Terima kasih ane ucapin buat agan aganwati yang telah memberikan Abu Gosok dan

Sempat menyesal juga, mengapa malam-malam sendirian di rumah, ane malah menonton DVD Mati Suri garapan sutradara Rizal Mantovani. Seperti film-film Rizal sebelumnya (Jelangkung dan trilogi Kuntilanak),doi selalu menampilkan lelembut yang ekspresif-agresif, siap menyeret tokoh utama masuk ke dalam kengerian.
Berbeda dengan industri film horor di negeri Paman Sam yang lebih populer dengan horor tipe slasher atau pembantaian dengan cipratan darah kemana-mana, horor Indonesia lebih banyak mengeksploitasi dedemit yang itu-itu saja macam pocong atau kuntilanak. Entah berapa puluh judul film sudah dibuat dengan mencatut nama dua dedemit itu.
Nah, kalau dalam film Scream, Randy, salah satu tokohnya yang penyuka film horor menyebut tiga cara untuk selamat dari pembantaian film horor, maka setelah ane menonton banyak film horor dalam negeri, bisa ane tarik kesimpulan bagaimana cara selamat dari gangguan lelembut khas negeri tercinta ini.

Bayangkan, seandainya agan-aganwati adalah seorang karakter dalam film horor, dengan pocong atau kuntilanak yang siap meneror. Lalu apa yang harus agan-aganwati lakukan agar selamat setidaknya sampai durasi film berakhir?

1. Untuk cewek, se-inosen apapun, jangan berpakaian seksi atau terlalu mini.

Ingat cewek-cewek berbikini di film Jenglot Pantai Selatan? Atau Air Terjun Pengantin? Monster dan dedemit suka sekali “menyiksa” cewek berpakaian mini sebelum benar-benar membunuhnya. Belum lagi di film yang menghadirkan pocong atau kuntilanak. Dijamin, cewek berpakaian seksi akan lebih sering ditakuti oleh penampakan dibanding tokoh lainnya.

2. Jangan selingkuh ataupun berzina.

Para karakter pendosa akan mati lebih cepat dibanding yang lain.

3. Termasuk jangan mau jadi karakter selingkuhan.

Karena biasanya si karakter selingkuhan adalah penyebab si tokoh utama tewas dan menjadi arwah penasaran. Karakter cewek yang tewas karena mendapati perselingkuhan pasangannya dan kemudian menjadi arwah penasaran sudah menjadi langganan Dewi Perssik di film-film horornya.

4. Jangan melanggar tabu, atau menyebut-nyebut nama lelembut yang jadi tokoh sentral di film horor.

Itu sama artinya kamu mencari mati.

5. Usahakan untuk tidak berjualan tengah malam.

Masih nekat? ingatlah nasib tukang sate yang digoda sundel bolong, atau tukang nasi goreng yang disatroni kuntilanak.

6. Untuk cowok, jangan menjadi cowok pervert yang hobinya mengintip cewek mandi atau berganti pakaian.

Tengoklah ke sebelahmu, maka si hantu akan ikut mengintip dan “menghukum” agan pada akhirnya.

7. Kemanapun agan-aganwati pergi, apapun yang kau lakukan, hindari bermalam di hotel tua ataupun mendatangi rumah angker.

8. Jangan mandi di bathtub/shower terlalu lama.

Please deh! ada kuntilanak di sekitar agan-agnwati dan malah mandi? tak perlu kaget kalau si setan ikut nimbrung di kamar mandi bersamamu.

9. Jadilah waria atau banci.

Atau setidaknya berpura-puralah. Karakter ini biasanya selamat sampai akhir film.

10. Dua hal favorit yang disukai dedemit di kamar tidur: bersembunyi di kolong ranjang, atau menyamar menjadi guling.

Jadi, tidurlah di lantai tanpa bantal dan guling.

11. Jangan lupa membawa kaca spion kemana-mana.

Dedemit biasanya selalu lewat di belakang tokoh utama. Maksudnya biar tidak kaget.

12. Abaikan semua perempuan cantik dan seksi yang agan temui malam hari.

Abaikan! atau dia berubah menjadi kuntilanak.

13. Jadilah hansip.

Hansip biasanya paling sering melihat penampakan tetapi selamat sampai akhir film.

15. Kalau merasa telah menyebabkan nyawa seseorang melayang, serahkan diri ke polisi secepatnya!

Berlama-lama hanya akan membangkitkan arwah penasaran yang akan menuntut balas.

16. Terakhir, jadilah bintang film porno!.

Miyabi, Rin Sakuragi, Terra Patrick, Sola Aoi, Vicky Vette, semua (anehnya) selamat sampai akhir film.

Demikian tips-tips ane bagaimana cara kita bertahan hidup di dalam film horor Indonesia. Sebelum tidur, pastikan tak ada apapun bersembunyi di kolong ranjang, dan yang anda pegang adalah benar-benar bantal guling.