- Beranda
- Berita Luar Negeri
90 Perusahaan Bertanggung Jawab Atas Perubahan Iklim
...
TS
properti87
90 Perusahaan Bertanggung Jawab Atas Perubahan Iklim
Spoiler for perubahan iklim:
Ilustrasi (Foto: Softpedia)
CALIFORNIA - Sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh Climate Accountability Institute mengatakan bahwa krisis iklim yang sedang terjadi saat ini sebagian besar disebabkan oleh emisi dari 90 perusahaan di dunia.
Parahnya, dalam jangka waktu yang cukup singkat (1751-2010) terdapat 90 perusahaan membuang karbon dioksida (CO2) sekira 914 gigaton. Ini setidaknya menyumbang dua pertiga (63 persen) dari total emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer sejak awal era industri.
Menariknya, seperti disitat Softpedia, Jumat (22/11/2013) laporan juga menyebutkan bahwa sekira 50 persen dari jumlah emisi diproduksi oleh perusahaan selama kurang lebih 25 tahun terakhir. Terdapat 83 perusahaan yang bergerak di bidang minyak, gas alam, dan batu bara dianggap sebagai 'biang' perusak ozon.
"Ada ribuan produsen minyak, gas, dan batu bara di dunia yang harus bertanggung jawab atas sumbangsihnya terhadap karbon dioksida di atmosfer. Di mana, sebagai sang pengambil keputusan seharusnya CEO tidak hanya mementingkan unsur bisnis saja tetapi juga dampak panjangnya," ucap peneliti Richard Heede.
Ia juga menambahkan jika sektor publik dan swasta bersama-sama harus mulai menyadari evolusi krisis iklim. Sehingga, perlu melakukan kesepakatan untuk mengurangi atau menghentikan pemanasan global.
"Mereka secara historis memang memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam mencemari atmosfer kita," imbuh mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore. (amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...erubahan-iklim
Spoiler for Perubahan Iklim, Penduduk Bumi Terancam Kelaparan:
WASHINGTON - Pemanasan global serta perubahan iklim mengancam jutaan penduduk, khususnya di wilayah Afrika dan Asia, mengalami bencana kelaparan.
Demikian hasil studi Climate Change Agriculture and Food Security (CCAFS) sebagaimana dilansir Thinq.co.uk, Sabtu (4/6/2011). Penelitian CCAFS ini merupakan kolaborasi riset antara Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) dan Earth System Science Partnership (ESSP).
Berdasarkan studi itu, negara-negara tropis termasuk Asia Selatan serta Afrika terancam bencana kelaparan akibat gagal panen. Padahal, ratusan juta penduduk yang tinggal di wilayah tersebut saat ini memang sudah mengalami krisis pangan.
Penemuan CCAFS itu didasarkan pada data iklim dari United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang menunjukkan peta negara-negara yang mengalami dampak terburuk.
"Kita akan lebih membuka mata ketika dampak perubahan iklim terhadap pertanian bisa meningkatkan risiko kelaparan dan kemiskinan," ujar ahli ekonomi pertanian Patti Kristjanson dari CCAFS.
Demi menghindari bencana kelaparan, para petani di negara-negara bersangkutan diimbau untuk mengganti tanaman yang membutuhkan banyak air seperti jagung dengan tanaman yang lebih tahan kondisi kering seperti padi dan sorghum.
Namun di berbagai negara seperti Burkina Faso, Nigeria dan Mali yang mengalami krisis pangan meski telah membudidayakan padi dan sorghum, jelas dibutuhkan sebuah revolusi pertanian untuk menyelamatkan mereka dari bencana kelaparan.
(van) http://techno.okezone.com/read/2011/...ncam-kelaparan
Demikian hasil studi Climate Change Agriculture and Food Security (CCAFS) sebagaimana dilansir Thinq.co.uk, Sabtu (4/6/2011). Penelitian CCAFS ini merupakan kolaborasi riset antara Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) dan Earth System Science Partnership (ESSP).
Berdasarkan studi itu, negara-negara tropis termasuk Asia Selatan serta Afrika terancam bencana kelaparan akibat gagal panen. Padahal, ratusan juta penduduk yang tinggal di wilayah tersebut saat ini memang sudah mengalami krisis pangan.
Penemuan CCAFS itu didasarkan pada data iklim dari United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang menunjukkan peta negara-negara yang mengalami dampak terburuk.
"Kita akan lebih membuka mata ketika dampak perubahan iklim terhadap pertanian bisa meningkatkan risiko kelaparan dan kemiskinan," ujar ahli ekonomi pertanian Patti Kristjanson dari CCAFS.
Demi menghindari bencana kelaparan, para petani di negara-negara bersangkutan diimbau untuk mengganti tanaman yang membutuhkan banyak air seperti jagung dengan tanaman yang lebih tahan kondisi kering seperti padi dan sorghum.
Namun di berbagai negara seperti Burkina Faso, Nigeria dan Mali yang mengalami krisis pangan meski telah membudidayakan padi dan sorghum, jelas dibutuhkan sebuah revolusi pertanian untuk menyelamatkan mereka dari bencana kelaparan.
(van) http://techno.okezone.com/read/2011/...ncam-kelaparan
Spoiler for Pemanasan Global Saat Ini Ancaman Manusia:
LONDON - Badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfokus pada perubahan iklim mengumumkan bahwa 95 persen perubahan iklim disebabkan oleh manusia.
Selama beberapa tahun terakhir segala aktivitas manusia menyebabkan efek rumah kaca yang menyebabkan kerusakan pada atmosfer bumi. Peneliti mengatakan, untuk mencegah dan mengurangi pemanasan global dibatasi di bawah dua derajat celcius. Namun untuk menekan angka tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang cukup berat.
Pemanasan global bisa dicegah dan dikurangi seandainya kegiatan aktivitas manusia tidak mencapai 840 gigaton karbon di akhir abad ini. Namun masalahnya hingga 2011 lalu atmosfer Bumi sudah tercemar oleh karbon sebanyak 531 gigaton. Berdasarkan data per 2011, karbon dioksida yang ada di bumi mengalami peningkatan sebanyak 40 persen sejak 50 tahun lalu.
"Untuk tetap berada di bawah 2 derajat celcius, kita tak boleh menghasilkan 1.000 miliar ton karbon. Namun saat ini sudah ada 54 persen karbon yang dipancarkan ke atmosfer Bumi," kata Thomas Stocker, wakil dari badan khusus yang menangani perubahan cuaca di PBB, seperti dikutip Softpedia, Senin (30/9/2013).
Stocker menambahkan, pemanasan global ini akan terus berlanjut dan akan bertambah buruk jika manusia tak mengurangi aktivitas yang menghasilkan emisi gas lebih banyak. "Tanpa tindakan yang segera untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, pemanasan global ini akan terus berlanjut dan menghasilkan dampak yang berbahaya pada masyarakat dan perekonomian kita," tutup Stocker. (amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...ncaman-manusia
Selama beberapa tahun terakhir segala aktivitas manusia menyebabkan efek rumah kaca yang menyebabkan kerusakan pada atmosfer bumi. Peneliti mengatakan, untuk mencegah dan mengurangi pemanasan global dibatasi di bawah dua derajat celcius. Namun untuk menekan angka tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang cukup berat.
Pemanasan global bisa dicegah dan dikurangi seandainya kegiatan aktivitas manusia tidak mencapai 840 gigaton karbon di akhir abad ini. Namun masalahnya hingga 2011 lalu atmosfer Bumi sudah tercemar oleh karbon sebanyak 531 gigaton. Berdasarkan data per 2011, karbon dioksida yang ada di bumi mengalami peningkatan sebanyak 40 persen sejak 50 tahun lalu.
"Untuk tetap berada di bawah 2 derajat celcius, kita tak boleh menghasilkan 1.000 miliar ton karbon. Namun saat ini sudah ada 54 persen karbon yang dipancarkan ke atmosfer Bumi," kata Thomas Stocker, wakil dari badan khusus yang menangani perubahan cuaca di PBB, seperti dikutip Softpedia, Senin (30/9/2013).
Stocker menambahkan, pemanasan global ini akan terus berlanjut dan akan bertambah buruk jika manusia tak mengurangi aktivitas yang menghasilkan emisi gas lebih banyak. "Tanpa tindakan yang segera untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, pemanasan global ini akan terus berlanjut dan menghasilkan dampak yang berbahaya pada masyarakat dan perekonomian kita," tutup Stocker. (amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...ncaman-manusia
Spoiler for
Polusi Udara Asia & Eropa Mengkhawatirkan:
CALIFORNIA - Data terbaru dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) menyebutkan Asia dan Eropa Timur sebagai wilayah dengan tingkat polusi tertinggi di Bumi. Dari polusi tersebut menyebabkan angka kematian meningkat pada orang usia muda.
NASA menggabungkan data tentang polusi udara secara global dengan data yang dimiliki oleh North Carolina University. Dari data tersebut menghasilkan peta yang menunjukkan wilayah dengan polusi udara tertinggi, wilayah dengan angka kematian akibat polusi, dan tingkat polusi yang terus meningkat.
Berdasarkan data dari NASA, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (30/9/2013) sekira 2,1 juta orang di dunia mati muda disebabkan polusi udara. Peta polusi tersebut didapatkan NASA dengan membandingkan data pada 1 Januari 1850 dengan data 1 Januari 2000 yang menghasilkan rata-rata angka kematian per 1.000 kilometer kubik tiap tahunnya.
Dari data tersebut juga diungkapkan bahwa partikel udara jahat berupa debu dan jelaga memiliki besar 2,5 mikrometer atau lebih kecil. Partikel jahat ini dinamakan PM 2,5 dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena ukurannya yang kecil mudah masuk ke dalam paru-paru manusia.
Peta tersebut menunjukkan wilayah Asia memiliki masalah serius dalam polusi udara, khususnya di wilayah China dan India. Peta polusi udara juga menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam wilayah yang memiliki udara kotor. Hanya sebagian Pulau Sumatera dan Papua yang aman dari polusi.
Sedangkan beberapa wilayah di Amerika juga menunjukkan peningkatan polusi udara yang signifikan sejak tahun 1850. (amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...engkhawatirkan
NASA menggabungkan data tentang polusi udara secara global dengan data yang dimiliki oleh North Carolina University. Dari data tersebut menghasilkan peta yang menunjukkan wilayah dengan polusi udara tertinggi, wilayah dengan angka kematian akibat polusi, dan tingkat polusi yang terus meningkat.
Berdasarkan data dari NASA, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (30/9/2013) sekira 2,1 juta orang di dunia mati muda disebabkan polusi udara. Peta polusi tersebut didapatkan NASA dengan membandingkan data pada 1 Januari 1850 dengan data 1 Januari 2000 yang menghasilkan rata-rata angka kematian per 1.000 kilometer kubik tiap tahunnya.
Dari data tersebut juga diungkapkan bahwa partikel udara jahat berupa debu dan jelaga memiliki besar 2,5 mikrometer atau lebih kecil. Partikel jahat ini dinamakan PM 2,5 dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena ukurannya yang kecil mudah masuk ke dalam paru-paru manusia.
Peta tersebut menunjukkan wilayah Asia memiliki masalah serius dalam polusi udara, khususnya di wilayah China dan India. Peta polusi udara juga menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam wilayah yang memiliki udara kotor. Hanya sebagian Pulau Sumatera dan Papua yang aman dari polusi.
Sedangkan beberapa wilayah di Amerika juga menunjukkan peningkatan polusi udara yang signifikan sejak tahun 1850. (amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...engkhawatirkan
Spoiler for Fenomena Kemarau Basah "Menghantui" Penduduk Bumi:
LONDON - Beberapa negara mengalami apa yang disebut dengan kemarau basah. Kemarau basah diartikan sebagai musim yang seharusnya mengindikasikan tanda-tanda kering, malah justru diguyur dengan hujan atau temperatur udara yang rendah.
Cuaca tak menentu ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga terjadi di belahan Bumi lainnya, seperti Inggris misalnya. Seperti diberitakan website Telegraph, yang dikutip Rabu (5/6/2013), melaporkan bahwa pola cuaca tak menentu ini juga terjadi di tahun lalu, di mana musim panas atau kemarau diiringi dengan hujan deras.
Emma Compton dari prakiraan cuaca Met Office yang berbasis di Inggris mengatakan, terdapat hujan yang menyebar di negeri Ratu Elizabeth tersebut. Meskipun tidak deras, namun hujan tersebut bisa terjadi di siang hari dan malam hari.
Pada kondisi hujan, temperatur akan turun menjadi 6 celcius (42,8 fahrenheit). Temperatur tersebut 10 celcius lebih dingin ketimbang suhu rata-rata maksimal. Sementara di bagian Timur dan Utara Inggris, suhu akan lebih dingin dari biasanya sekira 10 sampai 12 celcius.
Pola cuaca 'siklon' hujan ini bisa berlangsung selama sepekan. Met Office mengungkap bahwa aliran jet (jet stream), yang merupakan kelompok angin bisa berperan untuk menghasilkan awan hujan. Kelompok angin tersebut bergerak melintasi Atlantik dari barat ke timur. Inilah yang membawa hujan serta angin.
Biasanya aliran jet bisa bergerak lebih jauh ke utara, yang berarti utara dan barat cenderung memiliki suhu lebih dingin atau cuaca basah. Sedangkan untuk wilayah tidak diterpa aliran jet tersebut, mengalami kondisi cuaca yang cerah.
Akan tetapi, para ahli di Inggris mengatakan bahwa aliran jet ini menuju selatan dari biasanya. Sehingga, fenomena ini mengakibatkan kemarau basah. Inilah yang terjadi di tahun lalu. Tampaknya pola serupa juga terjadi untuk kemarau di tahun ini.
"Cuaca tidak menentu ini karena aliran jet menjadi lebih jauh ke selatan ketimbang biasanya," ungkap Reid Morrison dari Met Office. Ia mengatakan, fenomena aliran jet menuju ke selatan memungkinan sistem tekanan rendah untuk bergerak di sepanjang wilayah Inggris.
Salah satu teori mengungkap bahwa aliran jet ini bisa didorong ke selatan oleh mencairnya es dari Arktik (kutub utara) dan mengakibatkan perubahan iklim. Mencairnya es di kutub juga bisa diakibatkan oleh fenomena Global warming atau pemanasan global, yang juga menunjukkan bahwa air laut tengah menghangat.
Meningginya suhu air laut berarti lebih banyak air yang menguap. Oleh karena itu, kelembaban udara bisa meningkat serta mampu memunculkan hujan.
Batas Normal
Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya bahwa cuaca dapat cepat berubah memiliki keterkaitan dengan pemanasan global. Peneliti yakin bahwa 90 persen pemanasan global itu diakibatkan ulah manusia. Kesimpulan itu juga terdapat dalam laporan Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) 2007.
Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Haradi mengatakan bahwa perubahan mendadak dari hujan ke panas secara tiba-tiba adalah wajar dan masih dalam batas normal.
Menurutnya, ini merupakan proses transisi di masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, di mana perpindahan dari musim penghujan ke musim kemarau diiringi dengan lambaian pola tekanan udara yang menyebabkan munculnya awan hujan.
“Memang agak menyimpang dari biasanya. Tapi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk warga di Jakarta dan sekitarnya karena tidak berpotensi untuk banjir dalam skala besar atau mendatangkan angin kencang,” ungkapnya kepada Okezone, beberapa waktu lalu.
(amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...-penduduk-bumi
Cuaca tak menentu ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga terjadi di belahan Bumi lainnya, seperti Inggris misalnya. Seperti diberitakan website Telegraph, yang dikutip Rabu (5/6/2013), melaporkan bahwa pola cuaca tak menentu ini juga terjadi di tahun lalu, di mana musim panas atau kemarau diiringi dengan hujan deras.
Emma Compton dari prakiraan cuaca Met Office yang berbasis di Inggris mengatakan, terdapat hujan yang menyebar di negeri Ratu Elizabeth tersebut. Meskipun tidak deras, namun hujan tersebut bisa terjadi di siang hari dan malam hari.
Pada kondisi hujan, temperatur akan turun menjadi 6 celcius (42,8 fahrenheit). Temperatur tersebut 10 celcius lebih dingin ketimbang suhu rata-rata maksimal. Sementara di bagian Timur dan Utara Inggris, suhu akan lebih dingin dari biasanya sekira 10 sampai 12 celcius.
Pola cuaca 'siklon' hujan ini bisa berlangsung selama sepekan. Met Office mengungkap bahwa aliran jet (jet stream), yang merupakan kelompok angin bisa berperan untuk menghasilkan awan hujan. Kelompok angin tersebut bergerak melintasi Atlantik dari barat ke timur. Inilah yang membawa hujan serta angin.
Biasanya aliran jet bisa bergerak lebih jauh ke utara, yang berarti utara dan barat cenderung memiliki suhu lebih dingin atau cuaca basah. Sedangkan untuk wilayah tidak diterpa aliran jet tersebut, mengalami kondisi cuaca yang cerah.
Akan tetapi, para ahli di Inggris mengatakan bahwa aliran jet ini menuju selatan dari biasanya. Sehingga, fenomena ini mengakibatkan kemarau basah. Inilah yang terjadi di tahun lalu. Tampaknya pola serupa juga terjadi untuk kemarau di tahun ini.
"Cuaca tidak menentu ini karena aliran jet menjadi lebih jauh ke selatan ketimbang biasanya," ungkap Reid Morrison dari Met Office. Ia mengatakan, fenomena aliran jet menuju ke selatan memungkinan sistem tekanan rendah untuk bergerak di sepanjang wilayah Inggris.
Salah satu teori mengungkap bahwa aliran jet ini bisa didorong ke selatan oleh mencairnya es dari Arktik (kutub utara) dan mengakibatkan perubahan iklim. Mencairnya es di kutub juga bisa diakibatkan oleh fenomena Global warming atau pemanasan global, yang juga menunjukkan bahwa air laut tengah menghangat.
Meningginya suhu air laut berarti lebih banyak air yang menguap. Oleh karena itu, kelembaban udara bisa meningkat serta mampu memunculkan hujan.
Batas Normal
Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya bahwa cuaca dapat cepat berubah memiliki keterkaitan dengan pemanasan global. Peneliti yakin bahwa 90 persen pemanasan global itu diakibatkan ulah manusia. Kesimpulan itu juga terdapat dalam laporan Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) 2007.
Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Haradi mengatakan bahwa perubahan mendadak dari hujan ke panas secara tiba-tiba adalah wajar dan masih dalam batas normal.
Menurutnya, ini merupakan proses transisi di masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, di mana perpindahan dari musim penghujan ke musim kemarau diiringi dengan lambaian pola tekanan udara yang menyebabkan munculnya awan hujan.
“Memang agak menyimpang dari biasanya. Tapi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk warga di Jakarta dan sekitarnya karena tidak berpotensi untuk banjir dalam skala besar atau mendatangkan angin kencang,” ungkapnya kepada Okezone, beberapa waktu lalu.
(amr) http://techno.okezone.com/read/2013/...-penduduk-bumi
0
1.6K
Kutip
8
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
79.3KThread•11.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru