Kami sebenarnya tertarik ingin menonton film "SOEKARNO" dan ingin mengadakan acara "nobar" bersama Blogger Kendal Community untuk menonton film yang "konon" dilarang diputar karena adanya gugatan perdata yang dimenangkan Rachmawati. Namun setelah membaca berbagai referensi dalam bentuk resensi, kritik, analisa yang kami baca di thread-thread kaskus, milis, media: "Kami putuskan tidak menonton!". Kualitas film Soekarno jauh dari Sang Kyai, Gie: dan ada beberapa alasan kami dengan memperhatinkan sumber informasi sekunder:


1. Film Soekarno mengabaikan realitas Ideologis bahwa soekarno dalam perjalanan pemikirannya sangat dipengaruhi oleh bebarapa paham, dari Islam, Marxisme, nasionalisme;

2. Film Soekarno seolah menutupi "moralitas rendah" Soekarno yang doyan dengan perempuan (Poligami yang tahun 60an ditentang Gerwani).

3. Film Soekarno mengabaikan peran revolusioner tokoh-tokoh "kiri" yang berjuang militan untuk kemerdekaan dan menjadi alas kaki popularita Soekarno (Wikana, Chairul Saleh, Sukarni, Aidit, cs) yang memaksakan Soekarno memproklamasikan kemerdekaan.

4. Banyak bumbu-bumbu non substansial dalam pembabakan film yang konon berbiaya 24 miliar tersebut.

5. Konon---- --(butuh konfirmasi) ada snapshot Budiman Sudjatmiko (mantan ketua PRD yang kini anggota DPR dari PDIP), yang dalam konsistensi gerakan sosial dan gerakan "kiri" patut digugat konsistensinya.

6. Film Soekarno dalam prosesnya penarasian tidak melibatkan sejarawan yang berkapasitas bercerita tentang Soekarno; Konon sejarawan yang menulis buku sejarah tidak pernah dan tidak melahirkan karya yang monumental.....

"Namun bagi sahabat-sahabat kaskuser sebaiknya menonton film tersebut......." (he.he.he):---