- Beranda
- Berita dan Politik
Inilah 7 Tokoh Indonesia yang menjadi pernah "Kritik" Kepopuleran Jokowi
...
TS
politikdomba
Inilah 7 Tokoh Indonesia yang menjadi pernah "Kritik" Kepopuleran Jokowi
kepopuleran jokowi dari dulu memang sudah mengkhawatirkan, ntah apa yang di takutkan para tokoh indonesia ini jika jokowi menjadi presiden RI 2014-2019. Tetapi yang pasti, tokoh-tokoh indonesia dibawah ini, pernah menyerang jokowi
berikut tokoh2 tersebut :
1. Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia
Habibie: Esemka Cuma Mobil "Dolanan"
JAKARTA, KOMPAS.com — Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia, mengatakan, mobil Esemka tidak dibuat secara profesional.
"Mobil Esemka itu cuma dolanan, pembuatannya tidak profesional. Masa anak-anak yang baru tamat sekolah menengah pertama (SMP) sudah mau jadi montir, ya, pasti belum ada pengalaman," kata BJ Habibie seusai acara talkshow Merah Putih di kediamannya, Patra Kuningan 13, Jakarta, Rabu (7/3/2012).
Menurut Habibie, untuk bisa menciptakan sebuah industri otomotif diperlukan pengalaman serta riset yang cukup, tidak serba instan. "Untuk bisa masuk ke dalam industri otomotif dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar, membutuhkan waktu yang panjang," tutur dia.
Lebih lanjut Habibie mengungkapkan kecurigaannya akan adanya kepentingan politik di balik pemberitaan mobil Esemka. "Menurut saya, ada ’interest’ politik di balik semua ini. Oleh karena itu, saya sarankan media berhenti mengangkat topik ini, anggap sepi saja," ujar dia.
Habibie menyarankan, membangkitkan industri otomotif di Tanah Air sebaiknya dimulai dengan membidik industri sepeda motor. "Indonesia ini adalah masyarakat terbesar yang memanfaatkan sepeda motor di bumi. Kenapa kita tidak mengembangkan itu saja, sediakan anggarannya, lakukan riset yang menyeluruh, saya rasa itu lebih rasional," papar Habibie.
Meski begitu, Habibie tetap memberi semangat kepada generasi muda, terutama siswa sekolah menengah kejuruan yang telah berhasil membuat mobil Esemka. "Tidak ada sesuatu yang datang dengan percuma, semua harus dilakukan melalui perjuangan yang dibarengi dengan pengorbanan, kita tetap harus optimistis terhadap masa depan bangsa," kata dia.
sumber
2. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6 2004-2014
SBY: Soal Kemacetan Jakarta Datanglah ke Jokowi
Jakarta - Presiden SBY sering mendapat keluhan dari masyarakat salah satunya soal kemacetan Jakarta. Presiden SBY mempersilakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi atau keluhannya kepada para kepala daerah masing-masing.
"Kalau biang kemacetan di Jakarta datanglah ke Pak Jokowi. Kalau biang kemacetan di Bandung datang ke Pak Ahmad Heryawan atau walikota Bandung, Semarang, Medan, Makassar," ungkap SBY.
Hal itu dikatakan saat SBY menerima pengurus KADIN di Istana Bogor, Jabar, Senin (4/11/2013).
SBY mengatakan saat ini Indonesia menganut sistem desentralisasi otonomi daerah. Maka dari itu tanggungjawab masalah di daerah dipegang oleh masing-masing kepala daerah.
"Jangan unjuk rasanya bolak balik di depan Istana. Sudah terbagi habis, semua bertanggungjawab. Pasti kalau bapak datang baik-baik akan direspon. Itulah tugas gubernur, bupati, walikota," imbuhnya.
SBY juga pernah ditanya oleh pemimpin negara-negara sahabat soal kemacetan Jakarta. SBY juga ditanya soal bagaimana solusi mengatasi kemacetan tersebut.
"Kan saya nggak enak ditanya bagaimana solusinya. Di Jakarta, di Bandung, di Surabaya, di mana-mana gitu. Yang harus jelaskan gubernurnya, walikotanya. Begini pak konsep kami. Pemerintah pusat bisa membantu, memberikan kemudahan-kemudahan," paparnya.
[URL="http://news.detik..com/read/2013/11/04/210741/2404009/10/sby-soal-kemacetan-jakarta-datanglah-ke-jokowi?9922022"]sumber[/URL]
3. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI 2004-2009
JK: Belum Ada Bukti Jokowi Sukses
JAKARTA - Joko Widodo selalu digadang-gadang sebagai sosok yang pantas maju sebagai calon presiden (capres). Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tidak sepakat dengan usulan itu. Menurutnya, pria yang biasa disapa Jokowi itu belum pantas diusung jadi capres.
Dia menyarankan agar Jokowi konsentrasi dulu dengan pekerjaannya sebagai gubernur DKI Jakarta. "Jangan berpikir dulu jadi presiden. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan," kata JK kepada Okezone di kantor pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta, baru-baru ini.
Selama ini, kata dia, Jokowi dihargai lalu didukung jadi calon presiden bukan karena bukti bahwa kinerjanya membangun Ibu Kota sukses. "Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya sukses," tegasnya.
Jika berhasil menjadi Gubernur DKI, pria kelahiran Bone itu yakin pada waktunya Jokowi akan dipercaya masyarakat untuk jadi presiden. Menurut JK, keyakinannya bukan bualan semata, tapi sudah ada bukti. Lee Myung-bak bisa jadi presiden Korea Selatan karena sukses jadi wali Kota Seoul. Contoh lainnya yakni Presiden Iran, Ahmadinejad yang sebelumnya berhasil membenahi Teheran.
"Kalau banjir, macet, kekumuhan teratasi, perkelahian tidak ada, langsung tidak usah pakai kampanye lah. Itu terbukti bukan hanya Jokowi," ujarnya.
Mantan menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu mengatakan, jika Jokowi terpengaruh dengan desakan untuk jadi calon presiden, maka ketika tidak berhasil mantan walikota Solo itu akan merasakan sakit luar biasa. "Jadi sabar untuk membuktikan," ungkapnya.
"Saya yang mengajak Jokowi ke Jakarta. Saya punya harapan pada dia, kalau dia terlalu cepat bergeser banyak orang yang kecewa, nanti orang menyalahkan saya," tambahnya seraya tersenyum.
Tapi JK yakin jika Jokowi tidak akan tergoda dengan hasil survei beberapa lembaga yang menunjukkan jika elektabilitas pria bertubuh kurus itu tinggi. "Saya tidak yakin dia tergoda," pungkasnya.
sumber
4. Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda
Jokowi Melejit, Prabowo Kritik Lembaga Survei
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan bahwa survei sekarang dilakukan berdasarkan pesanan yang membayar. “Saya ini orang yang apa adanya,” kata dia di kantor Tempo. “Praktisi. Pragmatis. Survei itu, kan, siapa yang pesan dan siapa yang bayar. Saya banyak survei, banyak di atas.”
Prabowo tengah gencar menggalang dukungan guna meloloskan Partai Gerindra pada batasan parlemientary threshold atau batas terkecil partai politik masuk parlemen. Partai Gerindra pun sudah mengumumkan Prabowo sebagai kandidat calon presidennya pada 2014. Karena itu, Partai Gerindra berambisi memenuhi batasan partai politik mengusung calon atau harus berkoalisi dengan partai lain.
Di tengah kontroversi indepensi lembaga survei dan perlunya pengawasan, nama Prabowo memang muncul teratas dalam sejumlah jajak pendapat. Salah satunya, lembaga survei yang menamakan diri Focus Survey Indonesia. Lembaga ini menempatkan Prabowo sebagai bakal calon yang elektabilitasnya melewati angka 25 persen.
Tokoh-tokoh lain seperti Megawati Soekarnoputri, Jokowi, Wiranto, dan Hatta Rajasa seluruhnya di bawah 15 persen. FSI menggunakan metodologi wawancara tatap muka terhadap 10 ribu responden yang tersebar di 5.000 desa dari 21 provinsi. Wawancara tatap muka itu dilakukan dalam 10 hari, sepanjang 10-28 Juli 2013.
sumber
5. Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura
Wiranto: Jokowi Orang Baru di Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Hanura, Jenderal TNI (Purn) Wiranto menilai calon gubernur DKI Jokowi merupakan orang baru di Jakarta.
Mantan Panglima ABRI ini menuturkan partai Hanura tetap konsisten mendukung pasangan Foke-Nara di putaran kedua pemilukada DKI.
Menurutnya Foke merupakan pemimpin berpengalaman dan mampu menghasilkan kebijakan tepat, eksekusi cepat, dan memiliki pengetahuan luas.
"Foke itu pemimpin yang saat menjabat langsung bekerja. Tidak butuh sosialisasi dan adaptasi lagi, langsung kerja. Sedangkan Jokowi orang baru di Jakarta, kalau terpilih tidak bisa langsung kerja dan butuh adaptasi dulu," ungkap Wiranto, Kamis (16/8/2012).
Dikatakannya, jika Jokowi menjadi gubernur DKI, maka Walikota Solo tersebut harus mempelajari dulu kelemahan dan kekuatan sumber daya manusianya dan mempelajari dulu psikologi masyarakat.
"Pembelajaran dan adaptasi ini butuh waktu cukup lama. Sementara permasalahan Jakarta terus menerus menumpuk," tuturnya.
sumber
6. Amien Rais, Ketua Majelis Pertimbangan PAN
Amien Rais: Jokowi Sama dengan Estrada, Dipilih Hanya karena Popularitas
SEMARANG, KOMPAS.com — Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional Amien Rais menyamakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, menurut Amien, mereka dipilih karena populer. Hal itu disampaikan Amien saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2013).
Menurutnya, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, kata Amien, ia hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.
Ia berharap, Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya. "Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien.
Amien mengungkapkan, saat dipimpin Jokowi, Solo merupakan salah satu kota termiskin di Jawa Tengah. Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo selama hampir dua periode, sebelum memutuskan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.
"Daerahnya masih banyak yang kumuh, hanya Slamet Riyadi saja yang bagus. Tapi, Jokowi malah dinobatkan sebagai wali kota nomor tiga terbaik di muka bumi, mungkin hanya karena popularitas," ujarnya.
Pernyataan "pedas" Amien Rais soal Jokowi bukan kali ini saja. Sebelumnya, ia mempertanyakan nasionalisme Jokowi.
sumber
7. Guruh Soekarnoputra, Anak Kandung Ir. Soekarno Proklamator RI, Politisi PDI-Perjuangan
Guruh: Jokowi Belum Pantas Jadi Capres
JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi PDI Perjuangan Guruh Soekarnoputra menilai, kader PDI-P yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) belum layak menjadi calon presiden. Menurutnya, Jokowi masih harus banyak belajar dan menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin Ibu Kota.
"Tapi itu murni pendapat saya pribadi. Jangan dibuat seolah-olah ada yang mengendalikan saya. Tidak ada satu partai pun atau organisasi atau pihak mana pun yang bisa mengendalikan saya," kata Guruh, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat ini mengungkapkan, untuk menjadi presiden, seseorang harus memiliki wawasan luas. Tak sebatas permasalahan di dalam negeri, tetapi juga permasalahan internasional. Dalam hal ini, menurut Guruh, Jokowi belum menguasainya.
Saat diminta tanggapan mengenai tingginya elektabilitas Jokowi sebagai kandidat calon presiden, Guruh mengatakan, hal itu lebih karena dipengaruhi oleh pemberitaan mengenai Jokowi yang masif di media massa. Masyarakat dianggapnya belum cerdas secara politik sehingga dengan mudah menjatuhkan pilihan pada figur yang muncul di media massa.
"Survei itu karena masyarakat kita belum semua mengerti politik. Hanya karena sering muncul di media kemudian jadi dipilih," ujarnya.
Sebelumnya, putra bungsu Presiden Soekarno ini sempat mengatakan bahwa saat ini tak ada sosok yang cocok untuk maju sebagai calon presiden.
"Enggak ada (calon presiden yang cocok). Seluruh Indonesia ini enggak ada," kata Guruh, beberapa waktu lalu.
Ketika ditanya tentang kakaknya, Megawati Soekarnoputri, yang termasuk salah satu kandidat kuat capres, menurut Guruh, Megawati sebaiknya tak lagi mencalonkan diri. Masanya sudah lewat.
Sementara itu, putri Mega, Puan Maharani, dianggapnya masih terlalu muda dan dianggap belum memiliki modal dan pengalaman yang cukup. Bagaimana dengan putra Megawati Prananda Prabowo? Guruh mengaku belum mendengar adanya rencana PDI Perjuangan mengusung Prananda di 2014.
"Kalau menurut saya Puan masih terlalu muda. Belum banyak makan asam garam. Kami enggak punya calon. Jangankan di PDI-P, di Indonesia menurut saya enggak ada," ujarnya.
Guruh juga mengungkapkan, tak ada keharusan bagi PDI Perjuangan untuk mengusung calon presiden dari keturunan Soekarno. Untuk menjadi pemimpin, katanya, tak ada kaitan dengan faktor keturunan.
"Sudah bukan zamannya lagi buat dia. Saya ini kan yang paling mengerti Ibu Mega," kata Guruh.
Sumber
Rupanya 7 Tokoh Bangsa ini Melawan Kehendak Rakyat, Entah apa maksudnya dengan menyerang Jokowi, yang pasti Jokowi adalah calon kuat Presiden RI ke 7, maka Saya pilih 7 Tokoh Indonesia yang pernah "kritik" Jokowi.
Pertanyaan Besarnya adalah Mengapa 7 Orang tersebut "Meragukan" Jokowi, Apakah "kesederhanaan, Blusukan, dan Senyumnya" tidak cukup untuk mengantarkan Indonesia menjadi Negara Maju, Sejahtera, Adil, Tentram, Seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945
berikut tokoh2 tersebut :
1. Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia
Quote:
Habibie: Esemka Cuma Mobil "Dolanan"
JAKARTA, KOMPAS.com — Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia, mengatakan, mobil Esemka tidak dibuat secara profesional.
"Mobil Esemka itu cuma dolanan, pembuatannya tidak profesional. Masa anak-anak yang baru tamat sekolah menengah pertama (SMP) sudah mau jadi montir, ya, pasti belum ada pengalaman," kata BJ Habibie seusai acara talkshow Merah Putih di kediamannya, Patra Kuningan 13, Jakarta, Rabu (7/3/2012).
Menurut Habibie, untuk bisa menciptakan sebuah industri otomotif diperlukan pengalaman serta riset yang cukup, tidak serba instan. "Untuk bisa masuk ke dalam industri otomotif dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar, membutuhkan waktu yang panjang," tutur dia.
Lebih lanjut Habibie mengungkapkan kecurigaannya akan adanya kepentingan politik di balik pemberitaan mobil Esemka. "Menurut saya, ada ’interest’ politik di balik semua ini. Oleh karena itu, saya sarankan media berhenti mengangkat topik ini, anggap sepi saja," ujar dia.
Habibie menyarankan, membangkitkan industri otomotif di Tanah Air sebaiknya dimulai dengan membidik industri sepeda motor. "Indonesia ini adalah masyarakat terbesar yang memanfaatkan sepeda motor di bumi. Kenapa kita tidak mengembangkan itu saja, sediakan anggarannya, lakukan riset yang menyeluruh, saya rasa itu lebih rasional," papar Habibie.
Meski begitu, Habibie tetap memberi semangat kepada generasi muda, terutama siswa sekolah menengah kejuruan yang telah berhasil membuat mobil Esemka. "Tidak ada sesuatu yang datang dengan percuma, semua harus dilakukan melalui perjuangan yang dibarengi dengan pengorbanan, kita tetap harus optimistis terhadap masa depan bangsa," kata dia.
sumber
2. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6 2004-2014
Quote:
SBY: Soal Kemacetan Jakarta Datanglah ke Jokowi
Jakarta - Presiden SBY sering mendapat keluhan dari masyarakat salah satunya soal kemacetan Jakarta. Presiden SBY mempersilakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi atau keluhannya kepada para kepala daerah masing-masing.
"Kalau biang kemacetan di Jakarta datanglah ke Pak Jokowi. Kalau biang kemacetan di Bandung datang ke Pak Ahmad Heryawan atau walikota Bandung, Semarang, Medan, Makassar," ungkap SBY.
Hal itu dikatakan saat SBY menerima pengurus KADIN di Istana Bogor, Jabar, Senin (4/11/2013).
SBY mengatakan saat ini Indonesia menganut sistem desentralisasi otonomi daerah. Maka dari itu tanggungjawab masalah di daerah dipegang oleh masing-masing kepala daerah.
"Jangan unjuk rasanya bolak balik di depan Istana. Sudah terbagi habis, semua bertanggungjawab. Pasti kalau bapak datang baik-baik akan direspon. Itulah tugas gubernur, bupati, walikota," imbuhnya.
SBY juga pernah ditanya oleh pemimpin negara-negara sahabat soal kemacetan Jakarta. SBY juga ditanya soal bagaimana solusi mengatasi kemacetan tersebut.
"Kan saya nggak enak ditanya bagaimana solusinya. Di Jakarta, di Bandung, di Surabaya, di mana-mana gitu. Yang harus jelaskan gubernurnya, walikotanya. Begini pak konsep kami. Pemerintah pusat bisa membantu, memberikan kemudahan-kemudahan," paparnya.
[URL="http://news.detik..com/read/2013/11/04/210741/2404009/10/sby-soal-kemacetan-jakarta-datanglah-ke-jokowi?9922022"]sumber[/URL]
3. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI 2004-2009
Quote:
JK: Belum Ada Bukti Jokowi Sukses
JAKARTA - Joko Widodo selalu digadang-gadang sebagai sosok yang pantas maju sebagai calon presiden (capres). Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tidak sepakat dengan usulan itu. Menurutnya, pria yang biasa disapa Jokowi itu belum pantas diusung jadi capres.
Dia menyarankan agar Jokowi konsentrasi dulu dengan pekerjaannya sebagai gubernur DKI Jakarta. "Jangan berpikir dulu jadi presiden. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan," kata JK kepada Okezone di kantor pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta, baru-baru ini.
Selama ini, kata dia, Jokowi dihargai lalu didukung jadi calon presiden bukan karena bukti bahwa kinerjanya membangun Ibu Kota sukses. "Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya sukses," tegasnya.
Jika berhasil menjadi Gubernur DKI, pria kelahiran Bone itu yakin pada waktunya Jokowi akan dipercaya masyarakat untuk jadi presiden. Menurut JK, keyakinannya bukan bualan semata, tapi sudah ada bukti. Lee Myung-bak bisa jadi presiden Korea Selatan karena sukses jadi wali Kota Seoul. Contoh lainnya yakni Presiden Iran, Ahmadinejad yang sebelumnya berhasil membenahi Teheran.
"Kalau banjir, macet, kekumuhan teratasi, perkelahian tidak ada, langsung tidak usah pakai kampanye lah. Itu terbukti bukan hanya Jokowi," ujarnya.
Mantan menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu mengatakan, jika Jokowi terpengaruh dengan desakan untuk jadi calon presiden, maka ketika tidak berhasil mantan walikota Solo itu akan merasakan sakit luar biasa. "Jadi sabar untuk membuktikan," ungkapnya.
"Saya yang mengajak Jokowi ke Jakarta. Saya punya harapan pada dia, kalau dia terlalu cepat bergeser banyak orang yang kecewa, nanti orang menyalahkan saya," tambahnya seraya tersenyum.
Tapi JK yakin jika Jokowi tidak akan tergoda dengan hasil survei beberapa lembaga yang menunjukkan jika elektabilitas pria bertubuh kurus itu tinggi. "Saya tidak yakin dia tergoda," pungkasnya.
sumber
4. Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda
Quote:
Jokowi Melejit, Prabowo Kritik Lembaga Survei
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan bahwa survei sekarang dilakukan berdasarkan pesanan yang membayar. “Saya ini orang yang apa adanya,” kata dia di kantor Tempo. “Praktisi. Pragmatis. Survei itu, kan, siapa yang pesan dan siapa yang bayar. Saya banyak survei, banyak di atas.”
Prabowo tengah gencar menggalang dukungan guna meloloskan Partai Gerindra pada batasan parlemientary threshold atau batas terkecil partai politik masuk parlemen. Partai Gerindra pun sudah mengumumkan Prabowo sebagai kandidat calon presidennya pada 2014. Karena itu, Partai Gerindra berambisi memenuhi batasan partai politik mengusung calon atau harus berkoalisi dengan partai lain.
Di tengah kontroversi indepensi lembaga survei dan perlunya pengawasan, nama Prabowo memang muncul teratas dalam sejumlah jajak pendapat. Salah satunya, lembaga survei yang menamakan diri Focus Survey Indonesia. Lembaga ini menempatkan Prabowo sebagai bakal calon yang elektabilitasnya melewati angka 25 persen.
Tokoh-tokoh lain seperti Megawati Soekarnoputri, Jokowi, Wiranto, dan Hatta Rajasa seluruhnya di bawah 15 persen. FSI menggunakan metodologi wawancara tatap muka terhadap 10 ribu responden yang tersebar di 5.000 desa dari 21 provinsi. Wawancara tatap muka itu dilakukan dalam 10 hari, sepanjang 10-28 Juli 2013.
sumber
5. Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura
Quote:
Wiranto: Jokowi Orang Baru di Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Hanura, Jenderal TNI (Purn) Wiranto menilai calon gubernur DKI Jokowi merupakan orang baru di Jakarta.
Mantan Panglima ABRI ini menuturkan partai Hanura tetap konsisten mendukung pasangan Foke-Nara di putaran kedua pemilukada DKI.
Menurutnya Foke merupakan pemimpin berpengalaman dan mampu menghasilkan kebijakan tepat, eksekusi cepat, dan memiliki pengetahuan luas.
"Foke itu pemimpin yang saat menjabat langsung bekerja. Tidak butuh sosialisasi dan adaptasi lagi, langsung kerja. Sedangkan Jokowi orang baru di Jakarta, kalau terpilih tidak bisa langsung kerja dan butuh adaptasi dulu," ungkap Wiranto, Kamis (16/8/2012).
Dikatakannya, jika Jokowi menjadi gubernur DKI, maka Walikota Solo tersebut harus mempelajari dulu kelemahan dan kekuatan sumber daya manusianya dan mempelajari dulu psikologi masyarakat.
"Pembelajaran dan adaptasi ini butuh waktu cukup lama. Sementara permasalahan Jakarta terus menerus menumpuk," tuturnya.
sumber
6. Amien Rais, Ketua Majelis Pertimbangan PAN
Quote:
Amien Rais: Jokowi Sama dengan Estrada, Dipilih Hanya karena Popularitas
SEMARANG, KOMPAS.com — Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional Amien Rais menyamakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, menurut Amien, mereka dipilih karena populer. Hal itu disampaikan Amien saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2013).
Menurutnya, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, kata Amien, ia hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.
Ia berharap, Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya. "Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien.
Amien mengungkapkan, saat dipimpin Jokowi, Solo merupakan salah satu kota termiskin di Jawa Tengah. Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo selama hampir dua periode, sebelum memutuskan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.
"Daerahnya masih banyak yang kumuh, hanya Slamet Riyadi saja yang bagus. Tapi, Jokowi malah dinobatkan sebagai wali kota nomor tiga terbaik di muka bumi, mungkin hanya karena popularitas," ujarnya.
Pernyataan "pedas" Amien Rais soal Jokowi bukan kali ini saja. Sebelumnya, ia mempertanyakan nasionalisme Jokowi.
sumber
7. Guruh Soekarnoputra, Anak Kandung Ir. Soekarno Proklamator RI, Politisi PDI-Perjuangan
Quote:
Guruh: Jokowi Belum Pantas Jadi Capres
JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi PDI Perjuangan Guruh Soekarnoputra menilai, kader PDI-P yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) belum layak menjadi calon presiden. Menurutnya, Jokowi masih harus banyak belajar dan menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin Ibu Kota.
"Tapi itu murni pendapat saya pribadi. Jangan dibuat seolah-olah ada yang mengendalikan saya. Tidak ada satu partai pun atau organisasi atau pihak mana pun yang bisa mengendalikan saya," kata Guruh, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat ini mengungkapkan, untuk menjadi presiden, seseorang harus memiliki wawasan luas. Tak sebatas permasalahan di dalam negeri, tetapi juga permasalahan internasional. Dalam hal ini, menurut Guruh, Jokowi belum menguasainya.
Saat diminta tanggapan mengenai tingginya elektabilitas Jokowi sebagai kandidat calon presiden, Guruh mengatakan, hal itu lebih karena dipengaruhi oleh pemberitaan mengenai Jokowi yang masif di media massa. Masyarakat dianggapnya belum cerdas secara politik sehingga dengan mudah menjatuhkan pilihan pada figur yang muncul di media massa.
"Survei itu karena masyarakat kita belum semua mengerti politik. Hanya karena sering muncul di media kemudian jadi dipilih," ujarnya.
Sebelumnya, putra bungsu Presiden Soekarno ini sempat mengatakan bahwa saat ini tak ada sosok yang cocok untuk maju sebagai calon presiden.
"Enggak ada (calon presiden yang cocok). Seluruh Indonesia ini enggak ada," kata Guruh, beberapa waktu lalu.
Ketika ditanya tentang kakaknya, Megawati Soekarnoputri, yang termasuk salah satu kandidat kuat capres, menurut Guruh, Megawati sebaiknya tak lagi mencalonkan diri. Masanya sudah lewat.
Sementara itu, putri Mega, Puan Maharani, dianggapnya masih terlalu muda dan dianggap belum memiliki modal dan pengalaman yang cukup. Bagaimana dengan putra Megawati Prananda Prabowo? Guruh mengaku belum mendengar adanya rencana PDI Perjuangan mengusung Prananda di 2014.
"Kalau menurut saya Puan masih terlalu muda. Belum banyak makan asam garam. Kami enggak punya calon. Jangankan di PDI-P, di Indonesia menurut saya enggak ada," ujarnya.
Guruh juga mengungkapkan, tak ada keharusan bagi PDI Perjuangan untuk mengusung calon presiden dari keturunan Soekarno. Untuk menjadi pemimpin, katanya, tak ada kaitan dengan faktor keturunan.
"Sudah bukan zamannya lagi buat dia. Saya ini kan yang paling mengerti Ibu Mega," kata Guruh.
Sumber
Rupanya 7 Tokoh Bangsa ini Melawan Kehendak Rakyat, Entah apa maksudnya dengan menyerang Jokowi, yang pasti Jokowi adalah calon kuat Presiden RI ke 7, maka Saya pilih 7 Tokoh Indonesia yang pernah "kritik" Jokowi.
Pertanyaan Besarnya adalah Mengapa 7 Orang tersebut "Meragukan" Jokowi, Apakah "kesederhanaan, Blusukan, dan Senyumnya" tidak cukup untuk mengantarkan Indonesia menjadi Negara Maju, Sejahtera, Adil, Tentram, Seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945
0
12.9K
Kutip
144
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
676.5KThread•46.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya