Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

djayalahAvatar border
TS
djayalah
Bukti Prabowo Patriot Sejati


Tak gampang untuk bisa mewawancari Prabowo Subianto, pastinya itu dirasakan pula oleh banyak teman wartawan yang mencoba menginterviu mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad ini. Apalagi kalau topik wawancara itu dimaksud untuk mengorek seputar kejadian 15 tahun silam terkait dengan peristiwa penculikan aktivis pro demokrasi 1997 / 1998, penembakan mahasiswa Trisakti, kerusuhan sosial Mei 1998 dan isu rencana kudeta yang telah ditudingkan melibatkan dirinya sebagai orang yang bertanggungjawab di peristiwa tersebut.

Dalam sebuah kesempatan makan malam bersama Prabowo di kediamannya di Bojong Gede, Hambalang – Bogor, saat itu yang ada di otak saya bagaimana bisa memanfaatkan momentum berharga ini menyelinapkan pula pertanyaan agak sensitif menyangkut peristiwa politik yang mencuat 15 tahun silam yang masih sering digelindingkan sampai hari ini.

Tak ayal lagi naluri jurnalistik saya pun terus bekerja. Di sini otak saya bekerja keras bagaimana caranya sekaligus memanfaatkan momentum makan malam bersama Prabowo ini untuk bisa mengorek jawaban langsung dari yang bersangkutan.

Sambil berbincang banyak hal dalam obrolan meja makan dari yang remeh-temeh sampai ke topik yang lagi aktual dalam suasana penuh keakraban, santai tapi serius, sesekali diselingi gelak tawa, konsentrasi di otak saya tetap fokus bagaimana mencari celah kesempatan detik-detik menentukan untuk mengajukan pertanyaan seputar peristiwa yang dituduhkan kepada dirinya sebagai orang yang bertanggungjawab atas penculikan aktvis, kerusuhan sosial Mei 1998 dan isu rencana kudeta 1998 di tengah lengsernya rezim pemerintahan mantan mertuanya, Presiden Soeharto.

Terus terang saat itu saya mencari celah yang pas, karena sempat ngeri juga jangan sampai mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad merasa tidak nyaman oleh pertanyaan tersebut.

Walau agak tersendat, akhirnya pertanyaan itu nyerocos juga dari mulut saya. Justru sebaliknya, jawaban yang keluar dari mulut Prabowo malah lancar tidak tersendat-tersendat dan mengalir dari A sampai Z, diselingi oleh ilustrasi analogis untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh atas peristiwa tersebut, apa sebenarnya yang terjadi. Meski ada yang diembel-embeli ini off the records, dan ada yang dilewati sengaja tidak dibuka.

Tertangkap kesan kuat dari ekspresi wajah mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad yang juga akrab dipanggil kode 08 dan PSD ini bahwa ia sengaja tidak mau membuka tabir tersebut, dan tidak ingin membeberkannya. Meski ada upaya sistematis dengan melempar tudingan, kesalahan dan tanggungjawab ditimpahkan ke dirinya.

Lalu, akankah ia terus menyimpan tabir rahasia Kotak Pandora ini, entah sampai kapan? “Biar ini sudah menjadi bagian tanggungjawab saya,” ucapnya dengan nada datar, serius, tanpa memprlihatkan ekspresi apapun di wajahnya. Atau Prabowo sengaja mempasrahkan biarkan sejarah itu sendiri yang akan berbicara menguak tabir semua ini.

Jawaban ini memang tidak memuaskan saya. Pasalnya masih diliputi rasa penasaran keingintahuan saya akan Kotak Pandora ini dibuka secara terang benderang tanpa ada yang ditutup-tutupi. Siapa paling bertanggungjawab atas kasus ini? Dan tidak ada lagi yang tersandera olehnya sehingga tidak terjadi yang namanya pembunuhan karakter (character assassination).

Di sini saya melihat dan menangkap komitmen patriotisme seorang prajurit sejati ada dalam diri mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subianto. Disebutkan bahwa drama penculikan aktvis sebagai operasi intelejen atas dasar perintah bawah komando operasi (BKO). Ditambahkan, yang terlibat di operasi ini bukan cuma Kopassus, juga melibatkan kesatuan lainnya dan garis komandonya.

Tapi tetap saja mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad ini tetap tutup mulut rapat-rapat tidak mau membuka membeberkan dengan menyebut nama siapa sejatinya paling bertanggungjawab atas kasus ini. Meski namanya hingga kini tersandera oleh kasus ini, tetapi sebagai seorang prajurit dengan jiwa patriotismenya ia menyimpan dan menjaga rapat-rapat rahasia isi Kotak Pandora itu.

Sehabis menceritakan soal Kotak Pandora, suasana sempat hening sejenak, kita hanyut dalam alam pikiran masing-masing, begitu PSD ikut terdiam dengan tatapan mata menerawang jauh. Entah gejolak apa yang sedang dipikirkan saat itu.

Tak lama berselang, suasana hening terpecahkan oleh lontaran kata-kata PSD dengan gaya bahasa yang diplomatis disertai ilustrasi analogis peristiwa demi peristiwa tersebut di tengah pergolakan politik yang berujung dengan lengsernya pemerintahan rezim Presiden Soeharto, sampai lahirnya pemerintahan Orde Reformasi, dikaitkan dengan realita politik hari ini.

Meski mengalami tudingan, tuduhan, cacian, makian dan tersandera oleh pembentukan opini publik dalam peristiwa penculikan aktivis tahun 1997 / 1998, penembakan mahasiswa Trisakti, dalang kerusuhan sosial Mei 1998 sampai tebaran isu hendak melancarkan kudeta, ia tetap tegar. Dan ia hanya menjawab bahwa tudingan dan tuduhan yang diarahkan pada dirinya itu tak lain bahwa semua itu adalah fitnah.

Sebagai seorang tentara, ia tetap mengaku memegang teguh komitmennya sebagai seorang prajurit dan patriot sejati untuk tetap setia janji menyimpan, menjaga rapat-rapai isi Kotak Pandora itu. “Biar ini sudah menjadi bagian tanggungjawab saya,” tegasnya sekali lagi.

Artikel ini tidak dimaksudkan secara serta-merta membela benar atau salah atas dituduhkan itu. Karena saya yakin dengan seyakin-yakinnya Prabowo mampu membela dirinya sendiri, dan bahkan bukan tidak mungkin justru ia akan dibela dengan sendirinya oleh proses waktu, siapa sejatinya bertanggungjawab atas peristiwa tersebut.

Dari obrolan cerita di meja makan, di sini saya melihat dan menangkap jiwa seorang prajurit sejati dalam diri mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subianto yang punya komitmen, dan memegang serta menjaga teguh komitmennya sebagai seorang patriot sejati.

Lalu saya pun diingatkan oleh cuplikan lirik lagu yang sarat dengan nada patriotisme berjudul ‘Kebyar-Kebyar’ ciptaan Gombloh; Biarpun bumi berguncang, kau tetap Indonesia-ku. Dan satu lagi cuplikan lirik lagu ciptaan Leo Kristi, berjudul ‘Jabat Tangan Erat-Erat Saudaraku’; Kalau cerminan tak lagi punya arti, pecahkan berkeping-keping, kita berkaca di riak gelombang...!

* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, penulis lirik lagu, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia” (Formasi).
0
1.9K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.