Sumenep - Meski dikenal sebagai daerah yang kering dan tandus, namun warga desa Langsar, Saronggi, Sumenep, tetap menggantungkan hidupnya pada bercocok tanam. Untuk melakukan kegiatan bercocok tanam, warga sangat bergantung kepada hujan.
Untuk mengharap turunnya hujan, warga setiap tahunnya melakukan ritual meminta hujan yang disebut ritual 'berloberan'. Ritual dipusatkan di Goa Mandalia di Desa Langsar, Saronggi. Sengan membawa aneka sesajen, warga melakukan loberan di dalam goa.
Salah seorang sesepuh desa langsar K. Ilyas mengatakan, ritual berloberan rutin di laksanakan dua kali setiap tahun. Ritual pertama dilakukan menjelang musim tanam untuk memohon turunnya hujan dan keselamatan wargan. Ritual kedua dilakukan setelah panen.
"Warga membawa sebagian hasil pertaniannya ke tempat ini untuk melakukan ritual syukuran," kata Ilyas kepada detikcom, Minggu (17/11/2013).
Pria 65 tahun ini menjelaskan, ritual berloberan merupakan tradisi warisan dari leluhur desa. Goa Mandalia sendiri merupakan goa tempat bersemedi para sesepuh dulu saat memohon turunnya hujan kepada yang maha kuasa.
Tradisi itu awet dijaga sehingga tradisi itu sampai sekarang masih terus di lakukan oleh warga setempat. Bahkan sekarang warga tidak hanya menggelar ritual berloberan tapi juga haul untuk para sesepuh mereka.
"Goa ini dulu tempat para sesepuh melakukan semedi, makanya tiap tahun kami adakan ritual disini," jelas Ilyas.
Dalam prosesi berloberan, seluruh warga desa membawa semacam sesajen berisi aneka makanan hasil pertanian seperti ketan kuning, nasi, ayam panggang, serta buah pisang, kelapa, dan buah-buahan lainnya.
Tidak semua warga bisa mengikuti prosesi ritual berloberan, hanya orang-orang tertentu yang berjumlah 40 orang yang diizinkan ikut. Mereka adalah keturunan langsung dari para sesepuh yang di makamkan di dalam Goa Mandalia.
[url]http://news.detik..com/surabaya/read/2013/11/17/134533/2415182/475/berloberan-tradisi-warga-sumenep-meminta-hujan[/url]
seandainya warga sumenep tau jokowi bisa mengendalikan dan mendatangkan hujan dititik titik yang dia inginkan , mungkin tradisi berloberan tidak akan dilanjutkan lagi oleh warga sumenep
Quote:
Hujan Diturunkan di Laut, Jokowi Minta Masyarakat Tetap Waspada
http://megapolitan.kompas.com/read/2....Tetap.Waspada
JAKARTA, KOMPAS.com — Berbagai upaya dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk meminimalkan bencana banjir di Ibu Kota. Salah satunya, dilakukannya operasi teknologi modifikasi cuaca di atmosfer untuk mendistribusikan curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kendati demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap meminta warga agar waspada banjir. Meskipun potensi hujan besar pada 27 Januari diperkirakan kecil, pasang laut masih di level maksimal 1 meter, tanggul di pantai utara Jakarta juga rawan jebol.
Rekayasa cuaca
Operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) ini merupakan kerja sama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Pesawat Hercules mulai menebar garam dapur di atas Selat Sunda, Sabtu (26/1/2013) pukul 13.32 hingga 15.40, untuk membuat hujan buatan. Hanya sekitar setengah jam setelah 4 ton garam ditebarkan, hujan lebat di atas Selat Sunda pun terjadi.
"Potensi pembentukan awan hujan terpantau radar BPPT berada di atas Selat Sunda, di sebelah barat Kabupaten Pandeglang. Karena itu, pesawat mengarah ke sana untuk menebarkan garam," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Heru Widodo.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, operasi TMC dilakukan atas perintah Gubernur DKI Jakarta kepada Kepala BNPB, Jumat pekan lalu. BNPB pun segera merespons dan bekerja sama dengan BPPT.
Menurut Heru, Jokowi meminta agar hujan lebat tidak turun di sekitar Puncak dan Jakarta untuk mencegah terjadi banjir di Jakarta.
BPPT kemudian bekerja sama dengan BNPB membuat hujan buatan dan memasang alat pemecah pembentukan awan hujan.
Rekayasa cuaca ini akan dilakukan selama dua bulan, yaitu 26 Januari-25 Maret 2013, sehingga hujan tidak turun di darat, tetapi langsung di laut. Awan juga direkayasa agar terbentuk di atas laut sehingga hujan pun turun di laut.
TMC ditargetkan akan mampu mengurangi hujan di Jakarta sekitar 30 persen. Dana yang dikeluarkan BNPB mencapai Rp 13 miliar.
Hujan buatan akan dilakukan di pesisir utara Jakarta, di sekitar Selat Sunda, serta di pantai selatan bagian barat Pulau Jawa. Pembuatan hujan ini disesuaikan dengan potensi awan hujan yang terbentuk setiap hari selama musim hujan.
BPPT juga mengoperasikan alat pemecah pembentukan awan hujan. Alat ini dipasang pada menara berketinggian sekitar 50 meter dan sudah dioperasikan lima unit di sekitar Puncak dan 20 unit tersebar di Jakarta. Alat ini bekerja berdasarkan pantauan radar cuaca BPPT.
"Jika terjadi potensi pembentukan awan hujan, awan segera dipecahkan sehingga tidak terjadi hujan," kata Heru.
Pelaksanaan TMC di Jakarta dilakukan dengan mengerahkan empat pesawat terbang, yaitu 1 Hercules C-130 TNI AU dan 3 pesawat CASA 212-200.
Pesawat Hercules yang bisa mengangkut 5 ton-6 ton garam disiapkan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pesawat CASA yang berkapasitas angkut sekitar 1 ton garam disiapkan di Lapangan Pondok Cabe, Tangerang.
"Operasional pesawat tergantung kondisi awan. Jika membutuhkan cukup banyak garam, maka dioperasikan pesawat Hercules," kata Sutopo.