beristirahat. Saya dan Ika memperhatikan kedekatan Gita dan Levi. Gita kelihatannya senang sekali berada di dekat Levi. Mereka bercanda dengan teman-teman se-timnya. Saya sebenarnya tidak mempermasalahkan Gita yang bersahabat dengan orang lain. Toh, saya juga cuman sahabatnya dan tidak berhak melarangnya. Tapi saya takut, karena Levi tergolong anak yang suka membantah guru. Bahkan Levi pernah diancam mau dikeluarkan dari sekolah, karena mengata-ngatai guru dengan tidak sopan. Tapi saya harus bagaimana?

Kian hari persahabatan Gita dan Levi semakin akrab. Saat pergantian tahun ajaran, Ika mulai menjauh. Saya tau dia juga sedih melihat Gita yang semakin menjauh, dan saya juga semakin dingin terhadap teman-teman yang lain. Meski begitu, Ika masih punya teman. Yang saya khawatirkan adalah diri saya sendiri, karena saya bukan tipe yang mudah mendapatkan teman. Anak-anak selalu menjauh melihat saya. Bahkan mereka tidak tertawa saat mendengar lelucon saya. Satu-satunya teman yang saya punya hanya Gita dan Ika, tapi mereka juga sudah tidak memperdulikan saya..

Tapi kisah ini belum berakhir. Karena dihantui ketakutan akan sendiri menjalani tahun-tahun terakhir di sekolah, saya pun mulai mengikuti olahraga sepak bola, dengan harapan akan bertemu dengan Gita dan mempererat persahabatan kami lagi. Harapan saya terkabulkan. Saya sekelompok dengan Gita, yang berarti juga sekelompok dengan Levi. Levi sudah sejak dulu bermusuhan dengan saya. Saya juga tidak tau kenapa dia begitu benci pada saya.

Namun, saat latihan pertama dan kedua, saya banyak melakukan kesalahan. Bahkan saya tidak tau cara menendang bola! Alhasil, saya jadi bahan ejekan di tim saya. Lama-lama, Gita pun ikut menertawakan saat saya terjungkal, tersandung, yang saya tau itu semua akal-akalan Levi. Saya juga pernah memergoki dia yang menghasut teman-teman satu tim untuk mengeluarkan saya dari tim itu.

Hanya 2 bulan, saya pun keluar dari tim sepak bola dan mencoba bergabung tim basket. Hasilnya? Sama. Pada hari terakhir saya bermain basket, saya terjatuh dan tangan serta kaki saya terluka, tapi tidak ada yang menolong. Mereka malah menyuruh saya untuk bangun dan pergi ke UKS sendiri, karena saya memang dokter kecil di sekolah saya. Tapi, mengapa mereka sejahat itu? Saat saya berjalan tertatih-tatih ke pinggir lapangan, saya bisa melihat melalui sorot mata Ika kalau dia ingin membantu saya.. Tapi kemudian dia berbalik dan kembali ke kelompoknya.

Saya sedih. Kurang apa saya sampai mereka seperti itu? Saya memang cerewet, dan saya sering me'nasehati' mereka sampai mereka mengejek saya dengan sebutan "ibunya para murid" tapi saya seorang yang setia kawan. Saya tidak pernah mengabaikan saat mereka sakit, atau butuh pertolongan saya. Bahkan jika di kelas sedang tengah ulangan pun, dengan senang hati saya akan turun tangan saat mereka butuh. Saat sedang gerimis, saya relakan keluar dari rumah, sore-sore, hanya untuk menemui mereka dan mendengarkan curhatan mereka. Tapi apa balasan mereka?

Setiap pagi saya berjalan menyusuri lorong kelas, sendiri. Kesepian. Jadi bahan omongan..

Saya memang sering disebut 'murid kesayangan guru'. Tak jarang guru-guru jadi tempat sandaran dan curhatan saya. Tapi bagaimanapun guru tetap guru. Guru tidak bisa kau ajak bicara dalam kelas. Guru tidak bisa memberimu uang saat kau lupa membawa uang jajan. Guru tidak bisa kau ajak berguling-guling di lantai, atau menginap di rumahmu dan bercerita hingga tengah malam.. Guru adalah guru dan sahabat adalah sahabat. Sayangnya aku hanya punya guru yang menyayangiku dan bukan sahabat yang setia disisiku dalam suka maupun sedihku.

Maaf kalo endingnya agak gaje.. Tapi tolong, agan-agan, beritau apa yang sebaiknya saya lakukan. Saya tidak suka berlama-lama seperti ini terus. Masih ada setengah semester terakhir di sekolah dan saya tidak mau terus bersedih hanya karena tidak punya teman.
http://s.kaskus.id/images/2014/01/16...0116075842.jpg

Thanks buat yang mau baca. Saya sangat senang setelah masalah ini bisa saya ceritakan dan rasanya beban hati terangkat sedikit.. emoticon-SorryMinta pendapat anda?
0
1.1K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.