Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat malam penghuni kaskus terkasih.

Mungkin agan dan aganwati sudah tidak asing dengan istilah KONSELING. Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia, permasalahan yang dihadapai oleh manusia juga ikut berkembang menjadi semakin variatif, baik bentuk permasahan maupun penyebabnya.



Sebagai contoh, di awal tahun 90-an, video game belum menjadi suatu penyebab dominan yang memicu permasalahan perilaku agresi dari anak-anak. Tetapi seiring berkembangnya dunia teknlogi dan informasi, pada saat ini hal tersebut menjadi suatu penyebab yang signifikan bagi perilaku agresi pada anak. Banyak penelitian yang menunjukkan signifikansi hubungan antara perilaku agresi anak dengan kebiasaan anak bermain video game dengan tema kekerasan.

Perkembangan permasalahan tersebut juga menjadi hal yang menarik dan salah satu hal yang menyebabkan berkembangnya dunia konseling di dunia dan juga di Indonesia. Profesi konselor (atau juga disebut HELPER) dapat berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, baik itu psikologi, konselor pendidikan dan juga ahli yang memiliki lisensi serta kemampuan untuk melakukan proses konseling.



Banyak klien / helpee yang datang pada konselor dengan membawa berbagai macam permasalahan dimana mereka datang dengan kebingungan, perasaan sedih, gelisah dan lain sebagainya. Tetapi selain itu ada juga orang yang datang hanya sekedar untuk ingin didengarkan permasalahan yang dihadapinya dan ada juga yang datang hanya untuk memvalidasi alternatif jawaban atau solusi yang sudah mereka buat atau punya sebelumnya.



Sering sekali terdapat kesalahan pahaman bahwa dalam proses konseling, Setiap klien / helpee datang dengan harapan ingin mendapatkan solusi dari konselor terhadap permasalahan yang dihadapinya. Misalnya teman dari agan/aganwati datang dengan permasalahannya dan mereka bercerita tentang permasalahannya, sering sekali setelah mereka bercerita atau bahkan sebelum mereka selesai bercerita pun, mereka cenderung bertanya pada agan/aganwati :

"Jadi solusiya apa?", "apa yang harus saya lakukan?", "jadi gue harus gimana?" dsb.

Tentunya mereka sangat berharap mendapatkan solusi keluar dari agan/aganwati, walaupun nanti ketika agan / aganwati memberikan pendapat akan mereka debat juga. capedes

Ya, inilah kesalahpahaman yang sering terjadi. Sangat wajar apabila orang datang dengan harapan tinggi solusi yang diberikan oleh orang lain dapat membantunya mengatasi permasalahan yang dihadapinya, dan naluri kita sebagai manusia tentunya ingin sekali memberikan pandangan, pendapat dan juga solusi. Disinlah kesalahpahaman yang dimaksud, secara garis besar, tujuan dari proses konseling bukan hanya menyelesaikan permalahan klien / orang lain dengan memberikan solusi, tetapi juga kita harus dapat mendorong dan membuat klien menjadi "insight" atau paham mengenai permasalahan sebenarnya yang mereka hadapi dan juga paham bagaimana menyelesaikan permasalahan yang (mungkin) akan terjadi lagi dimasa yang akan datang. Jadi selain tindakan interventif, tindakan preventif juga sesuatu yang menjadi fokus dan juga dikembangkan dalam proses konseling.

Selain itu, solusi yang diberikan oleh konselor justru akan membuat klien menjadi dependen / ketergantungan terhadap konselor apabila solusi yang diberikan (kebetulan) tepat. Klien tidak akan menjadi pribadi mandiri yang mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri dimasa yang akan datang.
Mengapa saya katakan kebetulan tepat? Hal tersebut dikarenakan setiap permasalahan yang dihadapi oleh setiap orang akan berbeda-beda cara penyelesaiannya, serta apa yang menurut kita tepat dan sesuai belum tentu dapat dilaksanakan oleh orang lain meskipun hal yang kita sampaikan terlihat logis, sederhana dan mudah. Selain itu, pada dasarnya yang paling mengetahui solusi terbaik dari permasalahan bagi tiap orang adalah orang itu sendiri dan tentunya TUHAN. Jadi, apabila konselor memberikan solusi, saya mengartikannya bahwa konselor itu merasa dirinya TUHAN, karena merasa paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri orang lain.



Selain sebagai suatu "helping process" bagi sebagian orang hal tersebut juga merupakan suatu seni. Karena kepribadian manusia itu unik dan tidak ada yang sama, sehingga treatment dan cara meng-handle-nya pun juga berbeda-beda.

Well, mungkin itu sedikit pengantar mengenai proses konseling dari saya. Sebagai tambahan informasi saya adalah seorang "newbie counselor" dengan latar belakang seorang sarjana psikologi dan baru 4 tahun berkecimpung di dunia Psikologi Industri dan Organisasi yang berhubungan dengan Kepersonaliaan & HRD (masih newbie gan ) dan sekarang saya sedang menyelesaikan Program S2 (Magister Profesi sebagai Psikolog).pada salah satu Universitas di Bandung.

Last but not least, apabila agan/aganwati, saudara, teman, keluarga dan lain-lain ada yang membutuhkan konseling / helping process, saya sangat bersedia untuk membantu dan saya melakukan itu BUKAN untuk tujuan KOMERSIAL, Saya sama sekali tidak MEMINTA BAYARAN ATAU IMBALAN untuk proses konseling tersebut ya agan dan aganwati sekalian.

Karena tujuan saya pure ingin membantu agan / aganwati yang benar-benar membutuhkan konseling dari permasalahan yang dihadapi (non-artificial counseling) dan juga sebagai sarana dalam mengembangkan dunia pendidikan khususnya dalam dunia psikologi dan dunia konseling.

NB : If you really need a helping process or for more information, you can call me at WA / SMS 081286740004 (I'M SO SORRY FOR BANDUNG ONLY, because counseling has an ethic, so we can start our counseling if we meet in person, thx).

Mohon maaf tritnya berantakan dan (mungkin) juga salah kamar, soalnya ane ga ngerti mau nulisnya ini dimana.

Semoga bermanfaat agan aganwati sekalian.