Ini merupakan thread lanjutan dari yang memberikan informasi tentang 25 hewan epidemik Indonesia yang hampir punah. Kita lanjut aja ya gan...
11. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Spoiler for Jalak Bali (Leucopsar rothschildi):
Jalak Putih (Sturnus melanopterus) merupakan salah satu burung yang marak (mudah ditemukan) di dalam sangkar, namun jalak putih justru menjadi burung langka yang sulit ditemukan di habitat aslinya, alam. Burung jalak putih yang endemik Jawa dan Bali sejak lama memang telah menjadi salah satu binatang peliharaan favorit, terutama di masyarakat Jawa.
Tidak mengherankan jika kemudian jalak putih dinobatkan menjadi fauna identitas di dua kabupaten, yakni kabupaten Madiun (Jawa Timur) dan kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah). Sayangnya, keberadaan burung yang dilindungi ini semakin sulit ditemukan di alam liar.
Populasi dan Konservasi. Burung jalak putih memang menjadi salah satu burung favorit untuk dipelihara bagi penggemar burung. Namun, keberadaan burung ini di habitat aslinya semakin hari justru semakin langka. BirdLife International memprediksi populasi burung jalak putih telah mengalami penurunan hingga 80% dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan survei BirdLife International (2001) populasinya diperkirakan berkisar antara 1.000 – 2.499 ekor saja yang hidup di alam liar. Penurunan populasi burung jalak putih ini terutama disebabkan oleh perburuan liar untuk dijadikan hewan peliharaan dan penggunaan pestisida yang berlebihan pada bidang pertanian.
Lantaran laju penurunan populasi yang sangat cepat dan masih maraknya perburuan liar, IUCN Redlist sejak tahun 2010 memasukkan jalak putih dalam daftar spesies Critically Endangered (Sangat Terancam Punah) setelah sebelumnya (2000) mendaftarnya sebagai Endangered (Terancam Punah).
12. Celepuk Siau (Otus siaoensis)
Spoiler for Celepuk Siau (Otus siaoensis):
Celepuk siau (Otus siaoensis) merupakan salah satu burung langka dan terancam punah di dunia. Burung celepuk siau adalah burung endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Burung yang masuk dalam kategori keterancaman tertinggi, Kritis (Critically Endangered) ini tidak lagi pernah terlihat kembali sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1866.
Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis.
Populasi dan Konservasi. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.
Bahkan penampakan visual burung ini secara langsung tidak pernah terjadi lagi sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1866. Langkanya celepuk siau (Otus siaoensis) dimungkinkan karena berkurangnya habitat akibat deforestasi hutan untuk pemukiman maupun lahan pertanian.
Anehnya, meskipun telah terdaftar sebagai salah satu burung yang paling langka dan terancam kepunahan tapi ternyata burung ini tidak termasuk dalam salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia. Entah karena kealpaan, sehingga burung ini lolos dari daftar satwa yang dilindungi Undang-undang Indonesia.
13. Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni)
Spoiler for Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni):
Burung kacamata sangihe atau Sangihe White-eye (Zosterops nehrkorni) merupakan salah satu dari sekitar 22an jenis burung kacamata (pleci) yang terdapat di Indonesia. Sayangnya, burung kacamata sangihe yang endemik pulau Sangihe ini tergolong jenis burung langka di Indonesia.
Keberadaan burung kacamata sangihe bahkan terancam punah yang oleh IUCN Redlist dan birdlife dimasukkan dalam status konservasi ‘ktitis’ (Critically Endangered). Status keterancaman tertinggi lantaran diperkirakan burung endemik Sangihe ini jumlahnya kurang dari 50 ekor burung dewasa.
Berdasarkan perkirakan jumlah populasi, persebarannya yang endemik dengan habitat yang sangat sempit, birdlife dan IUCN Redlist sepakat untuk memberikan status keterancaman tertinggi pada burung kacamata sangihe. Burung ini diberikan status konservasi Critically Endangered (Kritis).
Ironisnya, meskipun populasinya diyakini kurang dari 50 ekor dengan habitat hanya seluas 8 km2 serta dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered, anehnya burung kacamata sangihe justru tidak termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi di Indonesia.
14. Gagak Banggai (Corvus unicolor)atau Banggai Crow; Populasi antara 50 – 250 ekor (Birdlife, 2011)
Spoiler for Gagak Banggai (Corvus unicolor) atau Banggai Crow; Populasi antara 50 – 250 ekor (Birdlife, 2011):
Gagak Banggai atau Corvus unicolor merupakan burung endemik Sulawesi yang langka. Saking langkanya burung Gagak Banggai termasuk dalam daftar 18 burung paling langka di Indonesia. Gagak endemik kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah yang bernama latin Corvus unicolor inipun pernah dianggap punah.
Burung Gagak Banggai diketahui dari dua spesimen yang ditemukan antara tahun 1884-1885 dari salah satu pulau di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Setelah itu Gagak Banggai tidak pernah dijumpai hingga pada 2008 seorang ornitologis (ahli burung) Indonesia Muhammad Indrawan memfoto dua spesies Gagak Banggai di pulau Peleng, salah satu pulau di kepulauan Banggai.
Karena populasinya yang kecil dan tunggal (hanya terdapat dalam satu lokasi) serta ancaman rusaknya hutan sebagai habitat alaminya, Gagak Banggai (Corvus unicolor) dievaluasi oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Critically Endangered sejak tahun 2005. Gagak Banggai menjadi salah satu dari 18 burung paling langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (kritis).
Semoga salah satu spesies Gagak endemik kepulauan Banggai ini mampu terus bertahan dan terhindar dari kepunahan. Meskipun burung berbulu hitam ini tidak termasuk salah satu burung yang dilindungi di Indonesia.
15. Tarsius Siau (Tarsius tumpara)atau Siau Island Tarsier
Spoiler for Tarsius Siau (Tarsius tumpara) atau Siau Island Tarsier:
Tarsius siau atau Tarsius tumpara memang imut penampilannya, namun tarsius asli pulau Siau, Sulawesi ini juga terancam punah. Bukan sekedar diberikan status Critically Endangered oleh IUCN Red List, bahkan tarsius tumpara atau Siau Island Tarsier pun termasuk salah satu dari 25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia.
Sesuai namanya, Si Imut Tarsius Siau merupakan hewan endemik yang hanya bisa dijumpai di pulau Siau, Sulawesi Utara. Meskipun diduga juga terdapat di beberapa pulau kecil di sekitar pulau Siau. Hewan ini baru ditemukan pada tahun 2005 oleh Dr Shekelle.
16. Beruk Mentawai (Macaca pagensis)atau Pagai Island Macaque
Spoiler for Beruk Mentawai (Macaca pagensis) atau Pagai Island Macaque:
Beruk mentawai (Macaca pagensis) merupakan salah-satu monyet endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera. Hewan endemik ber-ordo primata yang oleh masyarakat setempat disebut bokoi ini populasinya semakin terancam sehingga oleh IUCN Redlist dikategorikan sebagai satwa berstatus Critically Endangered, tingkatan terakhir sebelum punah.
Habitatnya yang hanya tersebar di 3 pulau di kepulauan Mentawai (Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan), perburuan, serta deforestasi hutan dan pertambahan penduduk di pulau-pulau tersebut membuat populasi monyet asli mentawai ini semakin terdesak dan terancam kepunahan. Populasinya hanya tersisa sekitar 2.100-3.700 ekor (Paciulli 2004). Padahal pada tahun 1980-an populasinya masih tercatat sebanyak 15.000 ekor (Whittaker 2006).
Lantaran itu, IUCN Redlist kemudian memasukkan beruk mentawai (Macaca pagensis) dalam status konservasi Critically Endangered (Kritis) sejak tahun 2000. Dengan status ini, beruk mentawai (bokoi) menjadi salah satu dari 11 mamalia Indonesia yang berstatus kritis selain harimau sumatera, macan tutul jawa, badak jawa, dan saudara beruk mentawai Kerahitam sulawesi (Macaca nigra).
17. Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus)
Spoiler for Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus):
Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus) merupakan satu dari tiga subspesies Gajah Asia. Subspesies Gajah Asia (Elephant maximus) selain Gajah Sumatera adalah Gajah Asia (Elephant maximus maximus) yang terdapat di Srilangka dan Gajah India (Elephant maximus indicus) yang terdapat di Asia Tenggara dan India. Gajah Sumatra (Elephant maximus sumatranus) yang mempunyai nafsu makan besar (hingga 150 kg seharinya) bisa dijumpai di pulau Sumatera Indonesia. Binatang ini juga ditetapkan sebagai Fauna Identitas Provinsi Lampung.
Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus) hanya berhabitat di pulau Sumatera Indonesia. Populasinya tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Meskipun sebaran habitatnya luas ternyata populasinya menurun drastis. Karenanya UICN Redlist menggolongkan binatang besar ini dalam kategori Endangered sejak tahun 1996.
18. Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Spoiler for Orangutan Sumatera (Pongo abelii):
Orangutan Sumatera atau Pongo abelii merupakan satu diantara 11 hewan mamalia paling langka di Indonesia. Populasi orangutan sumatera diperkirakan hanya sekitar 6.500 ekor (Dephut, 2007) saja. Populasinya ini jauh lebih sedikit dibanding saudaranya, orangutan kalimantan.
Orangutan Sumatera adalah hewan endemik pulau Sumatera. Spesies kera besar seperti halnya gorila dan simpanse ini hanya bisa ditemukan di hutan Sumatera saja dan merupakan spesies primata besar paling langka di dunia.
Populasi orangutan sumatera (Pongo abelii) semakin hari semakin menurun. Menurut data IUCN Redlist (2004) populasi mamalia ini hanya 7.300 ekor saja. Dan menurut data Departemen Kehutanan dalam Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan (2007) populasinya diperkirakan tinggal 6.500 ekor. Padahal menurut survei tahun 1994 populasi primata ini masih 12.000 ekor.
Makin langka dan berkurangnya populasi Orangutan Sumatera diakibatkan oleh kerusakan hutan sebagai habitat Orangutan Sumatera. Hutan tropis sumatera yang ditetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia mengalami degradasi akibat konversi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal maupun ilegal loging, pemukiman dan kebakaran hutan.
19. Simakobu (Simias concolor)
Spoiler for Simakobu (Simias concolor):
Monyet ekor babi, simakobu, pig tailed langur (Simias concolor) adalah salah satu primata paling langka di Indonesia. Monyet ekor babi yang disebut juga sebagai simakobu ini oleh Primate Specialist Group (IUCN Species Survival Commission bekerja sama dengan International Primatological Society dan Conservation International) termasuk dalam “The World’s 25 Most Endangered Primates” (25 Primata Paling Terancam di Dunia).
Simakobu atau monyet ekor babi (Simias concolor) menjadi salah satu primata paling langka dan terancam punah lantaran populasinya yang semakin menurun. Monyet ekor babi pun merupakan hewan endemik dari kepulauan Mentawai, Sumatera. Dengan daerah sebaran yang terbatas dan populasi yang terus menurun, tak pelak mengukuhkan simakobu sebagai Most Endangered Primates.
20. Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
Spoiler for Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea):
Kakatua Kecil Jambul Kuning nyaris punah. Burung berjambul kuning ini menjadi salah satu 18 spesies burung yang berstatus Critically Endangered (Kritis) atau satu tingkat di bawah status Punah.
Kakatua Kecil Jambul Kuning merupakan satu dari enam spesies kakatua yang terdapat di Indonesia. Burung berparuh bengkok ini mempunyai ciri khas bulu putih yang menutupi hampir seluruh tubuhnya dan jambul yang berwarna kuning.
21. Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus)
Spoiler for Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus):
Trulek Jawa (Vanellus macropterus) adalah salah satu burung langka yang hanya terdapat (endemik) di Jawa. Burung dari famili Charadriidae ini pada tahun 1994 pernah dinyatakan punah (Extinct) oleh IUCN, namun sejak tahun 2000, statusnya direvisi menjadi “Kritis” (Critically Endangered; CR). Meskipun begitu, hingga kini keberadaan burung Trulek Jawa ini masih misteri antara punah atau belum.
Trulek Jawa (Vanellus macropterus) yang dalam bahasa Inggris disebut Javan Lapwing, Javanese Lapwing atau Sunda Plover hingga sekarang tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah spesies yang tersisa. Bahkan status “Kritis” (Critically Endangered; CR) yang diberikan oleh IUCN Redlist, hanya merupakan asumsi berdasarkan catatan-catatan yang dibuat pada tahun 1940. Berbagai penyelidikan dan penelitian yang dilakukan tidak satupun memperoleh bukti nyata keberadaan burung langka ini. Tetap menyisakan misteri.
22. Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii)
Spoiler for Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii):
Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mammalia selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.
Saat ini terdapat 4 spesies ekidna dari dua genus berbeda yang masih bertahan hidup hingga sekarang. Sedangkan tiga spesies ekidna lainnya telah punah dan hanya dikenali dari fosilnya saja. Hebatnya, keempat spesies ekidna tersebut terdapat di pulau Papua Indonesia. Namun sayang, keempat ekidna tersebut tergolong binatang langka yang terancam punah.
23. Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis)
Spoiler for Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis) atau Talaud Bear Cuscus:
Kuskus Beruang Sulawesi dan Kuskus Beruang Talaud adalah dua spesies anggota genus Kuskus Beruang (genus Ailurops) yang hidup endemik di Sulawesi. Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) hanya dapat ditemukan di daratan pulau Sulawesi, Peleng, Muna, Buton, dan Togian.
Sedangkan saudaranya, Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis), merupakan hewan endemik yang hanya hidup di pulau Salibabu, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
Kuskus Beruang (Ailurops spp.) merupakan anggota famili Phalangeridae (kuskus) dan merupakan salah satu mamalia berkantung (marsupialia) yang terdapat di Indonesia selain kanguru. Seperti halnya kanguru, setelah melahirkan anaknya, kuskus merawat dan membawa anaknya di dalam kantung yang terdapat di perutnya. Kuskus Beruang yang terdiri atas dua jenis ini merupakan spesies kuskus terbesar. Mungkin lantaran tubuhnya yang besar hingga berukuran satu meter itu, genus kuskus ini dinamai Kuskus Beruang. Selain itu Kuskus Beruang disebut juga sebagai Kuse.
Populasi Kuskus Beruang Talaud diyakini lebih terancam kepunahan dibandingkan saudaranya di daratan Sulawesi. Oleh karena itu, IUCN Red List memasukkan hewan spesies endemik pulau Talaud ini dalam status konservasi Critically Endangered, yang merupakan status keterancaman tertinggi sebelum dinyatakan punah.
24. Orangutang Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Spoiler for Orangutan Kalimantan:
Fakta orangutan:
1.Orangutan bisa hidup sampai 45 tahun.
2.Orangutan dan manusia memiliki kesamaan DNA hingga 97%.
3.Ada dua jenis orangutan di dunia, yaitu orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatra (Pongo abelii).
4.Orangutan tinggal di hutan tropis dan rawa-rawa.
5.Orangutan mengonsumsi buah dan daun-daunan, kulit, bunga, madu, serangga, tumbuhan merambat dan tunas dari tumbuhan.
6.Orangutan mulai berkembang biak pada umur 7 hingga 10 tahun. Orangutan merupakan satwa terancam punah dan dilarang ditangkap dan diperjualbelikan karena jumlahnya semakin sedikit.
7.Di habitat alaminya, jumlah orangutan di Borneo sekitar 23.000 dan orangutan Sumatra sekitar 12.000
Ancaman terhadap orangutan adalah perubahan fungsi hutan menjadi ladang atau perkebunan besar, pertambangan dan diambil kayunya. Hutan menjadi semakin sempit dan rusak. Ketersediaan makanan menjadi berkurang akibatnya banyak orangutan terpaksa memasuki ladang, kebun masyarakat bahkan perkebunan kelapa sawit untuk mencari makanan. Manusia kemudian menganggap orangutan sebagai hama. Padahal manusialah yang mengambil tempat tinggal orangutan.
Di samping itu orangutan juga terancam perburuan. Orangutan ditangkap untuk dijadikan binatang peliharaan. Memelihara orangutan sebagai binatang peliharaan di rumah bukanlah tindakan yang tepat. Karena orangutan dan manusia memiliki kesamaan DNA hingga 97% yang menyebabkannya mudah untuk saling menyebarkan penyakit.
25. Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus)
Spoiler for Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus):
Kondisi Amfibi di Indonesia adalah sebuah ironi. Di satu sisi, Indonesia merupakan salah satu kawasan dengan kekayaan (baik jumlah populasi, spesies, maupun endemisitas) amfibi yang sangat tinggi. Namun di sisi lain kekayaan tersebut bukan hanya banyak yang terancam punah namun juga banyak yang belum dikenal.
Amfibi (disebut juga Amfibia) adalah kelompok hewan dalam kelas Amphibia yang umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan daratan. Jenis amfibi mulai dari yang paling umum diketahui adalah kodak dan katak, bangsa sesilia (semacam cacing besar atau belut).
Kekayaan Amfibi Indonesia. Menurut data IUCN, Indonesia menjadi salah satu pusat populasi amfibi di dunia. Total spesies amfibi yang hidup di Indonesia sebanyak 392 spesies dengan populasi paling besar se Asia. Indonesia dengan 176 spesies amfibi endemik menjadi negara dengan jumlah spesies amfibi endemik tertinggi kedua di Asia. Jumlah spesies yang terdaftar dalam IUCN Redlist saja mencapai 365 spesies. Sebuah angka yang fantastik.
Demikian informasi dari saya gan, semoga membuat kita semakin sadar bahwa ada hal yang harus kita jaga, yakni salah satu identitas bangsa kita.