- Beranda
- The Lounge
Pilih mana, Ketahuan Poligami atau Selingkuh ?
...
TS
kyoabe
Pilih mana, Ketahuan Poligami atau Selingkuh ?
Kalau Aa Gym bisa bernyanyi : Jagalah hati jangan kau nodai, Jagalah hati cahaya Illahi, maka lagu itu bisa di ubah sedikit menjadi : Jagalah istri jangan kau sakiti, Jagalah istri amanah Illahi…
Mungkin kita semua sering mendengar jargon “Lebih baik poligami daripada selingkuh”. Tidak sedikit yang memaknai kalimat itu sebagai pembenaran dari para pelaku poligami dan yang ingin berpoligami. Tetapi saya pribadi kurang sreg dengan untaian kalimat tersebut. Terlalu hina jika poligami dibandingkan dengan perselingkuhan. Poligami ada syariatnya dalam Islam dan hukumnya hanya diperbolehkan (jaiz atau mubah), bukan sunnah, tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan perselingkuhan itu dilarang dari segi apapun. Kita boleh membenci perselingkuhan, tapi sebagai umat muslim kita tidak boleh membenci poligami. Walaupun antara keduanya ada persamaan, yaitu ‘permainan hati’. Jadi, apapun alasannya, poligami tidak bisa dibandingkan dengan selingkuh. Sedangkan bagi sebagian orang yang tetap berbicara “lebih baik poligami daripada selingkuh”, itu terlalu naif, bodoh.
Tentang poligami ini ada dalam Alquran di Surah An-Nisa yang artinya “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kimpoiilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kimpoiilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” [An-Nisa : 3]. Tetapi yang perlu ditekankan disini bukan hanya dua-tiga atau empat istri saja, ada yang jauh lebih bermakna, penegasan kalimat setelahnya “Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kimpoiilah) seorang saja …. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya ”.
Beberapa kali saya menemui seorang laki-laki yang berpoligami secara diam-diam tanpa sepengetahuan istri pertama. Begitu ketahuan istri pertama (dan anak-anaknya), si pelaku (suami) pusing setengah mati karena istri pertama menuntut ‘pilih aku atau dia’. Kebanyakan keluarganya berantakan, keluarga pertama di ambang kehancuran. Kalau sudah seperti ini bukan kebaikan yang diperolehnya. Oleh karena itu, bagi para suami yang mau berpoligami akan lebih baik jika dia meminta izin terlebih dahulu kepada istri pertama, dan apabila mempunyai anak yang sudah dewasa maka mintalah keridhoannya juga atas mereka agar suatu hari tiada suatu yang bersifat aniaya antara yang satu dengan yang lain.
Banyak diantara pelaku poligami yang tergesa-gesa dan bersegera melakukan poligami tanpa pertimbangan dan pemikiran, sehingga ia menghancurkan kebahagiaan keluarganya dan memutus ikatan tali (pernikahannya) dan menjadi seperti orang yang dikatakan oleh seorang A’rabi (dalam bait syairnya):
Aku menikahi dua wanita karena kebodohanku yang sangat
Dengan apa yang justru mendatangkan sengsara
Tadinya aku berkata, ku kan menjadi seekor domba jantan di antara keduanya
Merasakan kenikmatan di antara dua biri-biri betina pilihan
Namun kenyataannya, aku laksana seekor biri-biri betina yang berputar di pagi dan sore hari diantara dua serigala
Membuat ridla istri yang satu ternyata mengobarkan amarah istri yang lain
Hingga aku tak pernah selamat dari satu diantara dua kemurkaan
Aku terperosok ke dalam kehidupan nan penuh kemudlaratan
Demikianlah mudlarat yang ditimbulkan di antara dua madu
Malam ini untuk istri yang satu, malam berikutnya untuk istri yang lain, selalu sarat dengan cercaan dalam dua malam
Maka bila engkau suka untuk tetap mulia dari kebaikan
yang memenuhi kedua tanganmu hiduplah membujang
namun bila kau tak mampu, cukup satu wanita, hingga mencukupimu dari beroleh kejelekan dua madu
Bait syairnya yang dikatakan A’rabi ini tidak benar secara mutlak, tetapi barangsiapa yang takalluf (memberat-beratkan dirinya) melakukan poligami tanpa disertai kemampuan memberikan nafkah, pendidikan dan penjagaan yang baik, maka dimungkinkan akan menimpanya apa yang dikisahkan oleh A’rabi itu yaitu berupa kesulitan dan kepayahan.
Jadi bukan “lebih baik poligami daripada selingkuh”, yang benar adalah “lebih baik tidak poligami dan tidak selingkuh” (^_^).
Polling
0 suara
Dipilih-dipilih ...
tenarsyndrome memberi reputasi
1
3.5K
26
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya