- Beranda
- The Lounge
MERAH PUTIH PERTAMA DI BATU LAWI MALAYSIA
...
TS
ajiepopos
MERAH PUTIH PERTAMA DI BATU LAWI MALAYSIA
Ijin share pengalaman gan
Spoiler for Legenda:
Banyak legenda lokal yang menceritakan tentang tebing unik yang berada di tengah hutan ini. Salah satu legenda lokal tersebut adalah:
Konon, terdapat sepasang suami istri yang hidup di dalam hutan pegunungan Kelabit Highland. Suatu ketika pasangan tersebut bertengkar saat mengarungi bahtera rumah tangganya. Dalam pertengkaran, sang suami memotong badan istri menjadi dua bagian. Saking marahnya, kedua pasangan tersebut saling mengutuk dan berubah menjadi batu. Di balik tebalnya kabut, dalamnya pegunungan Kelabit Highland, di sanalah bersemayam Tebing Batu Lawi. Menurut kepercayaan setempat, apabila kita menunjuk tebing tersebut maka kabut akan cepat-cepat menutupi kedua tebing tersebut.
Konon, terdapat sepasang suami istri yang hidup di dalam hutan pegunungan Kelabit Highland. Suatu ketika pasangan tersebut bertengkar saat mengarungi bahtera rumah tangganya. Dalam pertengkaran, sang suami memotong badan istri menjadi dua bagian. Saking marahnya, kedua pasangan tersebut saling mengutuk dan berubah menjadi batu. Di balik tebalnya kabut, dalamnya pegunungan Kelabit Highland, di sanalah bersemayam Tebing Batu Lawi. Menurut kepercayaan setempat, apabila kita menunjuk tebing tersebut maka kabut akan cepat-cepat menutupi kedua tebing tersebut.
Spoiler for Perjalanan Batu Lawi:
Tebing Batu Lawi merupakan salah satu puncak dari jajaran pegunungan yang membentang dari Miri sampai ke Bario, berada di tengah pegunungan Kelabit Highland, Serawak, Malaysia. Tebing ini masuk ke dalam lindungan Pulong TauNational Forest Park, Malaysia.
Perjalanan menuju tebing dimulai dari Bario (Bariew).
Bario adalah sebuah desa terpencil yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur, dengan Long Bawan sebagai desa di Indonesia yang paling dekat untuk diakses dari Bario. Untuk mencapai Bario dapat dilalui melalui jalur darat atau jalur udara. Jalur darat jarang dipakai sebagai transportasi menuju Bario, dikarenakan medan yang berat. Jalan yang dilalui adalah logging road (jalan penebang hutan) dengan waktu tempuh kurang lebih 14 jam. Jalur udara adalah alternatif yang paling sering digunakan untuk mencapai daerah ini dikarenakan lebih hemat waktu tempuh. Dari Bario, untuk mencapai bibir tebing, diperlukan trekking selama 3 hari melintasi Taman Nasional Pulong Tau.
Perjalanan menuju tebing dimulai dari Bario (Bariew).
Bario adalah sebuah desa terpencil yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur, dengan Long Bawan sebagai desa di Indonesia yang paling dekat untuk diakses dari Bario. Untuk mencapai Bario dapat dilalui melalui jalur darat atau jalur udara. Jalur darat jarang dipakai sebagai transportasi menuju Bario, dikarenakan medan yang berat. Jalan yang dilalui adalah logging road (jalan penebang hutan) dengan waktu tempuh kurang lebih 14 jam. Jalur udara adalah alternatif yang paling sering digunakan untuk mencapai daerah ini dikarenakan lebih hemat waktu tempuh. Dari Bario, untuk mencapai bibir tebing, diperlukan trekking selama 3 hari melintasi Taman Nasional Pulong Tau.
Spoiler for Sejarah:
Batu Lawi juga memiliki peranannya sendiri ketika pecahnya Perang Dunia II. Puncak kembar Batu Lawi pada masa perang itu memiliki peranan penting sebagai tempat persinggahan yang digunakan oleh pilot Angkatan Udara Australia (RAAF). Misi Sekutu dimana Australia tergabung didalamnya ialah untuk membantu merebut kembali bagian utara Kalimantan dari tangan Jepang yang telah menyerang dan kemudian menduduki wilayah itu pada tahun 1941 silam.
Keberadaan Sekutu di areal Batu Lawi juga sekalian melatih berperang suku-suku lokal sehingga jika sudah terlatih bisa mereka manfaatkan untuk melawan invasi Jepang. Salah satu diantara pasukan Sekutu yang kala itu ada di Batu Lawi ini ialah Tom Harisson seorang ilmuwan Inggris, wartawan dan pendiri Mass Observation yang kemudian menjadi letnan dua di Angkatan Darat Inggris.
Pada masa itu, dimana peta Kalimantan masih belum ada sehingga menjadikan pasukan Sekutu merasa kesulitan untuk menentukan titik serangan dan menemukan markas Jepang. Batu Lawi merupakan areal di belakang garis pertahanan Jepang yang diselimuti oleh hutan hijau dan tebal sehingga selalu luput dari pengawasan musuh. Namun Batu Lawi yang posisinya menonjol dan seolah keluar dari kabut hijau itu bisa menjadi tempat untuk melakukan pengawasan dan pengintaian kepada pasukan Jepang.
Mungkin upaya pendakian yang pertama kali dilakukan oleh Tom Harrisson pada tahun 1946 yang akhirnya sampai ke puncak perempuan atau Peak Female yang mana pendakian pertama itu telah banyak menginspirasi pendaki-pendaki lainnya hingga kini.
Keberadaan Sekutu di areal Batu Lawi juga sekalian melatih berperang suku-suku lokal sehingga jika sudah terlatih bisa mereka manfaatkan untuk melawan invasi Jepang. Salah satu diantara pasukan Sekutu yang kala itu ada di Batu Lawi ini ialah Tom Harisson seorang ilmuwan Inggris, wartawan dan pendiri Mass Observation yang kemudian menjadi letnan dua di Angkatan Darat Inggris.
Pada masa itu, dimana peta Kalimantan masih belum ada sehingga menjadikan pasukan Sekutu merasa kesulitan untuk menentukan titik serangan dan menemukan markas Jepang. Batu Lawi merupakan areal di belakang garis pertahanan Jepang yang diselimuti oleh hutan hijau dan tebal sehingga selalu luput dari pengawasan musuh. Namun Batu Lawi yang posisinya menonjol dan seolah keluar dari kabut hijau itu bisa menjadi tempat untuk melakukan pengawasan dan pengintaian kepada pasukan Jepang.
Ternyata Batu Lawi dekat banget yah gan ama sejarah di Indonesia
Mungkin upaya pendakian yang pertama kali dilakukan oleh Tom Harrisson pada tahun 1946 yang akhirnya sampai ke puncak perempuan atau Peak Female yang mana pendakian pertama itu telah banyak menginspirasi pendaki-pendaki lainnya hingga kini.
“I pledged my word to climb it for them in their memory here in lonliness I remember my friends"
Niat banget gan, buat nginget teman-temannya dia ampe ngelakuin perjalanan seperti ini
Niat banget gan, buat nginget teman-temannya dia ampe ngelakuin perjalanan seperti ini
Spoiler for Cerita Perjalanan:
Dadaku berdegup kencang kala itu, ketika kuamati kabut tebal yang menyelimuti batu agung itu, Tebing Batu Lawi namanya. Langit senja kala itu memang enggan memperlihatkan kemolekan suasananya. Panorama gradasi langit senja yang biasa menyejukkan jiwa tandas terserobot putihnya kabut tebal. Kedua tebing yang saling berhadapan dengan kokohnya pun enggan mencerminkan sosoknya. Namun memang benar kesabaran tanpa batas akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Perlahan lahan dari dalam kabut, jauh terlihat bayangan setitik adam menggunakan baju merah dengan helm kuning mencolok bergerak mendekati puncak tebing. Ya, sekitar 2 meter lagi mereka akan menjadi orang Indonesia pertama yang menggapai puncak tertinggi di dataran itu.
* * *
Pelepasan Atlet Ekspedisi Astacala 2013 “Facing Giant Rock!” Bersama Perwakilan dari Telkom University dan ORARI Jawa Barat
Setelah pelepasan Atlet pada Jumat, (8/11/2013) lalu akhirnya ekspedisi yang telah dicanangkan 1 warsa lalu akhirnya berhasil dan sukses dilaksanakan. Ya, ekspedisi Astacala 2013 dengan tema “Facing Giant Rock” lebih tepatnya. Tim ekspedisi ASTACALA yang beranggotakan 7 mahasiswa Telkom University itu ialah aku, Tumingkel, Rendy, Aji, Catur, Fahmi dan Buyung.
Ekspedisi kali ini mengangkat divisi Rock Climbing, dengan Tebing Batu Lawi sebagai objeknya. Tebing Batu Lawi merupakan tebing dengan jenis batuan sandstone ialah salah satu puncak dari jajaran pegunungan yang membentang dari Miri sampai ke Bario, berada di tengah pegunungan Kelabit Highland, Serawak, Malaysia. Tebing ini masuk ke dalam lindungan Pulong Tau National Park, Malaysia.
Tebing Batu Lawi kami pilih sebagai objek ekspedisi dikarenakan karakteristiknya yang khas, untuk memanjat tebing ini kita haruslah mendaki gunung terlebih dahulu, barulah kita dapat memulai pemanjatan untuk dapat menikmati puncak sejatinya di ketinggian 1984 mdpl.
* * *
Menjadi orang Indonesia pertama yang mampu menggapai puncak tebing Batu Lawi dan berhasil mengibarkan Sang Merah Putih di Puncak Sejati gunung Batu Lawi adalah hasil yang kami peroleh berkat kerja keras dan semangat dorongan motivasi yang tinggi baik dari unsur internal maupun eksternal.
“Human history is never written by chance, but because of their own choices.”
Demikian yang ditulis oleh Dwight Eisenhower tentang sejarah manusia yang dituangkan dalam tulisan, tidak pernah terjadi karena kebetulan, namun karena pilihan-pilihan yang mereka pilih. Tulisan masa lalu yang saat ini pernah kita baca, adalah hasil perjalanan manusia yang panjang dan dituangkan ke dalam buku. Sejarah tidak terjadi karena sebuah kebetulan, melainkan karena orang – orang tersebut berpikir besar dan mengambil resiko.
* * *
Selain menjadi pemanjat Indonesia pertama, kami sebagai mahasiswa yang berluang lingkup di dunia IT juga akan mengaplikasikan komunikasi radio dalam ekspedisi kali ini.
Bekerja Sama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Jawa Barat dengan menggunakan Sistem Komunikasi band amatir oleh ORARI yakni Pak Agus Gunarso (YB1LZ), Pak Deddy Sutardi (YC1DML), Pak Peter Tahalea (YC1PRT), Pak Dede Sutisna (YC1JEL), Pak Impong Hendrasto (YC1VW) dan juga didukung dengan amatir Malaysia sebagai back up monitoring Tuan Haji Nasir Ali (9M2mE) di 15 Meter Band, akhirnya tim berhasil mengimplementasikan komunikasi radio langsung dari Tebing Batu Lawi, Malaysia ke sekretariat Astacala, Bandung.
* * *
Operasional berlangsung selama 20 hari, tepatnya 10 November – 1 Desember 2013. Jalur udara merupakan jalur yang kami pilih sebagai akses mencapai titik awal perjalanan. 2 hari bertolak dari Tanah Air kami pun tiba di Desa Bario, desa yang menjadi titik awal perjalanan tim ekspedisi.
Bario adalah sebuah desa terpencil yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur, dengan Long Bawan sebagai desa di Indonesia yang paling dekat untuk diakses dari Bario. Untuk mencapai Bario dapat dilalui melalui jalur darat atau jalur udara. Jalur darat jarang dipakai sebagai transportasi menuju Bario, dikarenakan medan yang berat. Jalan yang dilalui adalah logging road (jalan penebang hutan) dengan waktu tempuh kurang lebih 14 jam. Jalur udara adalah alternatif yang paling sering digunakan untuk mencapai daerah ini dikarenakan lebih hemat waktu tempuh.
Dari Bario, untuk mencapai bibir tebing, tim memerlukan trekking selama 4 hari melintasi Taman Nasional Pulong Tau, barulah setelah itu dilanjutkan dengan pemanjatan trad climbing selama 6 hari melalui tebing sisi barat yang kemudian mengitari ke tebing sisi selatan akhirnya tim dapat menggapai puncak Tebing Batu Lawi.
* * *
Hari itu tepatnya Minggu, (24/11/2013) pukul 16.23 WITA, 3 dari 6 pemanjat ASTACALA berhasil menancapkan Sang Merah Putih pertama kali di Tebing Batu Lawi. ialah Rendy Apriyando (A-104-AP), Ajie Tri Hutama (A-097-AP) dan Fahmi Arif Maulana (A – 106 – LH). Dengan prestasi ini Tim Astacala Telkom University menjadi tim ketiga yang berhasil mencapai puncak tebing setelah tim Militer Australia dan Tim Petit dari Malaysia.
Tulisan oleh Arnan Tri Arminanto
Foto oleh Tim Ekspedisi Astacala “Facing Giant Rock”
Berikut Foto-fotonya gan
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto - foto:
Spoiler for Foto Zoom:
Nyang ini Videonya Gan
Diubah oleh ajiepopos 11-12-2013 17:32
0
6.8K
Kutip
41
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru