BAGHDAD- Kekerasan demi kekerasan terus terjadi di Irak, meskipun pasukan koalisi asing sudah keluar dari negara itu. Ada dugaan bahwa Al Qaeda mengendalikan kondisi di Negeri Seribu Satu Malam tersebut.

Serangan terbaru terjadi pada Minggu 13 Oktober 2013 yang menewaskan 42 orang. Tetapi jauh sebelumnya, banyak rangkaian serangan serupa yang menewaskan banyak orang.

Sejak awal September hingga Oktober ini, tercatat sekira 979 orang kehilangan nyawa mereka akibat rangkaian serangan di Irak. Sejak gelombang perlawanan militer 2008, jumlah kematian ini adalah yang tertinggi.

"Dilihat dari kondisi yang terjadi saat ini, seperti Al Qaeda yang menjalankan roda pemerintahan," ujar seorang pejabat Irak, seperti dikutip Associated Press, Senin (14/10/2013).

Sejak penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pada 2011, Al Qaeda membebaskan tahanan militan dengan menyerang penjara. Tahanan militan yang bebas tersebut, memiliki kemampuan merekrut pemuda Irak dan mendorong melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Irak.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah kevakuman negara tetangga, Suriah. Kondisi perang saudara yang terjadi di Suriah membuka peluang lebar pembentukan kembali kelompok militan Irak yang sebelumnya berkurang.

Menurut pihak Irak, Al Qaeda memimpin sekria 3.000 anggota militan di negaranya. Sekira 100 dari anggota militan itu dipersiapkan untuk melakukan misi bunuh diri.

Sementara pemimpin Al Qaeda Irak, Abu Bakr, diyakini telah memerintahkan belasan serangan dalam waktu sepekan. Hal tersebut ditujukkan untuk menimbulkan ketidakstabilan di Irak.