Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

exorioAvatar border
TS
exorio
Body Language Basics
Kayak yang gue udah bilang, para ilmuan itu banyak meneliti soal komunikasi antar manusia. Yang mengejutkan itu adalah bahwa komunikasi antar manusia lebih didominasi oleh non-verbal (tonality/nada bicara dan body language).

Semua orang terlahir dengan kemampuan membaca bahasa tubuh, karena itu adalah insting/naluri alami yang diberikan oleh alam. Wanita secara alami dan secara kodrat lebih peka terhadap bahasa tubuh, karena mereka bertugas untuk mengasuh anak-anak.

Sebab, kalau misalnya mereka membesarkan seorang bayi yang baru lahir, dan mereka tidak mampu membaca bahasa tubuh, bisa fatal akibatnya. Bayi yang baru lahir ya jelas engga bisa ngomong, dan mereka hanya bermodalkan bahasa tubuh dan tangisan untuk mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan.

Sedangkan pria pada dasarnya harus melatih kemampuan ini karena secara naluri dan kodrat, pria diciptakan sebagai pemburu (hunters) dan tidak terlalu terasah seperti yang dimiliki wanita.

Inilah juga sebabnya, pria memiliki kemampuan navigasi yang lebih tinggi dari wanita, karena apabila di hutan ketika para pria berburu mereka tidak dapat menemukan jalan kembali, bisa berabe.

Pria memiliki sudut pandang yang lebih sempit dari wanita, karena wanita harus menjaga tempat tinggal dan para keturunannya. Sudut pandang yang lebih sempit lebih efektif dalam berburu, sedangkan sudut pandang yang lebar lebih efektif dalam mengawasi area sekitar.

Ini sebabnya, pria sering ketauan kalo mereka ngelirik cewek lain atau kalau lagi ngobrol mata jelalatan ke susu lawan bicara. Bukan berarti cewek engga melakukan hal-hal tersebut, melainkan mereka lebih subtle atau benar-benar tidak kentara.

Perbedaan antara wanita dan pria ini gue dapat dari buku Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps serta buku Men are from Mars and Women are from Venus

Buku ini bagus, karena menceritakan tentang perbedaan cara wanita dan pria dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kedua buku ini sepertinya udah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, so kalo lagi ke toko buku lokal, bisa elu cari kedua buku ini.

Hanya saja, kekurangan kedua buku ini, khususnya dalam hal relationship, keduanya masih mengacu kepada sistem masyarakat, dimana para wanita diberi value yang lebih tinggi.

Mereka ga mengacu kepada value system dalam dunia seduction, which is understandable, karena gue rasa penulis kedua buku ini bukanlah seducer. Nasihat-nasihat relationship yang dibeberkan di buku ini lebih bakal kepake kalo elu udah berada dalam hubungan yang stabil (menikah misalnya).

Terus kenapa body language sekarang perlu dipelajari lagi? Inget aja, kita hidup di masyarakat pemuja otak. Which means, kemampuan akademik dan analitik lebih banyak “disegani” dibandingkan kemampuan-kemampuan yang lebih bersifat insting atau naluri. Padahal, kemampuan pengenalan body language itu sangat penting, untuk karir maupun dalam kehidupan sosial.

Here’s the harsh reality : orang-orang yang menjadi businessman atau memiliki perusahaan, biasanya yang prestasi akademiknya sangat kurang. Mark Zuckerberg misalnya.

Dia memutuskan untuk berhenti dari Harvard, karena dia merasa Facebook bakal jadi the next big thing. Dalam arti, gut feeling dan intuisinya bekerja. Tapi tak cukup hanya dengan modal gut feeling aja tentunya. Setelah dia memfokuskan diri ke Facebook, dia bekerja lebih keras dari semua orang yang pernah elu kenal, bahkan mungkin dari para buruh panci atau buruh pabrik sweatshop.

He take the risk, and he DID IT. Elu-elu yang baca blog ini gue yakin pasti punya facebook, atau at least udah pernah denger tentang facebook. Dan sekarang Facebook jadi kambing hitam, selalu disalahkan sebagai penyebab utama produktivitas di kantor menurun.

Seringkali juga, orang-orang yang justru jenius malah disingkirkan karena mereka tidak mendapat prestasi akademik yang baik. Contoh : Albert Einstein yang ternyata disekolahnya dianggap bodoh.

Anyway, udah agak melenceng dari body language. Sekarang gimana caranya memanfaatkan body language? Kayak yang gue udah bilang berkali-kali, seduction is about continuous effort to build your better self. Banyak taktik di luar sana, dari Mystery Method, Juggler, Gunwitch, Sleazy dst.

Tapi semua metode outer game itu, ga akan berarti kalo inner game elu, yang mana inner game itu lebih ke apa yang terjadi dalam diri elu (seperti rasa percaya diri, believe system, congruency dan sejenisnya) masih belum fix.

However, ketika elu membenahi body language elu, efek yang bakal terasa sangat luar biasa. Terutama karena feedback yang dulunya elu terima dari orang sekitar terkesan biasa, tapi sekarang menjadi terkesan positif atau bahkan luar biasa.

Contohnya, ketika gue udah membenahi body language dan coba-coba peacocking a’la Mystery, salah seorang cewek sengaja nyegat gue khusus buat muji rambut gue. What the F. It’s true, it happened, and it’s awkward.

Sewaktu gue baru memulai hal ini, body language gue berantakan banget. Gue berjalan dengan kepala menunduk dan postur gue cenderung membungkuk. Ketika mentor gue mendatangi gue dan mengkritik postur gue tersebut alasan yang keluar dari gue “ini postur gue yang nyaman” atau “kalo ga ngeliat ke jalan di bawah ntar kesandung dong”

Kita selalu menolak perubahan, apalagi perubahan itu terkesan “menyerang” keadaan kita yang sekarang. Inilah yang bahaya. Akibatnya, postur yang gue miliki itu bertahan selama beberapa bulan sampai akhirnya gue tersadar sendiri ketika gue mulai membaca buku-buku mengenai Body Language.

Untuk ini gue sarankan buku-buku Allan Pease. Allan Pease mengeluarkan banyak buku dan bagi gue dia ini termasuk penulis yang oke. So buku-bukunya cukup worth it untuk dikoleksi.

Satu lagi buku yang cukup bagus, “I Can Read You Like a Book” oleh Gregory Hartley, yang merupakan mantan interogator professional yang bekerja di Angkatan Darat Amerika. Profesinya sebagai interogator menuntut dia agar memiliki kemampuan mendeteksi petunjuk-petunjuk yang sangat kecil dari bahasa tubuh subjek yang sedang diinterogasi.

Buku ini membosankan, karena terlalu teknikal dan banyak teori. Tapi pelajaran-pelajaran di dalemnya bener-bener keren. So, gue rekomen banget.

Nah diatas itu mengenai pengenalan body language. Tapi sekarang gimana dengan cara memperbaiki body language?

Rule of thumbnya : orang yang percaya diri selalu berpostur tegap, memandang lurus ke depan, berbicara dengan perlahan dan JELAS (tidak harus keras, tapi JELAS), tangan selalu bebas di bawah dan posisi kaki ketika berdiri selalu lebar.

Ada dua cara memperbaiki body language :
  1. inner to outer, yaitu elu memperbaiki inner game elu, rasa percaya diri elu, optimisme dan mood hati, maka semua itu akan terproyeksikan keluar di bahasa tubuh elu.
  2. outer to inner, yaitu elu memperbaiki body language elu terlebih dahulu, niscaya karena feedback positif dari sekitar elu, rasa percaya diri elu meningkat, mood membaik yang mana pada akhirnya akan mendongkrak hal-hal seperti optimisme diri elu.


Cara yang gue pakai adalah cara yang kedua. Pertama-tama ini latihan yang gue jalankan :

Pulpen/sumpit/pensil, taruh di mulutlu secara melintang ke dalam, sampai ke gigi gerahamlu dan gigit kuat-kuat. Latihan ini gue lakukan setiap hari, secara terus menerus. Nontstop, bahkan ketika gue kerja dan ketika gue di rumah. Udah banyak pulpen menjadi korban latihan gue.

Tapi satu keuntungan utamanya adalah, orang-orang di kantor yang suka minjem pulpen tanpa ijin jadi males asal comot pulpen gue karena udah terlumuri oleh ludah gue. lol.

Untuk postur sendiri, ini latihan yang gue lakukan : gue menempelkan punggung gue ke tembok, sampai belakang kepala gue juga menyentuh tembok tersebut, dan mencoba mempertahankan postur tersebut. Ya, memang awalnya berasa culun dan aneh, tapi ketika elu sudah terbiasa dan nyaman dengan postur tersebut, lama-kelamaan ini akan menjadi postur elu yang “default” dan nyaman bagilu.

Nah, lalu gimana dengan tonality? Ga banyak sih latian khusus yang gue lakukan. Cuma gue rutin berlatih storytelling sama temen-temen ngerokok gue. Jadi di kantor itu ada smoking area, dan kita selalu nongkrong di tempat yang sama. Awal-awal berasa malu-malu dan ragu-ragu kalo mau menyumbang cerita dan pendapat. Tapi lama-lama, seiring waktu gue jadi mendominasi percakapan.

Ada latihan yang disarankan oleh beberapa sumber, yaitu baca buku, kalo bisa buku cerita, bayangin elu mendongeng ke anak-anak, rekam suara elu. Terus playback ulang, dengarkan sendiri rekaman suara elu. Kalo elu sendiri engga ngerti elu ngoceh apa disitu, gimana dengan orang lain?

Ada satu program yang bagus di National Geographic, yang berjudul Dog Whisperer. Entah masih ada atau engga, tapi lu bisa lirik youtube channelnya.

Cesar Millan yang menjadi host show tersebut, dan dia mengatasi masalah-masalah para pemilik anjing. Entah dari anjing yang sangat agresif atau yang mengalami masalah-masalah lainnya. Apa yang dia selalu sampaikan adalah : sifat negatif anjing itu selalu berasal dari majikannya. Dan solusi yang dia berikan selalu ditujukan ke pemiliknya, bukan kepada anjingnya. Termasuk di dalamnya adalah body language para majikannya.

Show ini wajib tonton, terutama bagi yang pengen memperbaiki non-verbal communicationnya.

Edited Version

Versi lengkapnya DISINI, termasuk gambar dan ilustrasi penjelasan, serta latihan kecil-kecilan.

Spoiler for "JANGAN DIBUKA!":
Diubah oleh exorio 19-10-2014 11:38
0
14.3K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.