Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

idfashionistaAvatar border
TS
idfashionista
Curhat di Sosial Media Jangan Kebablasan
MEDIA sosial kini berkembang sangat pesat, seiring dengan majunya teknologi telekomunikasi. Masyarakat pun sudah sangat akrab dengan Facebook, Twitter, Blackberry. Orang bisa memposting dan mengabarkan apapun lewat media tersebut.

Bahkan media sosial seringkali dijadikan sarana curhat, menumpahkan segala bentuk kegalauan dan perasaan tidak enak yang sedang dialaminya. Menumpahkan curahan hati di jejaring sosial memang bisa membuat perasaan plong, meski belum tentu mendapat solusi tepat atas masalah yang dihadapi.
Bahkan terkadang curhat yang kebablasan berdampak positif bagi pengguna maupun pengakses. Sehingga perlu sikap bijaksana saat memutuskan untuk curhat di sosial media. Dosen Fakultas Kedokteran UGM Bagian Psikiatri dan Psikologi Klinis Rumah Sakit Dr Sardjito, Dra Sumarni MSi Psi mengatakan, setiap manusia butuh ventilasi.

Ibaratnya gelas, ketika sudah terisi penuh pasti ada air yang tumpah. Itu sebabnya curhat di jejaring sosial banyak dijadikan pilihan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab dengan cara ini beban akan terkurangi, sehingga menjadi solusi bagi mereka yang punya banyak beban. Kecuali itu, media sosial banyak dipilih karena dinilai tidak berisiko. Ada masyarakat yang malu untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain secara langsung. Sebab ketika bercerita lewat tatap muka, kadang kala terjadi konflik. Selain itu curhat di media sosial juga lebih bebas dan nyaman. Memang banyak orang lain yang kemudian tahu kondisi kita, tapi cara ini tidak berisiko untuk dikritik secara langsung.

Alasan lain adalah ingin diakui, dan ini juga menjadi kebutuhan psikologis. Ketika lingkungannya asik dan sibuk dengan BBM, facebook, twitter dan sebagainya, itu akan mendorong orang untuk melakukan hal yang sama. "Sebetulnya dia butuh pengakuan dan punya lingkungan yang selevel. Ada orang tertentu yang menganggap dirinya eksis dengan cara seperti ini," ucapnya. Namun bisa jadi orang yang mengumbar kegalauan di jejaring sosial, memang benarbenar tidak punya sarana untuk curhat. Contoh ekstrem, penderita HIV AIDS dan tidak tahu harus kemana harus bercerita dan mengutarakan masalahnya. Akhirnya facebook, twitter atau up date status di BBM jadi sarana menumpahkan kegalauannya. "Belum semua orang tahu ke mana dia harus curhat," imbuh Sumarni.
Curhat di Sosial Media Jangan Kebablasan
Pribadi Tidak Matang
Meski bisa mengurangi beban, namun Sumarni mengingatkan, mengumbar masalah dan kegalauan di jejaring sosial kadang kala ada sisi negatifnya. Cara ini membuat orang mudah berkeluh kesah dan tidak berusaha sendiri untuk memecahkan masalah secara benar. Perilaku ini, justru akan menunjukkan bahwa orang tersebut tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Sikap yang demikian, sebenarnya merupakan manivestasi dari kepribadian yang tidak masak atau kurang dewasa. Menceritakan kegelisahan hati di media sosial, juga belum tentu akan mendapat solusi yang tepat. Karena masukan yang diperoleh bukan dari kalangan profesional. Masukan atau komentar mungkin cukup banyak, tapi solusi tersebut belum tentu sesuai dengan persoalan yang sedang dihadapi.

Seharusnya setiap punya permasalahan bisa diselesaikan, sehingga tidak mudah berkeluh kesah. Curhat sebaiknya dilakukan pada orang yang bisa dipercaya, konsultasi ke psikolog atau lembaga yang tepat. Misalnya remaja, maka orangtua hendaknya bisa berperan sebagai teman, pelindung, pengarah dan pemecah solusi, sehingga anak punya tempat untuk bertanya, berkeluh kesah dan mencari penyelesaian masalah. Namun terkadang faktor ketidaktahuan, membuat orang mencari jalan mudah dan akhirnya memilih mengumbar masalah di jejaring sosial.

Sisi negatif lainnya, status yang menceritakan suasana hati atau masalah yang tengah dihadapi, bisa berisiko menyinggung orang lain. Misalnya suami istri yang sedang menghadapi masalah, ketika salah satu pasangan mengumbar permasalahan di jejaring sosial, hal ini akan menyinggung pasangannya.

Perilaku Asertif
Sumarni menekankan pentingnya perilaku asertif, yaitu keterampilan sosial untuk memecahkan masalah dengan cara yang tidak saling merugikan. "Jadi sama-sama enak, terjadi komunikasi yang tidak merugikan orang lain, mensejahterakan semua pihak dan ketemu pemecahan masalahnya," tutur Sumarni. Misalnya ketika Pekerja Rumah Tangga (PRT) kurang bersih dalam mencuci.

Apabila kita menegur dengan cara marahmarah, PRT tentu juga menjadi tidak sedang. Lain halnya jika kita mengatakan dengan kata-kata minta tolong dicuci lagi, sepertinya ada yang kelupaan atau sakunya tidak dibalik. Dengan cara ini PRT akan paham dan tidak sakit hati, karena kita mengatakannya dengan senyum dan meminta tolong. Ibarat orang memancing, kena ikannya tapi tidak keruh airnya. Sikap asertif sebaiknya dimiliki setiap orang, sehingga ketika ada masalah bisa diselesaikan dengan cara yang baik dan tidak melukai satu sama lain.

Cermin Citra Diri
Curhat di sosial media, memang kadang menjadi pilihan sebagian masyarakat. Essy Wulan Agustin, ibu empat anak ini menilai, ada sisi baik dan buruk bila curhat di sosial media. Baik, bila ada musibah. "Misalnya saat anak sakit, saya pasang status di BB, eeee banyak yang menghubungi lalu mendoakan. Buruknya, bila menyinggung orang lain yang membuat tersinggung atau memancing amarah," kata Essy.
Menurut Essy, curhat yang galau-galau tentang diri dan orang lain di sosial media, mencerminkan citra diri yang buruk. "Dari status orang yang muncul di sosial media, itu juga mencerminkan pola pikir seseorang. Kalau statusnya banyak motivasi, harapan dan doa, orangnya biasanya berpikir positif," jelasnya.

Dikatakan, setiap orang punya kecenderungan, punya sisi kebanggaan masing- masing, misalnya profil di BlackBerry gambar anak-anaknya, keluarganya, atau narsis dengan penampilannya. "Bagiku sosial media adalah alat untuk memotivasi diri, selalu berlatih untuk berpikir positif dan bisa menyampaikan pesan pada seseorang atau komunitas kita. Jadikan sosial media sebagai media untuk mencerdaskan. Maka bijaksanalah, jangan kebablasan kalau curhat di sosial media," kata Essy yang juga ngampus untuk jadi tutor khusus Akta Tanah. (Ast/Fia)-b


Sumber: Kedaulatan Rakyat 20 Oktober 2013
0
2.7K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Lifestyle
LifestyleKASKUS Official
10.5KThread11.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.