Dari hasil survey sebuah lembaga Independent, pada dua hari yang lalu dipublikasikan, sampai akhir tahun 2012 ini, tiga besar Calon Presiden tahun 2014, masih tetap di dominasi muka lama, yaitu : Prabowo Subianto dengan persentase pilihan 19.6% , Megawati 13.1%, dan Hatta Rajasa 11.1%.
Keberhasilan Hatta Rajasa menyalib Abu Rizal Bakrie maupun kuda Hitam Wiranto yang sudah terlempar dari 10 besar tentu sangat mencengangkan para analisis politik di Tanah Air, melihat Posisi ketua Umum PAN baru beberapa bulan di duduki oleh Hatta Rajasa, sementara dedengkot pimpinan Partai seperti : Suryadharma Ali ( PPP), Muhaimin Iskandar (PKB) justru semakin terpuruk dari hiruk pikuk Capres saat ini.
Kenaikan Rating Prabowo dari posisi tiga diawal tahun, perlahan naik menduduki posisi dua pertengahan tahun lalu menjelang akhir tahun 2012 menjadi First one on survey, tentu tidak lepas dari right moment right voted ( Prabowo pada beberapa saluran TV tampil dengan santun dan menyentuh hati rakyat) walau hanya sekilas namun pesan yang dia sampaikan tepat, dan tentu rakyat ingat apa yang dipesankan mas Bowo.
Akan halnya Banteng Tua, dengan format diam seribu emas, namun dibelakang cerewetnya minta ampun, sentimen Jas merah tetap membuai ucapan dan tindakan partainya, jika dulu penulis merupakan pasukan Banteng merah saat melawan rezim Orde baru, kini visi dan missi partai ini sudah usang dan bosan melihat ulah para elite partai ini, pimpinan PDIP dan elitenya bertindak otoriter dan tidak mau melihat kenyataan yang ada, ucapan bahwa partai wong cilik dan opposisi terhadap penguasa hanya lips service saja.
Mengingat sentimen emosi rakyat terhadap tokoh Bangsa maupun Idola fanatisme, PDIP tetap berada dihati para pemilih usia menengah hingga usia lanjut, namun bagi generasi Koplo dangdut pedesaan hingga Kabupaten, massa fanatisme “Dangdut” ini jumlah pengikutnya puluhan juta di Negeri ini, manufer para Ustad dan Habib mengusung Roma Irama agar pengikutnya beralih untuk memilih Capres Roma Irama pada tahun 2014, sangat penting untuk dianalisa dari segi Ekonomi, politik hingga unsur SARA.
Fenomena Roma Irama saat melakukan show atau pertunjukan orkes di Alun-alun kota maupun pedesaan, penggemarnya berjubel sampai puluhan ribu orang, apalagi para Ulama dan Habib tampil dengan memberikan siraman Rohani sebelum acara Orkes dangdut dimulai, niscaya seluruh aparat keamanan harus diterjunkan agar tidak terjadi rusuh maupun “korban” kesurupan dalam acara dangdutan tersebut.
Partai-partai yang mengusung nafas ke Islaman pun ramai-ramai memberikan dukungan manis”sementara” pada Raja Dangdut ini, tentu pada akhirnya juga ditentukan, Roma harus bayar mahar nantinya saat deklarasi mereka umumkan menjelang pertengahan tahun 2013 mendatang.
Jujur saja bila Prabowo, Mega, Hatta Rajasa, tidak memiliki ramuan maut untuk mengganjal Lajunya Roma Irama, bisa-bisa dalam perebutan kursi Presiden 2014 mendatang, Roma sangat mudah menggapainya, bukankah pada tahun 1982 terjadi chaos di Jakarta, saat Roma menjadi Jurkam PPP berkat bujukan H. Naro, maupun di tahun 1987 saat Safari Golkar dengan Artis pimpinan Edisud dan Acara dangdutan meriah dimana-mana? oleh karena itu Mas Bowo harus memutar otak dengan tim suksesnya agar peringkat number First one on survey tidak menggelinding ” terlalu” jauh dan digantikan oleh sang Maestro Dangdut Rhoma Irama.
via kompasiana