Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hadiyogaAvatar border
TS
hadiyoga
RI Masih Berat Setop Impor Sapi dan Daging dari Australia
Jakarta -Pemerintah Indonesia belum berani mengambil kebijakan pemutusan sementara hubungan ekonomi termasuk menyetop impor sapi hidup dan daging beku asal Australia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan beralasan langkah penghentian sementara importasi sapi secara mendadak bakal berdampak negatif dari sisi pasokan maupun harga daging sapi di dalam negeri.

"Yang penting stabilitas harga, pasok dan segalanya. Karena ekonomi terus tumbuh ke depan dan pasokan ini harus terpenuhi dalam maupun luar negeri. Kalau kebutuhan kita terhadap satu tempat masih tinggi ya tentunya kita tidak akan mengambil langkah yang bisa mengakibatkan destruksi terhadap pemasokan dan stabilitas harga," kata Gita saat ditemui di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (21/11/2013).

Walaupun belum mau memutus hubungan dagang termasuk menyetop impor sapi sementara dari Australia, pemerintah berencana membuka kesempatan untuk mengimpor sapi dari India dan Brasil dengan terlebih dahulu mengubah azas pemasukan sapi dan daging dari country based menjadi zone based.

Oleh karena itu, pemerintah sedang intens merevisi Undang-undang No. 18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan yang bakal digodok DPR. Dalam UU saat ini Indonesia masih menganut country based, terkait penyakit mulut dan kuku (PMK) dua negara yang bebas PMK antaralain Australia dan Selandia Baru, namun di India dan Brasil hanya zona-zona tertentu saja yang bebas dari PMK.

"Saya rasa secepat mungkin, tetapi saya sudah bicara dengan Mentan dan beliau sudah menyampaikan dan memulai untuk proses merevisi undang-undang agar kapasitas pemasukan importasi kita dari manapun bisa ditingkatkan," katanya.

Menurut Gita, target dari merevisi undang-undang peternakan agar Indonesia tidak tergantung terhadap satu negara untuk mendapat pasokan produk peternakan dan pertanian. "Nah ini makan waktu, dan dalam waktu transisi ini kita juga kita harus bisa menjaga stabilitas harga," imbuhnya.

Gita menambahkan, harga sapi dari Brasil dan India jauh lebih murah dari Australia, bahkan perbedaan harganya cukup signifikan. Namun kedua negara memang relatif jauh, sehingga ongkos kirimnya lebih mahal.

"Kita masih mengkaji (embargo). Pengkajian termasuk perkembangan agar tidak terjadi destruksi harga. Tetapi sebagai informasi, daging sapi dari India jauh lebih murah. Setengah harga dari Australia dan Brasil juga jauh lebih murah. Jadi nggak ada alasan untuk kita bisa beli dari tempat lain yang mungkin hubungannya sudah bisa lebih baik," tuturnya.

Ia menyebut tindakan pemerintah Australia menyadap telepon para petinggi negara Indonesia tidak dibenarkan. Ia mengaku akan mengikuti perkembangan kondisi politik antara Indonesia dan Australia.

"Kedua kita juga harus telah apakah hal ini bakal permanen jangan sampai kalau ada penyikapan dari mereka yang dapat membuat angin segar terhadap hubungan bilateral kita ke depan itu akan meenjadi bahan pertimbangan kita juga. Tetapi kita harus garis bawahi yang mereka lakukan itu sangat di luar batas wajar dan tidak pantas," cetusnya.

Sumber: [url]http://finance.detik..com/[/url]
Diubah oleh hadiyoga 21-11-2013 14:25
0
903
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.