Selamat malam, Gan!

Langsung aja yah gan, gak pinter basa-basi, hoho…
Ceritanya barusan ane liat DP salah seorang temen ane yang berprofesi sebagai bidan di sebuah klinik bersalin. DP itu bertuliskan

“Ketika mereka tidak menghargai keberadaanmu, maka buat mereka menghargai mu saat kamu tidak ada. 27 November 2013. GERAKAN SATU HARI TANPA DOKTER.”

Buat agan-agan yang belum tau, aksi ini merupakan aksi solidaritas atas apa yang menurut para dokter disebut “kriminalisasi” dokter. Untuk lebih jelasnya monggo di search sendiri ya gan beritanya tentang 3 dokter yang dipenjara karena melakukan malpraktik hingga menyebabkan pasien meninggal. Kalo buat ane pribadi kronologinya masih simpang siur apakah ketiga dokter ini benar melakukan malpraktik atau tidak, karena itu ane tidak ingin banyak berpendapat soal kasus ini.

Kembali ke aksi sehari tanpa dokter, ane pribadi belum tau praktik gerakan satu hari tanpa dokter ini nanti teknisnya akan seperti apa, tapi ane miris gan membayangkan dokter melakukan aksi solidaritas dengan sehari tanpa dokter. Apalagi dengan embel-embel: ketika mereka tidak menghargai keberadaanmu, maka buat mereka menghargaimu saat kamu tidak ada.
Setahu ane dokter adalah profesi yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi. Secara moral, masih banyak masyarakat beranggapan bahwa dokter adalah pekerjaan yang mulia..banyak orang tua mengarahkan anaknya kalau gede jadi dokter, bahkan ada lagunya *Susan…susan…susan…kalo gede mau jadi apa…dan seterusnya* Secara materi, dokter juga saya rasa cukup dihargai..dalam arti masih banyak profesi lain yang secara materi lebih tidak dihargai.

Ane ambil contoh profesi guru ya gan. Terlepas dari soal materi atau gaji, banyak orang yang tau bilang guru itu pekerjaan mulia. Dalam kesehariannya, seorang guru pasti punya murid yang bandel, pasti pernah tidak dihargai, dikasari secara fisik maupun verbal oleh muridnya, dll. Guru juga terkadang menghadapi tuntutan orang tua, misal ketika anak bandel dan bertindak kurang sopan, lalu memberikan hukuman. Seperti halnya dokter, banyak pula guru yang ditempatkan di daerah-daerah terpencil dan minim fasilitas. Bagaimana jika setiap guru merasa tidak dihargai lalu membuat aksi semacam sehari tanpa guru. Saya rasa bisa tiap hari tidak ada guru, karena dari sekian murid yang dihadapi, setiap harinya pasti ada yang membuat tindakan kurang menyenangkan.

Di sini ane nggak berniat membandingkan profesi dokter, guru atau profesi lainnya..apalagi sekedar berbicara tentang materi. Ane secara pribadi merasa kalau aksi solidaritas semacam ini kurang tepat. Semua orang tahu kok, dokter memegang peranan yang sangat penting. pekerjaan ini terkait dengan nyawa seseorang. Kalau karena satu atau dua kasus lalu dokter membuat aksi semacam ini, menurut saya perlu ditanyakan kembali dimana hati nurani dokter sebagai manusia ketika nantinya terjadi apa-apa pada pasien yang ditinggalkan selama aksi tersebut? Cukup lah aksi-aksi dukungan dan demo-demo dilakukan, tapi tidak perlu membuat aksi semacam “sehari tanpa dokter”.

Akhirnya, ane cuma bisa berdoa semoga dunia kedokteran dan hukum di Indonesia semakin maju. Semoga Indonesia makin jaya sehingga berbagai profesi yang ada di negara ini bisa terus berkembang dan lebih dihargai.

Buat agan-agan yang ingin berbagi informasi atau pendapat tentang aksi ini, ane tunggu komennya. Thread ini no-offense jadi jangan dibata ya gan






Peserta aksi solidaritas dokter adalah dokter berjas putih dengan pita hitam & menggunakan pin IDI bertuliskan "Tolak Kriminalisasi Dokter".
Dokter yang tidak mengikuti aksi, dan tetap menjalankan tugas mulia-nya adalah yg sedang bertugas di:
# UGD
# ICU/ICCU,
# Ruang OK CITO
# Ruang persalinan
# dan yang bertugas di fasilitas kesehatan primer dengan tindakan gawat darurat.

*Kalau untuk kasusnya sendiri silahkan agan buka portal-portal berita yang ada di internet tentang kasus malpraktik dr. Ayu. beritanya bejibun gan