Bagi yang suka nonton infotaiment atau berita tentang politik pasti tidak asing lagi dengan sosok Farhat Abbas. Yupz, Farhat adalah seorang pengacara yang kemaren sempat berdiri dibelakang Arya Wiguna “Demi Tuhan” saat Arya dan Adi Bing Slamet dipihak yang sama terlibat pertikaian dengan Eyang Subur. Farhat bukan terkenal karena prestasinya yang gemilang dibidang pengacara Indonesia tapi karena kelihaiannya menjadikan kontroversi untuk mencari sensasi. Saya sempat geleng-geleng kepala saat Farhat terlibat kontroversi hanya demi sensasi. Orang yang berpendidikan, punya pengalaman dan (mungkin) juga masa depan untuk dikenal publik lewat prestasinya malah lebih memilih menjadi terkenal dengan jalan yang menurut saya lebih dari kampungan.



Baru-baru kemaren Farhat kembali menjadikan kontroversi untuk mendulang populeritas. Dimedia Farhat berkomentar mengenai pemukulan pramugari Sriwijaya Air oleh seorang pejabat hanya karena sang pejabat tidak terima diperingati untuk tidak bermain handphone didalam pesawat. Menurut Farhat, pramugari tersebut terlalu berlebihan padahal hanya dipukul menggunakan koran. Tak pelak lagi, penyataan Farhat tersebut menggundang kemarahan banyak pihak terutama di Twitter. Saya lihat banyak sekali tweet yang masuk ke akun twitter Farhat yang bersifat menentang pendapat Farhat tersebut. Saya sendiri tak habis fikir kenapa Farhat melakukan ini semua. Terlihat begitu menyepelekan sebuah masalah dan membenarkan tindakan yang dilakukan oleh pejabat tersebut. Banyak yang beranggapan kalau Farhat sengaja melakukan itu demi tujuan tertentu. Farhat terlalu berharap apa yang dilakukannya ini disaksikan oleh pejabat yang kemaren memukul pramugari dan berharap mendapat dukungan dari pejabat tersebut saat melaju sebagai capres 2014 nantinya. Sebuah trik jitu untuk menebar pesona. Tapi sayang, menurut saya ini cara paling konyol yang pernah dilakukan oleh Farhat (kalau tidak mau dibilang cara paling bodoh).

Menurut kabar yang beredar dimasyarakat, Farhat memang bermaksud mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode 2014-2019. Dari sikapnya sehari-hari, sedikitpun Farhat tidak mencerminkan sosok seorang calon pemimpin sejati. Apa jadinya negara ini kalau Farhat sampai menjadi presiden? Negara yang sudah dasarnya hancur pasti semakin hancur. Kalau Farhat jadi presiden dan berniat menjual negara ini kepada pihak asing. Paling-paling alasannya begini “Siapapun pemilik negara ini, kehidupan anda tetap saja sama. Jadi jangan terlalu mempermasalahkan apa yang ingin saya lakukan”. Farhat-kan terkenal suka cari sensasi dan menggampangkan semua masalah.

Mohon maaf sebesar-besarnya. Tulisan ini tidak bermaksud memprovokasi pihak tertentu atau menyudutkan Farhat Abbas. Ini hanyalah suara hati dari segelintir masyarakat yang tinggal dipelosok-pelosok tanah air yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Semua ini saya (mungkin juga anda dan mereka) lakukan agar negara kita kedepannya lebih baik lagi dengan dipimpin orang yang baik pula. Jujur Indonesia butuh pemimpin seperti ini :





Nah, itu tadi pendapat saya pribadi. Bagaimana dengan pendapat anda sendiri?