Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

juraganketekAvatar border
TS
juraganketek
Jangan Ngaku Muslim/Salafy kalau masih Minta-minta [Muslim Only]
TASAWWUL, VIRUS DAKWAH SALAFIYYAH

emoticon-No Sara Please

Spoiler for Ini Ajaran Tauhid gan:


Spoiler for Cuma Nasihat Saja:


Sumber

Penulis: Abu Turob Saif bin Hadhor Al Jaawi
- semoga Alloh menjaganya-
Dusun Argamulya, Bengkulu Utara
1 Sya’ban 1434 H

MUQODDIMAH

Alhamdulillaah kami telah menyelesaikan tulisan ini, yang tentunya para pembaca telah banyak tahu tentang fisi dan misinya, karena telah banyak tulisan yang semakna dengannya, akan tetapi bukanlah hal yang hina jika kami ingin turut menuangkan pena kami, turut andil dalam menularkan faedah dan tambahan khazanah, dengan harapan barokah Allooh melimpah ruah.

Tidaklah kami mendatangkan suatu yang baru atau sesuatu yang tabu, karena mayoritas adalah nukilan dan saduran dari kitab para ulama, yang tentunya masih terlalu banyak yang belum kami kutip karena masih tersimpan di perut-perut kitab mereka, yang tentunya kalau diterjemahkan semua membutuhkan waktu yang sangat lama dan akan memakan banyak perkara.

Demikianlah apa yang kami tulis, semoga Allooh memberkahinya dan menjadi sebab terbukanya hati yang tertutup oleh banyak syubuhat dan sebagai pemantap bagi mereka yang telah taubat dan melangkah tho’at.

Tidak lupa kritik sapa pembaca, tidak usah ditunda, tentunya dengan nada membina dan bersahaja.


Di tulis oleh:
Abu Turob Al Jaawi

Dakwah Para Nabi Tidak Dengan Cara
Meminta-Minta (Tasawwul)

Allooh ta’ala menceritakan tentang nabi Nuh ‘alaihissalaam :

وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَب الْعَالَمِينَ

” Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Robb semesta alam”.[Q.S As Syu'aro 109]

Dan juga berfirman Allooh ta’ala:

“Hai kaumku, aku tidaklah meminta kepada kalian harta benda (sebagai upah) aras seruanku. Upahku hanyalah dari Allooh dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Robb mereka, akan tetapi aku memandang kalian adalah suatu kaum yang tidak mengetahui”.

Juga Allooh menceritakan tentang nabi Hud, Sholih, Luth, dan Syu’aib ‘alaihimussalaam :

“Aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu, Upahku tidak lain hanyalah dari Robb semesta alam”.

Berfirman Allooh ta’ala menceritakan tentang nabi Muhammad shollalloohu’alaihi wasallam :

“Dia tidak akan meminta harta-harta kalian. jika Dia meminta harta kepada kalian lalu mendesak kalian niscaya kalian akan bakhil, dan Dia Allooh akan menampakkan kedengkian kalian.”[QS Muhammad 36-37]

Dan Allooh ta’ala menceritakan tentang seorang sholih yang menyuruh kaumnya untuk mengikuti orang yang tidak meminta-minta dalam berdakwah :

“Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepada kalian; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS Yaasiin 21]

Dan demikian pula semua para nabi berdakwah dengan manhaj ta’affuf (menjaga diri dari harta ummat) dan tidak tasawwul.

Maka apakah pantas seorang da’i yang mengaku salafi, dan mengikuti jejak para nabi dalam berdakwah, sementara sangat berseberangan dengan jalan yang mereka lalui ??.

Manhaj Ta’affuf Adalah Manhaj Para Nabi Shollalloohu’alaihim Wasallam Dan Manhaj Salafusholih Rodlialloohu’anhum.

Telah lewat dalil-dalil yang menunjukkan bahwa manhaj para nabi shollalloohu’alaihim wasallam dalam berdakwah tidak dengan meminta-minta, dan menengadahkan tangan mengemis bantuan ummatnya, bahkan merekalah yang membentangkan tangannya untuk berinfaq dan memberi suri tauladan kepada ummatnya dalam masalah ini.

Kini kita akan lihat betapa mereka para utusan Allooh shollalloohu’alaihim wasallam bekerja dan melakukan usaha, untuk mencukupi kebutuhan kehidupan dunia mereka disela-sela kesibukan mereka dalam mengemban amanat dakwah, dan mengajarkan ilmu kepada manusia, dan itu semua tidak sedikitpun melalaikan mereka dari tugas utamanya .

Kami bawakan pembahasan ini sebagai nasehat dan teguran terhadap para da’i yang mengandalkan gaji, atau santunan mad’unya dengan alasan mereka itu sibuk dan tafarrugh (menghabiskan waktunya) untuk mengajar dan berdakwah, yang tidak memiliki kesempatan untuk mencari ma’isyah dan nafkah.

Dan perlu di ketahui bahwa sebaik-baik mata pencaharian adalah usaha sendiri, bagaimanapun usahanya, yang penting halal dan tidak membebani orang lain dan tidak maksiat, rosulullooh shollalloohu’alahi wasallam bersabda:

Dari Miqdaam bin Ma’diikarib rodlialloohu’anhu dari rosulullooh shollalloohu’alahi wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang makan sebuah makanan yang lebih baik dari memakan atas usahanya sendiri (kerja tangannya sendiri), dan bahwasanya nabi Dawud shollalloohu’alaihi wasallam makan dari usahannya sendiri.”[ HR Bukhori 2072]

Berkata Al Haafidh rohimahullooh di Fathul Bari (dibawah hadits 2072):

Yang dimaksud dengan kebaikan disini adalah sesuatu yang melazimkan pekerjaan dengan tangannya (usaha sendiri) yang tidak bergantung kepada orang lain. selesai.

Beliau juga berkata (dibawah hadits 2073):

Dan hikmah yang terkandung dalam pengkhususan rosulullooh shollalloohu’alaihi wasallam dengan penyebutan nabi Dawud shollalloohu ‘alaihi wasallam adalah, karena nabi Dawud ‘alaihissalaam yang sebenarnya tidak ada hajat (perlu) untuk bekerja mencari nafaqoh untuk mencukupi kehidupannya, karena beliau ini kholifah (pemimpin) dimuka bumi, sebagaimana Allooh terangkan, hanya saja (beliau tidak mau makan kecuali atas usaha tangannya), karena untuk mengambil jalan paling utama, oleh karena itulah nabi Muhammad shollalloohu’alaihi wasallam menyebutkan kisahnya ini dalam berhujjah pada tempat pijakan bahwa mata pencaharian yang paling utama adalah usaha dengan tangannya sendiri. selesai.

Kami katakan: Tentunya para nabi yang lain yang bukan raja, mereka bekerja dengan tangan mereka masing-masing karena mereka membutuhkan sesuatu untuk menopang kehidupannya.

Allooh ta’ala menceritakan tentang usaha nabi Dawud ‘alaihissalaam:

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepada Dawud dari Kami kurnia. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, selalu bertasbihlah (berulang-ulang) bersama Dawud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan berbuatlah amalan yang sholih. Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian kerjakan.” [QS Saba 10-11]

Berkata Alhaafidh rohimahulloh (dibawah hadits 3417):
Yang nampak adalah bahwa usaha yang dilakukan nabi Dawud ‘alaihissalaam adalah menyulam baju besi, dan Allooh melenturkan besi untuknya, maka beliau menyulam baju besi dan menjualnya dan tidak makan kecuali dari hasil usaha ini padahal beliau waktu itu adalah termasuk raja besar, Allooh ta`aala katakan: {وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ} Dan kami kuatkan kerajaannya.selesai.

Kami cukupkan penyebutan pekerjaan para nabi dengan nabi Dawud ‘alaihissalaam saja, dan kami akhiri dengan sebuah hadits dari Abi Huroiroh rodlialloohu ‘anhu:

Bahwa Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Nabi Zakariya ‘alaihissalaam adalah seorang tukang kayu.” [HR Muslim]

Berkata Syaikhul Islam rohimahullooh:
Dan telah tetap di hadits shohih ucapan nabi shollalloohu’alaihi wasallam bahwa seutama-utama apa yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usaha sendiri, dan bahwasanya nabi Dawud shollalloohu ‘alaihi wasallam makan dari usahanya yaitu membuat pakaian dari besi, dan dahulu nabi Zakariya shollalloohu’alaihi wasallam adalah seorang tukang kayu, dan nabi Ibrohim shollalloohu’alaihi wasallam memiliki banyak hewan ternak hingga beliau menghidangi tamunya yang tidak beliau kenal dengan seekor anak sapi gemuk, ini semua tidak bisa beliau lakukan kecuali karena beliau ada kemudahan dalam sisi rizki, dan juga wali Allooh pilihan yang sangat tinggi tingkat ketawakalan mereka dari kalangan Muhajirin dan Anshoor dan Abu Bakar As Shiddiq rodlialloohu’anhu adalah wali Allooh yang paling mulia setelah para nabi, mayoritas mereka, Allooh anugrahi rizqi dengan sebab-sebab yang mereka perbuat, dan Abu Bakar adalah dahulu seorang pedagang, dan beliau juga mengambil bagian beliau dari rampasan perang.

Adapun ketika beliau memegang tampuk kekhilafahan, maka beliau mendapatkan gaji dari baitulmal, dua dirham setiap harinya, bahkan beliau pernah menjadikan seluruh hartanya untuk shodaqoh, dan nabi shollalloohu’alaihi wasallam bertanya kepada beliau: “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? Beliau menjawab: “Aku tinggalkan bagi mereka Allooh dan rosulNya”, sekalipun demikian beliau tidak mengambil dari seseorang sedikitpun, tidak dalam bentuk shodaqoh dan tidak pula (menuggu) adanya kemenangan perang, dan tidak pula dari (kafaroh) nadzar, akan tetapi beliau hidup dari usahanya sendiri.

Kondisi beliau ini, sungguh sangat berbeda dengan orang yang mengaku-ngaku sebagai orang yang penuh tawakkal, dia sumbangkan seluruh hartanya dengan sangkaan bahwa dia mencontoh Abu Bakar, padahal tujuannya dia ingin meregup harta manusia, baik dengan cara meminta-minta atau tidak meminta-minta (seperti dengan minta belas kasihan manusia), maka sungguh perbuatan ini bukanlah perilaku Abu Bakar, bahkan di Musnad Imam Ahmad adalah bahwa beliau bila terjatuh cambuknya dari tangannya, beliau tidak memerintahkan orang lain untuk mengambilnya, bahkan beliau turun dari kendaraannya lalu memungutnya dengan tangan beliau sendiri, dan beliau mengatakan, bahwa kekasih beliau menyuruhku untuk tidak meminta kepada seeorangpun sesuatu, maka mana keadaan yang seindah ini dengan keadaan orang yang menenteng kantong (proposal dan yang semisalnya zaman sekarang) untuk meminta-minta manusia sebagai jalan kepada Allooh, bahkan ada dari mereka yang menyuruh para “murid”nya untuk mengemis kepada manusia. Selesai
Faedah :

Adapun hadits Ibnu ‘Abbas rodliyalloohu ‘anhu:

“كان داود زرادا وكان آدم حراثا وكان نوح نجارا وكان إدريس خياطا وكان موسى راعيا”

“Adalah nabi Dawud itu pemintal baju besi, dan nabi Adam petani, nabi Nuh tukang kayu, nabi Idris penjahit, dan nabi Musa seorang penggembala.” [Hadits ini walaupun ada beberapa yang benar akan tetapi sanadnya sangat dho'if, Al Haafidh mengatakan di Fathul Bari (4/306): sanadnya waahin. Diriwayatkan oleh Al Hakim di Mustadrok]
Sebagian Dalil Tentang Ta’affuf

Berikut ini akan kami bawakan beberapa dalil tentang ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta).

1- Berfirman Allooh ta’aala.

﴿لِلْفُقَرَاءِ الذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التعَففِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ الناسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِن اللهَ بِهِ عَلِيمٌ﴾ [البقرة/273]

(Berinfaqlah) kepada orang-orang faqir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allooh; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada manusia secara mendesak. dan apa saja dari kebaikan yang kamu nafqahkan (di jalan Allooh), Maka Sesungguhnya Allooh “Aliim” Maha Mengatahui. [QS Al Baqoroh : 273]

Pada kesempatan ini Ibnu Katsir rohimahullooh di tafsirnya membawakan hadits Abi Huroiroh rodlialloohu ‘anhu, bersabda rosulullooh shollalloohu ‘alahi wasallam:

“ليس المسكينُ الذي ترده التمرة والتمرتان، ولا اللقمة واللقمتان، إنما المسكين الذي يتعففُ؛ اقرؤوا إن شئتم يعني قوله: ﴿لا يَسْأَلُونَ الناسَ إِلْحَافًا﴾

” Bukanlah seorang miskin itu yang ditolak untuk diberi sebiji kurma atau dua biji, dan tidak pula satu potong atau dua potong (makanan), akan tetapi yang benar-benar miskin adalah orang yang ta’affuf (menajga diri dari meminta-minta), bacalah jikalau kalian mau ayat ini ﴿لا يَسْأَلُونَ الناسَ إِلْحَافًا ﴾. [HR Bukhori]

Dalam suatu lafadh :

“ولكن المسكين الذي لا يجد غنى يغنيه، ولا يُفْطَنُ له فَيُتَصَدقَ عليه، ولا يسأل الناس شيئا”

“Akan tetapi yang dinamakan miskin adalah orang yang tidak mendapatkan sesuatu yang mencukupinya, dan tidak ada yang tahu (menyangka bahwa dia itu miskin) sehingga di shodaqohi, dan tidak pula dia itu meminta-minta sedikitpun kepada manusia.

2- Hadits Pertama :

عن أبي ذر ركب رسول الله صلى الله عليه و سلم حمارا واردفني خلفه وقال يا أبا ذر أرأيت ان أصاب الناس جوع شديد لا تستطيع أن تقوم من فراشك إلى مسجدك كيف تصنع قال الله ورسوله أعلم قال تعفف.” [ رواه الامام أحمد رحمه الله ( ج5 ص149 )]

Dari Abi Dzar rodhialloohu ‘anhu berkata bahwa rosulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam suatu saat megendarai keledai, dan memboncengkanku di belakangya, tiba-tiba beliau berkata:

“Wahai Abu Dzar!! kabarkan kepadaku jika manusia tertimpa kelaparan yang sangat dahsyat, sehingga engkau tidak mampu untuk bagun dari kasurmu untuk berangkat ke masjidmu, apa yang akan egkau perbuat?”

Dia menjawab : Allooh dan rosulNya yang lebih tahu.

Maka nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam mengatakan: “Ta’affuflah wahai Abu Dzar.” [HSR Imam Ahmad dan disebutkan di Shohih Musnad]

(3) – Hadits Kedua.

عن حكيم ابن حزام رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( اليد العليا خير من اليد السفلى وابدأ بمن تعول وخير الصدقة عن ظهر غني ومن يستعفف يعفه الله ومن يستغن يغنه الله ) [صحيح البخاري - ( 1361)]

Dari hakim bin Hizaam rodhialloohu ‘anhu dari nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda :

” Tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah, dan mulailah (dalam infaqmu) kepada yang menjadi tanggunganmu, dan sebaik-baik shodaqoh adalah dari punggung orang yang cukup, dan barang siapa yang menjaga diri(‘Iffah) maka Allooh akan jaga dia, dan barang siapa meminta kecukupan kepada Allooh maka akan Allooh cukupi “.[ HR Bulhori Muslim]

(4)- Hadits Ketiga.

Dalam hadits panjang pada kisah Abu Sofyan rodhialloohu ‘anhu dengan Hiroklius maka dia bertanya kepada Abu Sofyan rodhialloohu ‘anhu tentang apa yang diperintahkan oleh rosulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam , maka beliau menjawab:

قلت : يقول اعبدوا الله وحده ولا تشركوا به شيء واتركوا ما يقول آباؤكم ويأمرنا بالصلاة والصدق والعفاف والصلة صحيح البخاري – (1 / 7).

Dia (rosulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam ) mengtakan sembahlah Allooh dan jangan menyekutukannya, dan tinggalkanlah apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian, dan dia menyuruh kami untuk melakukan sholat, bershodaqoh, ‘iffah dan menyambung silaturrohmi” [ HR Bukhori]

(5) -Hadits Keempat.

Rosulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam selalu berdoa meminta ‘iffah :

عن عبد الله عن النبى -صلى الله عليه وسلم- أنه كان يقول « اللهم إنى أسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى ». صحيح مسلم – (7079 ﴾

Dari Ibnu Mas’ud rodhialloohu ‘anhu bahwaasanya nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam selalu membaca doa ini :

” Ya Allooh sesungguhnya aku memohon kepadaMu hidayah (petunjuk), taqwa, ‘IFFAH, dan kecukupan.’ [ HR Muslim 7079]

Dan masih banyak hadits dalam masalah ini, dan akan kita lewati sebagian darinya Insya Allooh.emoticon-No Sara Please
Diubah oleh juraganketek 22-11-2013 11:02
0
2.4K
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.