• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • 5 Fakta Unik Buddhis yang agan mungkin belum tau,, masuk ga nyesel!!

lee89sivaAvatar border
TS
lee89siva
5 Fakta Unik Buddhis yang agan mungkin belum tau,, masuk ga nyesel!!



Agama mu agama mu, agama ku agama ku, sering banget ane denger ini, ia ane tau dan visi misi thread ini bukan cari umat melainkan meluruskan pandangan yang salah ke buddhist kan banyak yang salah paham tuh makanya ane buat thread ini bukan buat cari orang baru




Yang mau gabung ke group buddhis ane klick aja
Buddhism Talk Group



All I wanted to do is kindness ...
Straighten out and clarify the views of the non-buddhist to the Buddhist view, thought and tradition...

Religion is just cover, the quality of that person is the actually that matter...
best religion in the world is nothing if the person is evil, not tolerance with another, and fanatic... wake up guys...


1. Bagi saya Buddha bukanlah sebuah agama, Buddha adalah ajaran untuk berpikir bebas. Jadi, apakah berpikir bebas itu sebuah agama? Tentu saja bukan. Berpikir kok agama.

Salah satu yang saya temukan bahwa dalam Buddha tidak dipaksa untuk langsung percaya pada ajarannya. Ada yang disebut ehipassiko, yaitu datang, lihat, dan buktikan sendiri kebenarannya, bukan datang dan percaya. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran agama lainnya.

Dalam Kalama Sutta dijelaskan bahwa Buddha mengajarkan pengikutnya untuk jangan percaya pada 10 hal, sebelum memeriksanya secara seksama, yaitu:
1) tradisi lisan,
2) ajaran turun temurun,
3) kata orang,
4) firman kitab suci,
5) penalaran logis,
6) penalaran lewat kesimpulan,
7) perenungan tentang alasan,
8) penerimaan pandangan setelah memikirkannya,
9) pembicara yang kelihatannya meyakinkan, dan
10) atau karena kita berpikir bahwa orang itu guru kami.



Nah, konsekuensinya adalah ketika kita membaca Buddha maka kita pun bebas untuk meragukan semua dogmanya. Sangat wajar jika seorang pembelajar Buddha tidak percaya pada karma, reinkarnasi, dan aneka kepercayaan supranatural dalam ajaran Buddha lainnya yang tidak masuk akal. Kita dituntut untuk mengalaminya sendiri apakah hal tersebut benar atau tidak.

Bagi saya Buddhisme tergolong unik. Salah satunya adalah pada konsepnya yang tidak berparadiigma teosentris/idol sentris. ”Tuhan” bukanlah persoalan yang utama di dalam Buddhisme. Seorang atheis, agnostis, atau theis, dapat saja menjadi penganut Buddha. Dengan begitu, fundamen ajaran Buddha bukanlah dogma-dogma teologi, tetapi sesuatu yang berasal dari diri kita sendiri, yakni pikiran(minds).

Sehingga setiap orang dapat menjadi Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha, apalagi jadi bikhsu. Buddha mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli agama apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama untuk beroleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.

Sebaliknya, siapapun yang menganut agama Buddha tetapi tidak mempraktikkannya, hanya akan beroleh sedikit harapan akan pembebasan dan kebahagiaan. Dalam agama Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan.

Dalam ajaran Buddha yang murni, kita ditantang untuk membuktikan sendiri apa yang termaktub di dalam ajarannya. Bukan percaya karena diberitahu oleh orang lain. Sebagai contoh, Buddha mengajarkan tentang konsep Karma. Apakah itu sebuah kebenaran? Tidak ada yang tahu faktanya. Untuk menjawabnya, kita diminta untuk mencari jawaban sendiri dengan membuktikannya.

Jikapun banyak orang telah membuktikannya, tetap saja pada akhirnya kita masih harus menemukan jawaban kita sendiri. Apa yang orang lain temukan hanya sebagai referensi untuk kita, terlepas dari siapa pun orang tersebut, bahkan jika itu guru agama Buddha kita sekalipun. Intinya ada pada kata buktikan dulu baru kau yakini, bukan yakini dulu baru kau buktikan.

Jadi, jelas dengan sistem pengajaran tersebut, bukankah berarti Buddhisme adalah sebuah filsafat untuk berpikir bebas? Hal ini berbeda dengan agama pada umumnya yang kebanyakan berbicara tentang kepercayaan. Buddhisme tidak memaksa kita untuk percaya pada sesuatu. Mereka hanya berbagi dengan kita apa yang telah mereka ketahui.

Setiap kali Buddhisme memberitahu kita sesuatu, itu dimaksudkan untuk referensi dan kita tidak diwajibkan mempercayainya tanpa membuktikannya sendiri terlebih dahulu. Jadi, apa ini sebuah agama? Jelas agama bukan seperti ini menurut saya.

Simpulan saya adalah: “Ajaran Buddha yang murni adalah filsafat yang mengajarkan cara mencari jawaban dari dalam diri kita sendiri”.

http://filsafat.kompasiana.com/2012/...ya-492526.html



2. Umat Buddha bukan lah penyembah patung, dalam Buddhisme sering kali umat lain mengganggap agama Buddha penyembah berhala, sesat dan lain". Sebenar nya patung yang kita sujudti itu hanya visualisasi symbol dari Buddha, kita bersujud hanya berhormat pada "Jasa" Buddha yang telah menjadi "Guru" (bukan Tuhan). Layak nya kita menghormat bendera merah putih tuk menghormat "Jasa" pahlawan bukan memberhalakan pahlawan yang telah gugur. http://filsafat.kompasiana.com/2010/...ala-64704.html



3. Tuhan dalam Buddhisme adalah yang tak terdefinisikan, Buddha mengajaran Tuhan itu adalah sesuatu yang tak diciptakan, tak berawal, tak berbentuk, kosong, tapi ada, ada tapi kosong... manusia belom sampai pengetahuan dan kuasa untuk tau apa itu Tuhan, tapi hanya bisa di selami di ketahui untuk yang batin nya sudah tercerahkan, tersadarkan.. sulit nya menerangkan Tuhan seperti katak menjelaskan daratan pada ikan. Pesan ts untuk tidak memperbincangkan Tuhan antar agama karena punya definisi masing" nanti bisa menuimbulkan perpecahan antar planet, eh maksud ane antar agama.



Bagi yang mau Tuhan itu definisi nya mungkin sama aja kaya nibbana, untuk mengerti agan mesti baca sutta hati yang di ucapin bhikku Tong Sam Cong


Om Terpujilah Sang Terang Guru yang Agung (Tathagata), Yang Arya Prajnaparamita.

Ketika Sang Arya Bodhisatva Avalokitesvara memasuki dalam kondisi kepenuhan roh (janna samadhi meditasi tertinggi) yaitu Hikmat kebenaran yang tidak terbatas (Prajnaparamita), Ia memandang kedalam panca khanda, dan mendapatkan pencerahan bahwa karakter dasar panca khandha --- bentuk, perasaan, pencerapan, pikiran, kesadaran --- pada kodratnya adalah karakter kekosongan. (baris tambahan diluar bahasa pali: Sehingga dapat mengatasi segala bentuk penderitaan).

Demikianlah O, Sariputra, segala bentuk (rupa) adalah kekosongan (sunyata), dan sesungguhnya kondisi kekosongan ini adalah bentuk (rupa), kekosongan tidak dapat dibedakan dari bentuk (rupa), bentuk (rupa) juga tidak dapat dibedakan dari kekosongan. Segala kekosongan itulah bentuk (rupa). Demikian sama juga kebenaran dari perasaan (vedana), pencerapan (sanna), pikiran (sankhara), kesadaran (vinnana).

Demikianlah O, Sariputra, segala kebenaran (Dhamma) memiliki karakter dasar kekosongan, segalanya adalah tidak ditimbulkan (tanpa awal), juga tidak dipadamkan (tanpa akhir), tidak dicemarkan (tidak kotor), juga tidak disucikan (tidak bersih), tidak ada cacat (tidak berkurang) juga tidak ada dilengkapi (tidak bertambah).

Oleh karena itu O, Sariputra, di dalam karakter kekosongan tiada bentuk juga tiada perasaan, juga tiada pencerapan, juga tiada pikiran, juga tiada kesadaran. Tidak ada mata (caksuh), telinga (srotram), hidung (grahnam), lidah (jihva), badan (kaya), batin (manasa). Tiada bentuk (rupa), suara (sabda), bau (gandah), rasa, sentuhan (sparstavyam), maupun objek objek dari pikiran. Tiada unsur penglihatan (caksu dhatu), dan seterusnya hingga tiada unsur kesadaran pikiran (mano-vinnanam dhatu).

Tiada kegelapan batin (avijja), juga tiada akhir dari kegelapan batin (avijja-ksayo), dan seterusnya, hingga tiada usia tua dan kematian (jaramaranam-ksayo), juga tiada akhir dari usia tua dan kematian. Demikian pula, tiada penderitaan (dukkha), tiada asal mula dukkha (samudayah), tiada lenyapnya dukkha (nirodha), tiada jalan menuju lenyapnya dukkha (marga). Tiada pengetahuan kebijaksanaan (jahna), tiada pencapaian (prapti), dan tiada akhir pencapaian (abhi samaya).

Oleh karena itu O, Sariputra, karena bodhisatva tidak ada yang dicapai, karena pikirannya berada di dalam kepenuhan roh prajnaparamita. berdiam didalam kondisi tidak adanya macam macam rintangan pikiran. Karena tidak adanya macam macam rintangan pikiran, maka tidak ada rasa takut dan ragu, Ia mengatasi segala hal hal yang menyesatkan, dan hingga akhirnya mencapai Nibbana.

Semua Buddha dari tiga masa --- masa lalu, masa sekarang, masa mendatang --- yang kepenuhan roh Prajnaparamita mencapai tingkat kebuddhaan yang tertinggi, yaitu SamyakSambodhi. Yaitu Pencerahan yang Sempurna, yang Tertinggi, yang Tiada taranya.

Oleh karena itu semua mahluk harus tahu, Prajnaparamita, adalah panggilan (mantra) yang agung, panggilan (mantra) yang sempurna pengetahuannya, panggilan (mantra) yang tertinggi, panggilan (mantra) yang tiada taranya, panggilan (mantra) yang pasti dapat melenyapkan semua penderitaan (dukkha), adalah kebenaran mutlak, yang tidak mungkin salah. Dengan kekuatan Prajnaparamita menyampaikan panggilan (mantra) ini.

Bunyinya demikian: Gate (Pergilah), Gate (Pergilah), Paragate (Pergilah menangkan), Parasamgate (Pergilah semua menangkan), Bodhisvaha (O, Terpujilah Yang Terang / "Tercerahkan"




4. Semua orang bisa jadi Buddha? caranya? mengikuti 8 jalan kebenaran


Dalam Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420}, Guru Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) kepada Lima Bhikkhu Pertama (Panca Vaggiya Bhikkhu), yang di dalamnya terdapat Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha. Jalan itu disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga).

Di dalam Jalan ini mengandung unsur sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan). Berikut pengelompokan unsur yang terkandung di dalamnya:

Pañña

1. Pengertian Benar (sammâ-ditthi)
2. Pikiran Benar (sammâ-sankappa) Sila
3. Ucapan Benar (sammâ-väcä)
4. Perbuatan Benar (sammâ-kammanta)
5. Pencaharian Benar (sammâ-ajiva) Samâdhi
6. Daya-upaya Benar (sammâ-vâyama)
7. Perhatian Benar (sammâ-sati)
8. Konsentrasi Benar (sammâ-samâdhi)



Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) dibabarkan sebagai berikut:

1. Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
a. Empat Kesunyataan Mulia
b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c. Hukum Paticca-Samuppäda
d. Hukum Kamma

2. Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
b. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)

3. Ucapan Benar (Sammã Vãca)
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :

a. Ucapan itu benar
b. Ucapan itu beralasan
c. Ucapan itu berfaedah
d. Ucapan itu tepat pada waktunya

4. Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.

5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
a. makhluk hidup
b. senjata
c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:
a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)

6. Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.

7. Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:
- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
- perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)

Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.

8. Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)

Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:

- Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).

- Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.

- Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.

- Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.

Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :

1. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran batin).
2. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (Rintangan batin).
3. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya (Kecenderungan berprasangka).

Demikianlah Jalan Utama Berunsur Delapan yang telah dibabarkan oleh Guru Buddha. Satu-satunya Jalan yang menuju pada akhir Dukkha.

Setelah Jalan Mulia Berunsur Delapan dapat
dibandingkan dengan mengolah taman, tapi
dalam Buddhisme seseorang memupuk
kebijaksanaannya sendiri. Pikiran adalah tanah
dan pikiran adalah benih. Perbuatan-perbuatan
adalah cara seseorang merawat taman.
Kesalahan-kesalahan kita adalah rumput liar.
Mencabutinya adalah seperti menyiangi taman.
Panen adalah kebahagiaan sejati dan abadi.


5. Sebagian umat awam liat kelenteng, barongsai, naga, hio, dupa dan lain" sebenar nya bukan lau pure Buddhisme, melainkan asimilasi tradisi dari China, semasa Buddha hidup dia ga pernah minta di buatin patung, minta di sembah dan lain".







BONUS AYAT SUCI DHAMMAPADA

I. SYAIR-SYAIR KEMBAR - Yamaka Vagga

(1) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,
maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

(2) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni,
maka kebahagiaan akan mengikutinya,
bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

(5) Kebencian tak akan pernah berakhir,
apabila dibalas dengan kebencian.
Tetapi, kebencian akan berakhir,
Bila dibalas dengan tidak membenci.
Inilah satu hukum abadi.

IV. BUNGA-BUNGA - Puppha Vagga

(51) Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum;
demikian pula akan tidak bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang tidak melaksanakannya.

(52) Bagaikan sekuntum bunga yang indah serta berbau harum;
demikian pula sungguh bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang melaksanakannya.

VI. ORANG BIJAKSANA - Pandita Vagga

(76) Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahannya,
seperti orang menunjukan harta karun,
hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu.
Sungguh baik dan tidak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana.

(77) Biarlah ia memberi nasehat, petunjuk, dan melarang apa yang tidak baik,
orang bijaksana akan dicintai oleh orang yang baik dan dijauhi oleh orang yang jahat.

(83) Orang bajik membuang kemelekatan terhadap sesuatu,
orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu keinginan.
Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan,
Orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa.



Buka service layanan gratis yang mau belajar
ajaran Buddha sms aja or call ke nomer
08999104988...
atau pin 79708918

























ada blog yang copas semua thread ane wkakakakkak
tkp

Diubah oleh lee89siva 25-04-2014 06:54
rony25
tien212700
tien212700 dan rony25 memberi reputasi
2
187.1K
2.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.