era jaman sekarang masih ada orang yang sibuk membuat opini jelek tentang tokoh indonesia,baru baru ini ada yang mengusulkan kalau pa harto di abadikan untuk nama jalan
TEMPO.CO, Jakarta-Rencana pemerintah mengganti Jalan Medan Merdeka Timur dengan nama presiden kedua Soeharto mengundang kontroversi. “Soeharto tidak pantas dijadikan nama jalan di Indonesia,” kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar, di Jakarta, Ahad, 1 September 2013.
Sebelumnya, Panitia 17, yang ditugasi mengusulkan nama pengganti jalan di sekitar Monumen Nasional, mengajukan Sukarno sebagai pengganti nama Jalan Medan Merdeka Utara, M. Hatta untuk Jalan Medan Merdeka Selatan, Ali Sadikin untuk Medan Merdeka Barat, dan Soeharto.
Menurut Haris, penolakan itu muncul karena dosa penguasa Orde Baru tersebut sangat banyak. Salah satunya yang sulit diampuni adalah melestarikan budaya korupsi. “Kalau pakai nama Soeharto, apakah kita mau memperjelas jika Indonesia saat ini marak korupsi?” katanya.
Sejarawan JJ Rizal berpendapat sama. “Kita mau pakai nama orang itu kan berarti dia menjadi ikon, simbol, sesuatu yang bisa diteladani. Kalau Soeharto apa yang mau diteladani?” ujarnya.
Menurut Rizal, saat masih memimpin negeri ini, Soeharto dikenal sebagai sosok yang otoriter dan korup. Karena itu tidak pantas namanya diabadikan sebagai nama jalan.
Sindonews.com - Usulan Jalan Medan Merdeka Barat diubah namanya menjadi Jalan Soeharto terus menuai kontroversi. Bahkan nama Presiden RI ke-2 tersebut dinilai belum layak dijadikan nama jalan.
"Masih banyak hal yang sifatnya dengan pelanggaran HAM terjadi di zaman Pak Harto, sebelum di selesaikan secara hukum menurut saya belum layak," ujar putri sulung Presiden RI ke-4 Abdurahman Wahid, Alissa Wahid, usai pemutaran film dokumenter karya Robert Lemelson di kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Koorditor Gusdurian ini menegaskan, jika mau mengubah nama jalan protokol dengan nama Soeharto, maka kasus HAM yang terjadi di era Orde Baru harus diselesaikan secara hukum.
"Ada tahapannya, clear-kan dulu secara hukum sudah oke apa belum, kalau secara hukum sudah oke, monggo mau jadi nama jalan, mau jadi pahlawan ya," kata dia.
Jika nama Soeharto dipaksakan menjadi nama jalan, maka akan menimbulkan kontroversi di masyarakat. Alissa menyarankan politikus harus sadar bahwa rakyat saat ini sudah cerdas, sehingga tidak bisa dibohongi.
"Kalau tetap dijadikan nama jalan sebelum proses klarifikais melalui hukum, akan melukai banyak orang dan akan menjadi pekerjaan rumah lagi kayak 1965," tukasnya.
Sebelumnya, Panitia Delegasi 17 mengusulkan pada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk pengabadian para pahlawan menjadi nama gedung dan nama jalan di Jakarta.
Panitia Delegasi 17 pun mengusulkan nama Jalan Medan Merdeka Barat diubah menjadi Jalan Soeharto dan Jalan Medan Merdeka Timur menjadi Jalan Ali Sadikin.
Setelah mendengar usulan itu, Jokowi menyatakan akan menyampaikannya kepada Presiden dan menyetujui untuk mengganti nama di Jalan Medan Merdeka Selatan dan Medan Merdeka Utara dengan nama Jalan Soekarno dan Jalan Mohamad Hatta.
dan masih banyak yang lainnya kenapa sih kita ributkan beliau yang sudah tidak ada,beliau sudah tenang di alamnya tinggal kita yang meneruskan bangsa ini menjadi bangsa yang besar atau terbalakang
Jakarta, Pelita
Kesedihan, linangan airmata, lambaian tangan, dan taburan bunga yang dilakukan spontanitas oleh warga masyarakat, terlihat nyata di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan yang mengangkut jenazah mantan Presiden kedua RI Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto.
Sejak keluar dari kawasan Jalan Cendana, Menteng, di Jakarta Pusat, Senin (28/1) pagi; warga sudah banyak yang berada di tepi jalan. Mereka menunggu iring-iringan yang membawa jenazah Bapak Pembangunan itu lewat. Selain warga yang tempat tinggalnya di kawasan Cendana, tidak sedikit warga yang datang dari luar Jakarta untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpinnya.
Di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan itu, masyarakat yang jumlahnya tidak terkirakan berusaha ke tengah jalan. Masyarakat matanya tak lepas dari ambulans yang membawa jenazah Pak Harto, tidak ada suara keras. Hanya linangan airmata, doa, lambaian tangan, dan taburan bunga mengantar mantan Presiden itu.
Di sisi jalan yang berlawanan arah di kawasan Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan; masyarakat berhenti dan keluar dari kendaraannya untuk memberikan penghormatan kepada Pak Harto. Bahkan di sepanjang Jalan Gatot Soebroto dan Jalan MT Haryono, para pengendara kendaraan bermotor melihat iring-iringan itu dari pagar besi yang membatasi jalan tol dan jalan arteri. Demikian pula penumpang kendaraan angkutan umum, pandangannya tidak lepas dari ambulans yang di dalamnya terdapat jenazah Pak Harto.
Kerumunan masyarakat kian menyemut ketika iring-iringan kendaraan itu mendekati Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur; tempat pesawat-pesawat terbang yang akan membawa jenazah Pak Harto menuju Solo, di Jawa Tengah. Iring-iringan yang diawali sepeda motor polisi seakan harus menyeruak kerumunan massa yang memadati jalan menuju Lanud Halim Perdanakusuma.
Setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, jenazah Pak Harto dinaikkan ke dalam pesawat terbang VVIP Hercules TNI Angkatan Udara yang membawanya ke Lanud Adi Soemarmo di Solo. Sebanyak tujuh pesawat militer disiapkan di Halim Perdanakusuma ditambah sembilan pesawat sipil carteran untuk terbang ke Solo. Tidak hanya di Jakarta, masyarakat yang larut dalam duka. Dari Lanud Adi Soemarmo, Solo hingga ke Karanganyar; masyarakat seolah berbaris di sisi jalan. Mereka juga melambaikan tangan, menaburkan bunga, mengucapkan doa, dan mencucurkan airmata.
Putra terbaik bangsa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh bangsa Indonesia agar berjiwa besar dan tulus memberikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas dharma-bhakti almarhum Pak Harto kepada bangsa dan negara Indonesia.
Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, seorang pejuang setia, prajurit sejati, dan seorang negarawan terhormat, kata Presiden Yudhoyono, saat memberikan kata sambutan pada upacara kenegaraan pemakaman mantan Presiden HM Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
Upacara pemakaman berlangsung khidmat dan lancar. Putra-putri Pak Harto serta cucu-cucunya yang pada umumnya mengenakan pakaian warna hitam, tak kuasa menahan tangis. Putri sulung Pak Harto Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) tiada henti menyeka airmata yang terus membasahi pipinya. Demikian pula adik-adiknya.
Selain para kerabat dan keluarga, pemakaman itu dihadiri para pejabat sipil dan TNI, alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan banyak kalangan lainnya.
Jenazah Pak Harto dikebumikan berdampingan dengan makam Ibu Tien Soeharto di kompleks Astana Giribangun.
Dengan jujur dan hati yang bersih, kita patut mengakui begitu banyak jasa yang almarhum berikan kepada bangsa dan negara, kata Presiden.
Menurut Kepala Negara, masyarakat juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa dan juga layaknya seorang pemimpin maka almarhum tentulah tidak luput dari kekhilafan dan kekurangan.
Tidak ada manusia umat hamba Allah yang sempurna di dunia ini. Pada kesempatan yang penting ini, saya juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan almarhum semoga ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT sesuai dengan perjuangan, pengorbanan, dan amal ibadahnya, kata Kepala Negara.
Sepanjang hayatnya, kata Presiden, almarhum HM Soeharto telah menapaki perjalan panjang di dalam karier militer, politik, dan pemerintahan.
Ketika terjadi revolusi fisik tahun 1945-1949 almarhum berjuang gigih berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara yang masih berusia muda.
Sejarah juga mencatat sejumlah perjuangan yang monumental yaitu ketika HM Soeharto bersama pejuang lainnya melakukan Serangan Umum 1 Maret tahun 1949 dan berhasil menduduki Kota Yogyakarta.
Peristiwa penting itu memberikan bobot dan kekuatan tersendiri pada diplomasi kita yang berujung pada kedaulatan Republik Indonesia, katanya.
Sedangkan pasca-revolusi tahun 1962, ketika bangsa Indonesia memperjuangkan membebaskan Irian Barat, almarhum kembali memenuhi panggilan negara untuk memenuhi tugas mulia sebagai Panglima Komando Mandala, kata Presiden SBY.
Pada tahun 1965 ketika bangsa Indonesia kembali diuji oleh peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI, almarhum kembali tampil mengemban tugas untuk menyelamatkan keutuhan negara, keutuhan bangsa serta melaksanakan pemulihan keamanan dan ketertiban.
Presiden Yudhoyono yang saat membacakan pidato mengenakan jas dan berpeci hitam, mengatakan almarhum sejak dilantik sebagai Presiden RI pada 27 Maret 1968, gigih memimpin pembangunan nasional yang tertumpu pada Trilogi Pembangungan yaitu stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan.
Sejumlah prestasi dan keberhasilan telah dicapai pemerintahan yang dipimpin almarhum apda hakikatnya mengantarkan bangsa Indonesia setapak demi setapak menjadi bangsa yang makin maju dan makin sejahtera, katanya.(be/ant)
udahlah gan ganwati yang lalu biarlah berlalu bangsa ini masih membutuhkan kita putra putri pertiwi yang tangguh yang punya hati untuk berkasih sesama nya singkirkan perbedaan kita.kita tatap masa depan yang lebih baik