Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam dan budaya, tetapi juga kaya akan kuliner khas daerah. Meski jaman semakin berkembang, dunia kuliner dengan makanan-makanan tradisional masih tetap menjadi primadona di Tanah Air.




Salah satu daerah yang kaya akan kuliner tradisional adalah Betawi. Etnis Betawi memiliki beragam makanan khas yang sudah tak asing lagi bagi mereka yang tinggal di kota Jakarta dan sekitarnya, seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang. Sebut saja Kerak Telor, Gabus Pucung, Soto Betawi, Kue Pancong, Kue Dongkal dan lain sebagainya.
Ya, Kue Dongkal. Cemilan satu ini kelezatannya tidak kalah dengan cemilan khas Betawi lainnya, seperti Kue Pancong atau Kerak Telor. Terbuat dari bahan dasar adonan tepung beras, gula merah, dan kelapa muda parut membuat Kue Dongkal menjadi pendamping minum teh atau kopi di pagi hari atau sore hari.



"Bahan dasar dongkal antara lain tepung beras, gula merah dan parutan kelapa muda. Proses pembuatannya, beras direndam terlebih dahulu selama kurang lebih 10 jam. Beras yang sudah direndam kemudian digiling dan dikukus berbentuk seperti tumpeng atau kerucut. Sebelum dikukus, beras yang sudah menjadi tepung dilapisi gula merah dengan cara bertumpuk-tumpuk. Dikukus kembali selama lima menit. Setelah itu di atasnya ditaburi parutan kelapa muda," jelas Achmad, penjual Kue Dongkal, saat ditemui Majalah TOPIK di gerobaknya yang berada di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat.



Memang, tak perlu menunggu terlalu lama, atau sekitar lima menit untuk bisa menikmati cemilan khas Betawi ini. Ketika diangkat dari kukusan, uap panas yg keluar menyatu dengan aroma khas adonan tepung beras membuat siapa pun yang melihat tak sabar untuk segera mencicipi Kue Dongkal.
"Kue Dongkal enak dinikmati ketika baru diangkat dari kukusan dan kelezatannya hanya bisa bertahan hingga dua jam. Lewat dari dua jam, Dongkal akan menjadi keras dan rasanya sudah tidak seenak ketika baru diangkat dari kukusan," tambah Achmad yang mengaku tidak pernah menggunakan bahan pengawet dalam adonan Kue Dongkalnya.
Kelembutan tepung beras serta manis gula merahnya semakin bertambah enak karena dilengkapi dengan parutan kelapa muda. Sungguh perpaduan rasa yang seimbang, manis dan gurih. Bagi mereka yang memiliki masalah dengan gigi, mungkin, harus lebih berhati-hati. Jangan sampai, kenikmatan Kue Dongkal terganggu gara-gara masalah satu ini.
Harga Kue Dongkal bervariasi, tergantung ukuran. Untuk yang kecil, dihargai Rp 6.000 sampai yang berukuran besar mencapai Rp 80.000. Achmad yang sudah berjualan Kue Dongkal selama kurang lebih dua tahun tak menampik jika mendapatkan keuntungan yang lumayan. Dalam satu hari ia bisa menghabiskan sekitar 21 liter tepung beras, 7 kg gula merah, dan 18 butir kelapa muda.



Dalam menjalankan usahanya, Achmad tidak sendirian. Ia bersama keluarga besar dan saudara-saudaranya berjualan Kue Dongkal yang tersebar di Jakarta dan Tangerang. Biasanya, Kue Dongkal dijajakan pada pagi hari sebagai teman minum teh atau kopi. Namun, Achmad dan keluarga serta saudara-saudaranya menjajakan Kue Dongkal pada sore hari hingga malam hari.
Achmad berharap, meski masyarakat sekarang sudah di'gempur' dengan berbagai jenis makanan, namun keberadaan makanan tradisional hendaknya tidak hilang begitu saja. Karena, menurutnya, makanan tradisional bisa menjadi ciri khas dari suatu daerah dan merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia.

Narasi ane ambil dari :Kue dongkal

Sumber Gambar : Koleksi Pribadi