Diadang Siswa, Guru SMK Muhammadiyah 1 Solo Mendapat 38 Jahitan
Quote:
Solopos.com, SOLO—Kasus kekerasan dialami guru, pelakunya siswa. Di Solo, murid silet gurunya. Guru SMK Muhammadiyah 1 Solo menerima 38 jahitan pasca disabet pisau cutter muridnya, Kamis (5/12/2013).
Kejadian ini berawal dari ajakaan siswa kelas XII, RYD, 18, untuk berduel. Malang bagi Muhad Fatoni, guru mata pelajaran (mapel) Olahraga sekolah tersebut, saat hendak pulang diadang tepat di halaman depan sekolah.
Guru Mapel Teknis Las, Ismadi, saat ditemui wartawan di kantornya, mengatakan di sekolahnya tengah berlangsung Ulangan Umum Akhir Semester (UAS). Sekira pukul 09.45 WIB atau jam kedua ujian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Guru Fatoni menjadi pengawas ruang di lantai III ruang 14. Saat memulai membagikan soal ujian untuk kelas X, tiba-tiba RYD menyela meminta soal kelas XII segera dibagikan. Fatoni meminta RYD untuk bersabar, tetapi rupanya RYD tersinggung.
“Pak Fatoni kan enggak bisa membagikan soal sekaligus. Saat hampir sampai di bangku RYD, Pak Fatoni didorong dan diajak berduel di luar. Ujian baru berjalan 10 menit, RYD langsung meninggalkan ruangan kelas tanpa meminta ijin pengawas,” ujarnya.
Ismadi mengungkapkan sempat mencurigai gerak-gerik siswa jurusan teknik kendaraan ringan ini yang meninggalkan ruangan secara tergesa-gesa. Setelah turun dari kelas, RYD mengambil tas dan turun ke halaman sekolah mengambil motornya pulang. Ternyata setelah itu RYD kembali setelah berganti baju dan membawa pisau cutter.
Saat Fatoni pulang RYD langsung menyabetkan pisau ke gurunya itu berkali-kali, namun hanya sekali yang mengenai tubuh Fatoni yakni persis di tangan kanan.
“Pak Toni membela diri. Tiga guru yakni Sihwadi, Fauzi Hidayat, dan Tri Wahyudi serta Satpam, Slamet Setyawan mencoba melerainya. Pisau berhasil diambil Pak Fauzi. Setelah dilerai RYD langsung kabur setelah sempat mengumpat. Fatoni langsung kami bawa ke RSI Kustati,” ujar dia
“Jangan Langsung Salahkan Siswa”
Quote:
Solopos.com, SOLO – Kasus murid silet guru di SMK Muhammadiyah 1 Solo, Kamis (5/12/2013) menjadi keprihatinan banyak pihak. Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Moordiningsih, mengungkapkan jangan langsung menyalahkan pada siswanya, tetapi harus dilihat kasusnya.
Sekolah, lanjutnya, harus memiliki pola interaksi yang sama seperti halnya rumah. Jangan berbeda sehingga sekolah tak hanya melakukan transfer ilmu saja tetapi karakter.” Ada peran guru untuk jadi model,” ujarnya ketika dihubungi Solopos.com, Kamis.
Perihal adanya rencana beberapa guru mogok mengajar bila anak tak dikeluarkan, lanjutnya, hal ini butuh penyikapan dari pihak yang mampu memediatori semisal Dewan Pendidikan Kota Solo (DPKS). Anak juga membutuhkan pendampingan psikolog.
“Bagaimanapun yang sudah diperbuat, bila anak mendapatkan perlakuan, kebaikan, tekanan dibersihkan, dan muncul kesadaran dari personal maka dia dapat diperbaiki dan berubah. Saya kira bila diperlukan DPKS dapat dilibatkan,” ujarnya.
Parah ya gan, biasanya kan yang ada kasus kekerasan guru terhadap murid. Tapi ini malah kebalik, guru yang menjadi korban. Padahal guru adalah seperti orang tua kita sendiri yang telah mendidik kita menjadi insan yang cerdas. Sudah sehasrusnya kita menghormati beliau-beliau ini yang telah berjasa banyak.