Assalamu'alaikum juragan semua, disini ane mau coba sharing / mengingatkan kita kembali khususnya untuk semua ummat muslim yang ada di lounge kaskus tercinta ini mengenai beberapa thread yang berisi Hadist yang menceritakan dialog antara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan Iblis, dulu ane sempet juga posting hal serupa gan tapi alhamdulillah ane diingetin oleh salah satu kaskuser bahwa hadist diatas merupakan hadist yang dhoif (lemah) dan masuk dalam kategori hadist palsu menurut ijma ulama, isi hadist kalo ane baca memang luar biasa bagus, bahkan bikin ane sampe merinding gan, tapi kalo diperhatikan lagi dengan pendalaman ilmu agama (aqidah, tauhid dll) memang ada beberapa hal yang bertentangan dengan aqidah kita, langsung aja deh simak artikel yang ane kutip dari Blog Abu Umamah :
Original Posted By angga86►Sangat disayangkan telah lama beredar dan sangat banyak yang terus menyebarkan melalui berbagai media, sebuah hadits tentang dialog antara Rasul mulia dan Iblis terlaknat. Sebagian masyarakat menganggap bahwa isinya baik dan bermanfaat sehingga layak disebarkan padahal hadits ini adalah hadits palsu dan dusta atas nama Nabi dan berisi hal yang bahaya dan mencederai Rasulullah dan shahabat.
Teks asli dan terjemahan dari hadits tersebut akan kami nukilkan diakhir tulisan ini, insya Allah. Tapi Ingat ! Jangan disebarkan kecuali untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa hadits ini palsu dan dusta!
Sebelumnya kami nukilkan keterangan beberapa ulama Islam yang diakui keilmuannya tentang peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi siapapun yang meriwayatkan hadits agar berhati-hati, jangan sampai menyandarkan kepada beliau apa-apa yang tidak berasal dari beliau.
Dalam kitab haditsnya, Imam Muslim menyebutkan di awal kitab sesuatu yang memperingatkan tentang hadits dha’if, memilih judul: “Bab larangan menyampaikan hadits dari setiap apa yang didengar.” Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Salam,
“Cukuplah seseorang sebagai pendusta, jika ia menyampaikan hadits dari setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Muslim, menyebutkan: “Bab larangan meriwayatkan dari orang-orang dha’if (lemah).” Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam,
“Kelak akan ada di akhir zaman segolongan manusia dari umatku yang menceritakan hadits kepadamu apa yang kamu tidak pernah mendengarnya, tidak juga nenek moyang kamu, maka waspadalah dan jauhilah mereka.” (HR. Muslim)
Imam lbnu Hibban dalam kitab Shahih-nya menyebutkan: “Pasal; Peringatan terhadap wajibnya masuk Neraka orang yang menisbatkan sesuatu kepada Al-Mushthafa (Muhammad), sedangkan dia tidak mengetahui kebenarannya.” Selanjutnya beliau menyebutkan dasarnya, yaitu sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Salam,
“Barangsiapa berbohong atasku (dengan mengatakan) sesuatu yang tidak aku katakan, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di Neraka.” (HR. Ahmad, hadits hasan)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam memperingatkan dari hadits-hadits maudhu’ (palsu), dengan sabdanya,
“Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di Neraka.” (Muttafaq ‘alaih)
Itulah beberapa peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bahayanya meriwayatkan/menyebarkan hadits-hadits yang disandarkan kepada beliau padahal tidak berasal dari beliau alias hadits palsu. Maka Berikut ini saya (Ust. Budi Ashari) sertakan kajian tiga ulama dunia tentang hadits yang kita maksudkan dalam pembahasan ini, yaitu hadits tentang dialog antara Raslulullah dengan Iblis yang terlaknat :
A. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Ketika beliau ditanya tentang riwayat ini, berikut jawabannya:
“Ini hadits dusta. tidak terdapat di dalam kitab-kitab muslimin yang dipercaya baik kitab shahih, sunan ataupun musnad. siapa saja yang tahu bahwa ini adalah dusta atas nama nabi maka tidak boleh meriwayatkannya…” (Majmu’ al-Fatawa 18/350)
B. Fatwa Syekh Abdurrahman as-Suhaimi (Ulama Masjid Nabawi dan Dosen Universitas Islam Madinah):
I
ni dusta yang nyata! Ini hadits maudhu’ dusta tidak boleh meriwayatkannya, menyampaikan dan menyebarkannya di masyarakat kecuali jika ingin mengingatkan bahayanya hadits ini dan menjelaskan dustanya.
Di antara tanda-tanda dusta yang nyata adalah:
Menyebutkan (sumpah dengan talak!) hal ini tidak pernah dikenal di antara para shahabat radhiallahu anhum
Pernyataannya tentang tempat berlindungnya (di bawah kuku manusia) ini bertentangan dengan hadits yang shahih dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi: jika seseorang bangun dari tidurnya, maka bersihkan hidung dengan air tiga kali karena syetan menginap di dalam hidungnya.
Pernyataannya melalui lisan syetan: (Saya punya anak yang saya beri nama kahil yaitu yang menjadi celak mata manusia di majlis ulama dan khutbah hingga mereka tertidur saat mendengarkan nasehat para ulama maka tidak dicatat baginya pahala selamanya) bagaimana tidak dicatat baginya pahala selamanya, padahal dia telah hadir di majlis ilmu dan khutbah? Apakah sama antara yang hadir dan dikalahkan oleh kantuknya dengan yang tidak hadir sama sekali?
Saya juga ingat di sebagian riwayat-riwayat dusta ini bahwa mereka berkata sesungguhnya Nabi menawarkan kepada Iblis taubat agar beliau memberinya syafaat nanti di sisi Allah! Ini dusta yang paling besar. Sesungguhnya Allah telah berfirman dan firman-Nya adalah benar, berjanji dan janji-Nya tidak mungkin diingkari dan tidak pernah diganti keputusannya. Dia telah menjanjikan Iblis untuk berusia hingga hari kiamat. Dia telah memberitahukan bahwa Iblis itu terlaknat dan akan masuk Jahannam, kelak Iblis akan menyampaikan khutbahnya di hadapan para pengikutnya di Jahannam dan seterusnya…Bagaimana kemudian dia ditawari taubat?! Karena diterimanya taubat dan pemberian syafaat baginya artinya membuang semua hal yang disampaikan Allah dalam firman-Nya tersebut di atas.
Maka, berhati-hatilah bagi yang menyebarkan kedustaan nyata seperti ini. Setiap hadits yang berisi hal seperti ini dan sepanjang ini, maka telah menyebabkan keraguan, tidak boleh diterima hingga diperiksa.
Nasehat bagi yang sering membuka internet agar jangan terlalu cepat menyebarkan kedustaan-kedustaan dan hadits-hadits pendongeng seperti ini. Tapi tanyakan dulu kepada ahli ilmu.
Dan bahaya sekali menyebarkan hadits dusta, karena yang menyebarkannya akan mendapatkan dosa dusta dan bergabung dalam dusta dengan yang membuatnya.
Telah diingatkan dengan keras dalam hadits mutawatir dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya: dusta atas namaku tidak seperti dusta atas nama salah seorang di antara kalian, siapa yang dusta atas namaku dengan sengaja maka tempatnya di neraka.
Dan dalam sabda Nabi yang lain:
“Jangan berdusta atas namaku, sesungguhnya yang berdusta atas namaku akan masuk neraka.”
Wallahu ta’ala a’lam
C. Fatwa dari Markaz Fatwa di bawah bimbingan DR. Abdullah al-Faqih:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan shahabatnya.
Amma ba’du: ini hadits tidak ada sumbernya, bahkan dusta nyata yang tidak boleh diceritakan kecuali untuk mengingatkan dan menjauhkan orang darinya. Di dalamnya ada kedustaan nyata yang tidak mungkin dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Wallahu a’lam
Penulis: Budi Ashari (Alumnus Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah), diambil dari notes beliau
Disusun ulang dengan dari :
Mahdiy.Wordpress.com via Abu Ayaz, dengan tambahan dari Abangdani.Wodpress.Com
Bunyi Hadist dan terjemahannya di page 2 ya