Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ainalizaAvatar border
TS
ainaliza
Selama 16 Tahun Terkapar, Gadis Ini Hanya Dirawat Neneknya


SEDIH BANGET ANE BACA INI. BAGI TEMEN-TEMAN KASKUS YANG MAU BANTU SILAHKAN. ALAMATNYA TERTERA DI FOTO DAN NASKAHNYA.

Tak ada lagi bisa diharapkan dari kehidupannya. Tubuhnya hanya mampu terkapar di tempat tidur sejak bayi hingga usia 16 tahun. Kondisinya memprihatinkan. Hanya kelopak matanya saja yang mampu berbicara menyampaikan deritanya.

Tragis, yahh..nasib tragis nan memilukan dialami gadis remaja yang bernama lengkap Deta Indrawati (15). Masa remaja yang seharusnya dipenuhi suka cita dan kasih sayang keluarga tak bisa dimiliki Deta.

Perjalanan hidupnya tak seperti bocah pada umumnya. Deta menderita penyakit kelebihan cairan di kepala atau Hidrocepallus sejak usia menginjak umur 4 bulan. Penyakit tersebut menghambat pertumbuhan Deta. Dia tak lagi berkembang normal.

Penyakit yang diderita Deta semakin hari tak kunjung sembuh, meski orang tuanya telah banyak mengeluarkan biaya perawatan operasi di sebuah rumah sakit swasta di Kota Solo.

Biaya perawatan pengobatan harus ditanggung sendiri oleh ibunya yang hanya mengandalkan uang dari hasil upah seorang buruh makanan. Keadaan ini semakin memprihatinkan ketika ayah yang sangat disayangi justru pergi meninggalkan keluarganya.

Tak diketahui kemana ayahnya pergi, bahkan keberadaanya pun sampai sekarang tak tentu rimbanya. Hanya ibu dan kakak laki laki satu satunya yang masih terus setia menyayangi Deta sampai sekarang.

Sejak mengalami penyakit kelebihan cairan di kepalam Deta hanya mampu terbaring lemah di atas tempat tidur, meski berbagai cara perawatan medis telah dilakukan dengan cara operasi semasa Deta masih kecil. Namun hal tersebut tak meringankan beban penyakitnya.

Bahkan semakin hari pertumbuhan badanya semakin menyusut, tulang punggungnya tumbuh dengan kondisi miring, tangan dan kakinya hanya tulang terbungkus kulit.

“Det, Deta….” panggilan ini yang keluar dari mulut Endang Wiyati, bibi Deta setiap kali Deta menangis.



Setiap kali mengeluh Deta hanya mampu mengeluarkan suara tangis dari mulutnya yang sangat memilukan. Suaranya merintih pilu sembari kedua matanya berkaca kaca. Saat mendengar suara panggilan bibinya dari luar rumah, tangis Deta biasanya akan terdiam. Meski tak mampu mengucap kata, namun Deta masih bisa mendengar suara panggilan yang ditujukan kepadanya.

“Kondisi tubuhnya sudah sangat memprihatinkan,” jelas Endang yang rumahnya bersebelahan dengan rumah yang ditempati Deta dan keluarganya.

Menurut Endang, dengan kondisi kedua tangan melengkung memprihatinkan, tulang punggung tumbuh bengkok, dan juga kedua kakinya yang tumbuh tidak normal semakin membuat keadaanya sangat memilukan.

Siapapun orangnya yang melihat kondisi Deta pasti akan menitikan air mata. Nasib yang dialami Deta dan keluarganya diperparah lagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang miskin, sehingga untuk perawatan setiap bulan Deta harus mengandalkan bantuan dan belas kasih orang orang yang ada di sekitarnya.

“Saat menjalani operasi di salah satu rumah sakit swasta di kota Solo usia Deta baru menginjak umur 4 bulan,” tegas Endang yang juga ketua RT 07/01 Banaran, Grogol Sukoharjo.

Endang menambahkan, saat menjalani operasi penyedotan cairan di kepala, biaya operasi dibantu oleh beberapa pihak yang peduli dengan kondisi Deta. Selain bantuan dari perorangan, Palang Merah Indonesia (PMI) wilayah Kota Solo juga turut membantu perawatan medis yang diderita oleh Deta.



***
Sebelum Deta bertempat tinggal menumpang di rumah neneknya di Dusun Talang, Desa Banaran RT 07/01, Grogol, Sukoharjo, pasangan Suwardi dan Sri Suparmi ayah dan ibu Deta menetap di daerah Bonoloyo Banjarsari Solo.

Tetapi saat usia Deta menginjak umur 1,5 Tahun, Suwardi pergi meninggalkan keluarganya entah kemana. Kesulitan ekonomi Sri Suparmi semakin hari semakin bertambah susah demi menghidupi kedua orang anaknya.

Keluarganya mau tak mau harus pindah rumah menumpang hidup di rumah orang tuanya di Dusun Talang, Banaran Grogol Sukoharjo.

Di tempat ini Deta dirawat neneknya Warnomiharjo (75) yang setia dari pagi hingga petang. Selain neneknya beberapa kerabat yang peduli dengan Deta juga turut membantu merawat setiap hari.

Pagi mulai pukul 8.00Wib hingga pukul 17.00 Wib Sri Suparmi harus pergi bekerja membantu jualan di warung makan dengan upah Rp 15.000 setiap hari. Upah minim yang diterima Suparmi tak mencukupi untuk biaya perawatan Deta setiap hari.

Dari sini Deta pun harus bisa pasrah dengan keadaannya. Saat ditinggal pergi bekerja, Deta diasuh oleh neneknya dari pagi hingga petang. Makan, minum, buang air besar dan keperluan lainnya dirawat dengan cinta kasih sang nenek.

“Beberapa pihak sebenarnya pernah meminta Deta dirawat di rumah sakit namun hal tersebut justru ditolak pihak keluarga, dengan alasan perawatan rumah sakit tak akan bisa merubah keadaan Deta yang terlanjur seperti itu,” tegas Endang.

Yang dibutuhkan adalah kecukupan makanan sehat dan bergizi yang harus diterima Deta untuk asupan makan setiap hari. Namun hal ini sulit didapatkan dengan kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan.

Beberapa pihak memang ada yang membantu setiap bulan dengan memberi susu dan beras 2,5 kg setiap bulan. Meski tak seberapa namun bantuan tersebut mampu meringankan beban ekonomi keluarganya.

Ibu, kakak laki lakinya dan Deta menumpang di rumah neneknya dengan menempati kamar seluas 2,5 meter X 7meter sejak Juni 3013. Di kamar yang sempit tersebut Deta tergeletak lemah memprihatinkan beralaskan kasur kusam.
Selain dipergunakan sebagai kamar tidur, ruangan sempit tersebut juga dipakai sebagai dapur oleh keluarganya. Kehidupan miskin yang dialami keluarganya membuat Deta semakin hari semakin terpuruk dan memprihatinkan.



Meski beberapa program kesehatan keluarga miskin dari pemerintah pusat seperti Jamkesmas dan kartu penjamin sosial telah dikeluarkan bagi masyarakat miskin, namun keluarganya tak pernah terdaftar dalam program tersebut.
Biaya operasi sebesar Rp 10 juta saat dirinya berumur 4 bulan juga harus ditanggung keluarganya sendiri. Padahal pasca operasi dilakukan Deta harus terus menjalani perawatan medis agar bisa sembuh dari sakit.

Namun karena kesulitan ekonomi serta tidak terkontrolnya Deta dalam program Jaminan Sosial Masyarakat miskin, membuat dia harus menjalani kehidupan cacat seumur hidup hingga menginjak usia 16 tahun.

Pasca operasi penyedotan cairan di kepalanya, dokter rumah sakit menganjurkan agar memasang beberapa selang yang terhubung dari kepala, pundak dan punggung. Karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang beberapa selang penyedot cairan tersebut, pihak keluarga hanya mampu memasang dua selang di kepala Deta.

Pemasangan selang yang dilakukan pihak rumah sakit juga diharuskan ada penggantian setiap dua tahun sekali. Dan lagi-lagi faktor biaya menghambat proses penyembuhan Deta.

Penggantian selang pun tak pernah dilakukan. Sejak saat itu pertumbuhan Deta mulai mengalami penurunan yang sangat drastis hingga mengalami cacat seumur hidup. Tak ada lagi yang diharapkan dari kehidupannya, kecuali hanya pasrah berserah diri kepada Tuhan yang bisa dilakukan oleh keluarganya.

Setiap kali meminta sesuatu Deta hanya mampu mengeluarkan suara ‘auughh..auughh’ sambil matanya berkaca kaca. Hanya tatapan matanya saja yang mampu melirik ke kanan dan ke kiri mengamati pandangan yang ada di sekelilingnya.
Kepalanya tak lagi mampu digerakan, karena tulang leher dan punggungya tak berfungsi dengan sempurna. Setiap hari gadis yang seharusnya menikmati masa remaja sebagai siswa sekolah menengah atas di usianya yang ke 16 hanya bisa larut dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

“Selain pengobatan medis berbagai pengobatan non medis juga pernah dilakukan, namun semuanya tak pernah kunjung hasil,” ujar Mbah Warnomiharjo, nenek Deta.

Kini Deta dan keluarganya hanya bisa pasrah menunggu datangnya orang orang yang peduli dengan keadaanya guna membantu mencukupi biaya perawatan setiap hari. Hanya dengan cara seperti ini beban yang ditanggung keluarganya bisa berkurang. Setiap malam dengan sabar dan tekun orang tuanya terus memanjatkan doa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa agar Deta bisa diberi kesembuhan. Karena semua itu tak ada yang mustahil di hadapan Tuhan.

sumber

0
2.4K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.5KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.