Di banyak media, Roy Suryo secara jujur mengakui bahwa secara kompetensi, dirinya sebenarnya tak cocok di kursi “panas” itu. Tapi apa mau dikata, bila sang bos sudah memutuskan.

Sempat tersiar kabar (bohong-bohongan) bahwa di depan SBY, Roy Suryo menolak jabatan itu, simak bocorannya berikut ini,

Presiden : ” Saudara Roy, saya telah memutuskan anda sebagai menpora yang baru menggantikan AAM.”

Roy Suryo (pura-pura tidak ngeh): “Maaf Bapak Presiden, AAM itu siapa? Niku sinten, Pak? Lagian kenapa mesti pakai inisial Bapak menyebutkannya?”

Presiden : ” Hush, tahu sendiri menyebut nama tersangka mesti pakai inisial dong, masa saya mesti nyebut Andi Alfian Mallarangeng, kan menyalahi KUHAP.”

Roy Suryo: ” Lha tadi Bapak nyebut nama terangnya, he..he.., keceplosan ya pak. Begini Bapak Presiden, saya sebenarnya tak pas bila diberi kedudukan sebagai Menpora, Pak.”

Presiden: ” Tak pas gimana maksud saudara, ini saya memutuskannya juga bukan asal-asalan, lho.”

Roy Suryo: ” Terus terang ,Pak, masalah keolahragaan saya nol besar, apalagi masalah kepemudaan. Memang sih, saya kerap berolah raga, khususnya sepak bola, itupun terbatas hanya di PS, Pak, tahu sendiri kan saya pakar telematika yang doyan otak-atik gadget khususnya PS. Terus pertimbangan Bapak apa sih mendudukkan saya sebagai Menpora?”

Presiden: ” Iya, kami tahu saudara pakar PS eh pakar telematika, namun kursi menpora sangat pas buat saudara, kok.”

Roy Suryo: “Lho, kok pas, alasannya apa, Pak?”

Presiden: “Kumismu.”

Roy Suryo: ” Lho, apa hubungannya kumis dengan jabatan menpora, pak?”

Presiden: ” Sejak saya memerintah negeri ini, saya tradisikan kursi Menpora untuk pria berkumis. Ingat Adhyaksa Dault, AAM dan Saudara tipikalnya sama, yakni pria berkumis.”

Roy Suryo: ” Maaf, Bapak Presiden, sekali lagi kaitannya apa kumis dengan jabatan Menpora?”

Presiden: ” Kalau saya pilih figur tak berkumis, takutnya nanti mesti ganti nama Kementerian ‘Pemudi’ dan Olah Raga. Lagian, saya takut kalah populer dengan pria tak berkumis lagi, itu lho yang suka blusukan di gang-gang kumuh dan nyemplung di gorong-gorong.”


Sumber : kompasiana.com