Oke Gan, lupain perdebatan soal menteri satu ini pencitraan atau enggak. Nggak ada habisnya. Niat seseorang hanya orangnya sendiri dan Tuhan yang tahu. Lebih baik kita bicara angka. Karena angka nggak bohong.

Kenapa Fenomenal?
Karena terobosan-terobosannya memcahkan kebuntuan berbagai masalah. Karena ide-idenya seolah gak pernah habis. Karena kebijakannya suka bikin ngangetin. Karena visinya jauh ke depan sehingga menjadi kontroversial untuk masa sekarang. Pernyataan ini gampang dibantah. Karena gak pake angka dan data. Begitu bukan?

Kalo gitu kita pake angka sekarang Dahlan fenomenal karena dalam waktu 1,5 tahun, dia berhasil menurunkan jumlah BUMN yang rugi dari 23 biji pada tahun 2011 menjadi tinggal 16 biji tahun 2012 kemaren . Kalo pada tahun 2011 total kerugian BUMN yg rugi tadi sebesar Rp3,54 triliun maka tahun 2012 ruginya tinggal Rp1,49 triliun. Turun 42%!
(http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...p.1.49.Triliun)

Kalau keuntungan? Sayangnya sampai hari ini kita belum dapet data keuntungan BUMN tahun 2012. Tapi, ada data soal berapa pajak yang dibayar BUMN tahun 2012. Ada kenaikan 8 persen menjadi Rp 135 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 125 triliun. Kalau pajak naik, artinya, pendapatan dan keuntungan BUMN juga naik.
(http://www.investor.co.id/home/setor...0-miliar/37668)

Ada data penting satu lagi yang bisa kita nilai dari kinerja Dahlan. Terus menurunnya dana PMN (Penanaman Modal Negara) ke BUMN. Dalam logika Dahlan, BUMN itu harus mensejahterakan. BUMN itu harus menyumbang duit ke nagara, bukan malah meminta duit ke negara. Itulah kenapa Dahlan sangat keras pada para dirut BUMN yang masih mengajukan proposal ke DPR. Dirut yang ketahuan minta PMN diancam di pecat!
(http://www.tempo.co/read/news/2013/0...a-Modal-Negara) . Menurut Dahlan, tidak ada alasan bagi para dirut BUMN untuk mengajukan PMN. Direksi perusahaan pelat merah itu telah dibayar tinggi untuk mencari solusi, bukan malah bersifat manja meminta PMN.

Kebijakan Dahlan, PMN hanya diberikan pada BUMN yang bergerak dalam bidang strategis. Bahkan PMN yang sudah disetujui DPR dibatalkan Dahlan kalau BUMN penerimanya tidak masuk kategori strategis. Contohnya PMN untuk Kertas Leces.
(http://bisnis.news.viva.co.id/news/r...ntongi-rp200-m) ,

Hasil dari kebijakan Dahlan, dalam dua tahun terakhir, jumlah PMN terus menurun. Kalau tahun 2010 jumlahnya 62,28 Triliun. Tahun 2012 jumlahnya berkurang drastis jadi 12, 5 Triliun, Tahun 2013 jumlah awalnya cuma 4,5 Triliun. Tapi kemudian diusulkan tambahan modal untuk 4 BUMN yang bertugas memberikan kredit murah untuk usaha kecil.

([url]http://finance.detik..com/read/2012/08/22/112433/1996144/4/4-bumn-ini-bakal-disuntik-pemerintah-rp-45-triliun-di-2013[/url])

Kenapa Dahlan bisa mereformasi BUMN secepat ini?

Pak Jusuf Kalla bahkan menyamakan Dahlan dengan dirinya. “Dahlan mampu merubah result oriented. Sama seperti saya, proses nomor dua, asal jangan juga melanggar aturan, karena kalau salah juga bahaya. Kalau murni birokrasi ya susah. Apa yang dibuat ia memperpendek proses dengan result oriented tapi tidak salah (melanggar aturan).”
(http://www.radarbangka.co.id/berita/...n-kreatif.html)

Kalau analisa dari Prof Rheinald Kasali, perubahan cepat ini terjadi karena Dahlan menerapkan cara berpikir Pareto. Dahlan selalu bisa menemukan masalah utma yang lebih dulu perlu diselesaikan. Pareto adalah teori bahwa penyelesaiaan masalah itu cukup dengan menghajar 20% masalah utama. Karena 80% masalah sisanya akan teratasi dengan sendirinya kalau 20% masalah utama terselesaikan.

Testimoni menarik, datang dari anak buah Dahlan di BUMN. Dirut Indonesian Port Corporation (IPC, dulu pelindo) RJ Lino mengistilahkannya seperti ini: “Kalau ada teori berpikir out of the box, kalo Pak Dahlan ini nggak ada box-nya”
(Sumber: Buku Antara Pasar dan Politik, BUMN di bawah Dahlan Iskan)

Nah, berikut ini kita lihat satu persatu kebijakan dan prestasi Dahlan yang belum 2 tahun memimpin BUMN. Ohya, begitu memimpin BUMN, Dahlan menetapkan 3 visi BUMN: Satu, Ketahanan nasional termasuk ketahanan pangan; Dua, Sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi (engine of growth); Tiga, Sebagai kebanggaan bangsa.