Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Pandjoel.123Avatar border
TS
Pandjoel.123
tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )
tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )

tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )

tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )

tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )

tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )
tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )


sedikit tentang kisahku . . .


tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )

masa kecil Jokowi bukanlah orang yang berkecukupan, bukanlah
orang kaya. Ia anak tukang kayu, nama bapaknya Noto Mihardjo,
hidupnya amat prihatin, dia besar di sekitar Bantaran Sungai. Ia tau
bagaimana menjadi orang miskin dalam artian yang sebenarnya.
Bapaknya penjual kayu di pinggir jalan, sering juga menggotong
kayu gergajian. Ia sering ke pasar, pasar tradisional dan berdagang
apa saja waktu kecil. Ia melihat dengan mata kepala sendiri
bagaimana pedagang dikejar-kejar aparat, diusiri tanpa rasa
kemanusiaan, pedagang ketakutan untuk berdagang. Ia prihatin, ia
merasa sedih kenapa kota tak ramah pada manusia.
Sewaktu SD ia berdagang apa saja untuk dikumpulkan biaya
sekolah, ia mandiri sejak kecil tak ingin menyusahkan bapaknya
yang tukang kayu itu. Ia mengumpulkan uang receh demi receh dan
ia celengi di tabungan ayam yang terbuat dari gerabah. Kadang ia
juga mengojek payung, membantu ibu-ibu membawa belanjaan, ia
jadi kuli panggul. Sejak kecil ia tau bagaimana susahnya menjadi
rakyat, tapi disini ia menemukan sisi kegembiraannya.
Ia sekolah tidak dengan sepeda, tapi jalan kaki. Ia sering melihat
suasana kota, di umur 12 tahun dia belajar menggergaji kayu,
tangannya pernah terluka saat menggergaji, tapi ia senang dan ia
gembira menjalani kehidupan itu, baginya "Luwih becik rengeng-
rengeng dodol dawet, tinimbang numpak mercy mbrebes mili".
Keahliannya menggergaji kayu inilah yang kemudian membawanya
ingin memahami ilmu tentang kayu.
Lalu ia berangkat ke Yogyakarta, ia diterima di Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, jurusan kehutanan. Ia pelajari dengan
tekun struktur kayu dan bagaimana pemanfaatannya serta
teknologinya. Di masa kuliah ia jalani dengan amat prihatin, karena
tak ada biaya hidup yang cukup. Kuliahnya disambi dengan kerja
sana sini untuk biaya makan, ia sampai lima kali indekost karena
tak mampu biaya kost dan mencari yang lebih murah.
Hidup dengan prihatin membawanya pada situasi disiplin, Jokowi
mampu menerjemahkan kehidupan prihatinnya lewat bahasa
kemanusiaan, bahwa dalam kondisi susah orang akan menghargai
tindakan-tindakan manusiawi, disinilah Jokowi belajar untuk
rendah hati.
Setamat kuliah ia tetap menjadi tukang gergaji kayu, tapi ia sudah
memiliki wawasan, ia melihat industri kayu berkembang pesat, ia
mendalami mebel. Disini ia pertaruhkan segalanya, rumah kecil
satu-satunya bapaknya ia jaminkan ke Bank. Dan ia berhasil, ia
bukan saja tapi ia juga pengambil resiko yang cerdas, ia berhasil
dari sebuah bengkel mebel dengan gedek disamping pasar yang
kumuh berhasil dikembangkan. Ia menangis ketika pekerja-
pekerjanya bisa makan.
Suatu saat ia kedatangan orang Jerman bernama Micl Romaknan,
orang Jerman ini kebetulan tidak membawa grader (ahli nilai) kayu,
ia ngobrol dengan Jokowi, kata orang Jerman itu : "Wah, di Jepara
saya ketemu orang namanya Joko, baiklah kamu kunamakan saja
Djokowi, kan mirip Djokovich" akhirnya terciptalah sebuah
nickname Jokowi yang melegenda itu.
Perkembangan bisnisnya bagus, ia dipercaya kerna ia jujur, orang
Jerman suka dengan orang yang jujur dan pekerja keras, Jokowi
hanya tidur 3 jam sehari, selebihnya adalah kerja. Ia tak pernah
makan uang dari memeras atau pungli, ia makan dari keringatnya
sendiri. Dengan begitu hidupnya berkah. Jokowi berhasil
mengekspor mebel puluhan kontainer dan ia berjalan-jalan di
Eropa.
Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang mengunjungi Eropa
dengan cara hura-hura atau foto sana, foto sini tanpa memahami
hakikat masyarakatnya. Jokowi di Eropa berpikir reflektif. "Kenapa
kota-kota di Eropa, kok sangat manusiawi, sangat tinggi
kualitasnya baik kualitas penghargaan terhadap ruang gerak
masyarakat sampai dengan kualitas terhadap lingkungan" lama ia
merenung ini, akhirnya ia menemukan jawabannya "Ruang Kota
dibangun dengan Bahasa Kemanusiaan, Bahasa Kerja dan Bahasa
Kejujuran". Tiga cara itulah yang kemudian dikembangkan setelah
ia menduduki jabatan di Solo.
Setelah sukses di bisnis, Jokowi berpikir "Bagaimana ia bisa
berterima kasih pada bangsanya" lalu ia mendapatkan jawabannya,
bahwa contoh terbaik untuk berterima kasih adalah menjadi
pemimpin rakyat yang bertanggung jawab. Lalu ia masuk ke dalam
dunia politik dengan seluruh rasa tanggung jawab. Pertanggung
jawaban politiknya adalah pertanggungjawaban moral bukan
karena ia mencari hidup dalam dunia politik, ia ikhlas dalam
bekerja, baginya inilah cara berterima kasih pada bangsanya.
Ia masuk ke dalam dunia politik, awalnya tidak dipercaya, karena
sosoknya lebih mirip tukang becak alun-alun kidul tinimbang
seorang gagah yang hebat, dalam masyarakat kita, sosok dengan
'bleger' yang besar lebih diambil hati ketimbang orang dengan
sosok kurus, ceking dan tak berwibawa itulah yang dialami Jokowi,
tapi beruntung bagi Jokowi, saat itu masyarakat Solo sedang bosan
dengan pemimpin lama yang itu itu saja, mereka mencoba sesuatu
yang baru. Akhirnya Jokowi menang tipis.
Masyarakat mempercayainya dan ia menjawabnya dengan "Kerja" ia
siang malam bekerja untuk kotanya, ia datangi tanpa lelah
rakyatnya, ia resmikan gapura-gapura pinggir jalan, ia hadir pada
selamatan-selamatan kecil, ia terus diundang bahkan untuk
meresmikan pos ronda sebuah RW sekalipun. Ia bekerja dari
akarnya sehingga ia mengerti anatomi masyarakat.
Suatu hari Jokowi didatangi Kepala Satpol PP. Kepala Satpol itu
meminta pistol karena ada perintah pemberian senjata dari
Mendagri. Jokowi meradang dan menggebrak meja "Gila apa aku
menembaki rakyatku sendiri, memukuli rakyatku sendiri...keluar
kamu...!!" kepala Satpol PP itupun dipecat dan diganti dengan
seorang perempuan, pesan Jokowi pada kepala Satpol PP
perempuan itu "Kerjalan dengan bahasa cinta, kerna itu yang
diinginkan setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa
pertanggungjawaban, masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah
mengenal bagaimana ia mencintai dirinya, lingkungan dan Tuhan.
Dari hal-hal inilah Jokowi membangun kota-nya, membangun Solo
dengan bahasa cinta....".
Apakah di Jakarta ia tak bakalan mampu? banyak yang nyinyir
bahwa Solo bukan Jakarta. Tapi apa kata Jokowi "Hidup adalah
tantangan, jangan dengarkan omongan orang, yang penting kerja,
kerja dan kerja. Kerja akan menghasilkan sesuatu, sementara
omongan hanya menghasilkan alasan"
Jokowi berangkat dalam alam paling realistisnya. Kepemimpinan
yang realistis, bertanggungjawab dan kredibel. Beruntung
Indonesia masih memiliki Jokowi, pada Jokowi : "Merah Putih ada
harapan berkibar kembali dengan rasa hormat dan bermartabat
sebagai bangsa.

sumber
http://m.tempo.co/read/news/2012/07/...-di-Masa-Kecil

tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )


emoticon-army emoticon-army emoticon-army emoticon-army emoticon-army

tentang Pak Jokowi . . ( berkesan )



Diubah oleh Pandjoel.123 23-10-2013 20:48
0
4.9K
26
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.