Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mizdhanAvatar border
TS
mizdhan
PENGABDIAN GURU MUDA : dalam hutan ia sering bertemu sosok aneh
SYAHRIR, GURU YANG TAK PERNAH LELAH NAIK TURUN GUNUNG


PENGABDIAN GURU MUDA : dalam hutan ia sering bertemu sosok aneh

Mengajar di daerah terpencil, tanpa akses listrik dan jalan boleh jadi adalah pilihan. Boleh dijalani namun boleh juga tidak dijalani, tapi bagi seorang Syahrir, mengajar di daerah terpencil adalah takdir yang harus dijalaninya meski ia harus berjalan kaki naik turun gunung selama 4-5 jam. Mengajar adalah keharusan baginya, karena sudah menjadi tugasnya sebagai seorang guru, tanpa peduli seberat apapun medan yang harus dilaluinya. Baginya, suatu kesyukuran dapat kembali mengabdi di sekolah yang pernah menggemblengnya semasa masih bersekolah di SDN 44 Kampung Bakka, sekolah yang juga menjadi tempatnya mengajar saat ini sebagai guru Pendidikan Agama Islam.

PENGABDIAN GURU MUDA : dalam hutan ia sering bertemu sosok aneh

Sebagai seorang mantan aktivis semasa masih kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Dakwah wal Irsyad (STAI DDI) Pangkep, pemuda kelahiran Ujungpandang 23 Juni 1984 ini sebenarnya punya potensi menikmati kenyamanan bekerja di ibukota kecamatan dengan segala fasilitas dan gaji yang mapan, namun semua itu ditampiknya dan malahan sangat menikmati keluar masuk hutan, naik turun gunung, menyusuri jalan sunyi dan menakutkan menuju Kampung Bakka demi menunaikan tugasnya sebagai seorang guru sejak terangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) lima tahun silam. Baginya, Bakka sudah menjadi takdir hidupnya.

PENGABDIAN GURU MUDA : dalam hutan ia sering bertemu sosok aneh

Diceritakannya, seringkali dalam perjalanan menuju Kampung Bakka itu, dalam hutan ia bertemu sosok-sosok aneh yang membuat bulu kuduknya merinding. Perjalanan ke Bakka bukanlah jalan-jalan biasa, ia bukan hanya harus melawan dingin karena hutan yang diterobosnya masih berselimut kabut dan embun, tetapi ia juga harus melawan ketakutannya sendiri. Seringkali ia menemukan dirinya diadang binatang seperti anjing besar dan ular piton. Namun, ia tak jera dan tak pula sekalipun dirinya meminta kepada pihak Dinas Pendidikan setempat untuk dipindahkan mengajar. Bakka adalah panggilan jiwanya dan di kampung terpencil ini pula ia menemukan pendamping hidupnya, Sulasrika, gadis Bakka yang telah memberinya anak, dinamainya Abraham, seperti nama tokoh pejuang anti korupsi yang diidolakannya.

PENGABDIAN GURU MUDA : dalam hutan ia sering bertemu sosok aneh

Tak seorangpun yang dapat menyangkal ketangguhan Syahrir menaklukkan Bakka, padahal alumni SMP Negeri 1 Bungoro dan SMK Muhammadiyah Bungoro ini tak pernah sekalipun tercatat sebagai pegiat pendaki gunung. Saat penulis bersamanya ke Bakka, tak sekalipun terdengar ia ngos-ngosan atau mengeluh capek, malahan menurut ceritanya, pernah beberapa kali ia dalam sehari dua kali bolak balik jalan kaki dari Bontoa ke Bakka saat ayahnya sakit keras. Butuh waktu 4 jam jalan kaki untuk sampai di Bakka dan itulah yang kemudian membuatnya diakui sebagai guru tangguh dengan segudang aktifitas. Selain mengajar, Syahrir juga terbilang aktif sebagai pengurus masjid Nurul Huda Bontoa, pelaksana program bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Semen Tonasa serta Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kecamatan Minasatene untuk Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pangkep.

PENGABDIAN GURU MUDA : dalam hutan ia sering bertemu sosok aneh

Bagi Syahrir, pendidikan adalah pintu yang harus dilewati untuk mencapai kebahagiaan. Karena itu, yang terpenting baginya, pendidikan haruslah dinikmati oleh semua orang, oleh semua anak dan masyarakat. Tidak boleh hanya dengan alasan keterpencilan wilayah, lantas masyarakat itu dinafikan untuk diperhatikan pendidikannya. “Mereka juga berhak merasakan kemerdekaan, dan kemerdekaan itu salah satunya adalah pendidikan yang memerdekakan”, ujar guru yang selama lima tahun bertugas mengajar di Kampung Bakka ini baru satu kali mendapat tunjangan daerah terpencil. Disaat banyak guru begitu mudah mendapatkan gaji sertifikasi, Syahrir berjuang sendiri menyeret langkah dalam hutan naik turun gunung demi kebahagiaan 49 murid yang menantinya di Kampung Bakka, kampung terpencil yang ditujunya tanpa peduli akan sertifikasi. (*)



Penulis : M FARID W MAKKULAU Facebook
sumber : KOMPASIANA
Diubah oleh mizdhan 13-01-2014 09:13
0
2K
9
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.