Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adhychezzzzAvatar border
TS
adhychezzzz
Apa Ilmu sihir??
Sihir sudah dikenal sejak zaman Nabi Musa As. Ketika itu telah dikenal sihir dengan cara meniupkan mantra ke simpul-simpul tali, ini di gunakan untuk menyakiti seseorang dari jarak jauh. Bahkan ketika para tukang sihir Firaun membuat ular-ular kecil dari tali temali untuk memperdaya Nabi Musa As.

Kejahatan dengan sihir ini merupakan kejahatan yang sulit dilacak dan dituntut secara hukum, maka banyak orang yang menggunakan jasa tukang sihir tersebut agar semua dapat tercapai dengan mudah.
Ilmu sihir adalah sebuah sistem, tidak lebih dari itu. Termasuk yang adakalanya berbungkus pretelan agama. Ilmu sihir tidak hanya kemampuan menciptakan pengaruh-pengaruh tertentu melalui teknik-teknik khusus, namun juga mendidik individu menjalankan teknik-teknik tersebut. Sebagaimana kita kenal saat ini, ilmu sihir mungkin menjadi subyek suatu kumpulan mencakup praktik-praktik minor seperti teknik hipnotis, santet, pelet, pengobatan manipulatif, dll.

Sihir dipraktikkan melalui upaya memperkuat tegangan emosi. Tidak ada fenomena sihir yang terjadi dalam suasana yang tenang. Manakala emosi itu mencapai ketegangan tertentu, maka seolah-olah telah terjadi suatu lompatan yang melampaui sebuah jurang dan apa yang dianggap sebagai peristiwa supranatural telah dialami. Sebuah contoh yang lazim adalah fenomena poltergeist, yaitu fenomena yang hanya terjadi pada anak muda ketika mengalami perasaan gelisah yang terus-menerus menguasai dirinya.
Pada titik puncak emosinya, ia pun ia bisa mendorong benda-benda yang sangat berat. Akan tetapi, ketika seorang penyihir sedang mencoba mengangkat seseorang atau sebuah benda (berat) atau mempengaruhi jalan pikiran seseorang dengan cara tertentu, ia harus menjalankan suatu prosedur untuk membangkitkan atau memusatkan kekuatan emosional. Lantaran kemampuan membangkitkan emosi-emosi tertentu tidak sama pada setiap orang, maka sihir cenderung merupakan pemusatan kekuatan subyektif, seperti suka dan benci. Sensasi-sensasi inilah yang, bagi individu lemah mental, menyediakan semacam bahan bakar emosi “aliran listrik” sebagai pendorong untuk melompati ‘jurang’ yang akan membawanya dalam suatu kondisi supranatural..
Namun penyihir (termasuk yang dibungkus dengan pretelan agama) yang menjalani sejumlah latihan untuk mencapai tujuan tertentu, tidak sama dengan Sufi. Tugas Sufi adalah melatih diri sedemikian rupa agar dapat mengembangkan kemampuan organ persepsi yang bermakna dan melakukan suatu aksi yang menimbulkan suatu dampak yang lestari. Peramal dan penyihir, seperti kebanyakan mistikus, sama sekali tidak mengembangkan dan membangun diri kembali seperti para Sufi itu.
Jadi, apakah ilmu sihir itu merupakan salah satu cara mengembangkan kehidupan mental manusia? Di mana letak hubungannya dengan ajaran utama Sufi? Dari sudut pandang Sufisme, ilmu sihir pada umumnya dipandang sebagai suatu kemerosotan dari sistem Sufi tertentu. Tukang sihir yang berupaya mengembangkan kemampuan-kemampuannya agar dapat menguasai kekuatan-kekuatan ekstra fisik tertentu hanyalah mengikuti sebagian sistem tersebut. Oleh karena itu, peringatan-peringatan akan bahaya fatal dalam mencoba-coba atau terobsesi mempraktekkan ilmu sihir kerapkali hampir selalu dikemukakan. Dari sudut pandang luasnya bidang ilmu sihir, sebenarnya para praktisi sendiri hanya mempunyai suatu pengalaman yang tidak sempurna tentang keseluruhan fenomena, hanya sebagiannya saja.
Keajaiban berkaitan dengan persoalan sebab-akibat, dan menurut para Sufi, sebab-akibat berkaitan dengan persoalan ruang dan waktu. Pada umumnya sebuah peristiwa dikatakan ajaib karena kelihatannya bertentangan dengan konvensi-konvensi ruang dan waktu. Namun menurut para Sufi, karena keajaiban mempunyai akibat fisik, maka akibat fisik inilah yang mungkin penting, seperti sebuah bumbu masakan yang mungkin bukan termasuk makanan. Lantaran keduanya terikat waktu sekaligus arah suatu perkembangan, maka sihir dan keajaiban harus dilihat sebagai hal yang luar biasa di satu sisi dan hal yang biasa di sisi lain. Jadi dari sudut pandang Sufisme, baik sihir tingkat tinggi maupun mistisisme biasa hanya menerapkan suatu metodologi parsial yang direproduksi dari polanya sendiri. Akan tetapi upaya-upaya tersebut mungkin suatu pelarian dari nasib individu dan masyarakat.

Psikologi Sufi mengacu pada suatu mekanisme batin yang secara spontan menyelaraskan dan mengendalikan dampak-dampak yang ditimbulkan emosi. Pengetahuannya tentang ketidaksempurnaan orang yang dianggap waras adalah sumber kemampuannya untuk mengobati orang yang sebenarnya tidak warasemoticon-Berduka (S)
neonong
neonong memberi reputasi
1
1.3K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.