Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Titik Nol Tim Merah Putih
Pujian terus mengalir terhadap penampilan gemilang kesebelasan nasional Indonesia di bawah usia 19 tahun. Untuk pertama kalinya sejak tahun 1972, tim nasional Indonesia mampu mengalahkan kembali "Tim Ginseng" Korea Selatan.

Kemenangan 3-2 yang diraih hari Sabtu malam di Stadion Utama Senayan oleh tim asuhan Indra SJafrie merupakan prestasi yang spektakuler. Korea Selatan merupakan salah satu raksasa sepak bola Asia dan disegani di dunia. Mereka adalah juara bertahan untuk kelompok di bawah usia 19 tahun.

Dengan catatan prestasi yang begitu panjang, nyaris mustahil untuk bisa mengalahkan Korsel meski di Stadion Utama Senayan. Namun kemarin malam Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan menjadikan yang mustahil itu menjadi sesuatu yang bisa mereka lakukan.

Tidak tanggung-tanggung Evan tiga kali membobol gawang Korsel. Dengan permainan yang tidak pernah kata menyerah, mereka mempertahankan keunggulan itu sampai akhir pertandingan untuk memastikan diri lolos ke putaran final Piala Asia U-19 di Myanmar bulan Oktober tahun depan.

Keberhasilan tim asuhan Indra Sjafrie harus kita jadikan titik awal pembangunan kesebelasan nasional yang bisa kita andalkan. Inilah momentum bagi PSSI untuk membangun kembali kebesaran sepak bola Indonesia yang sejak tahun 1991 telah hilang.

Tantangannya adalah bagaimana membuat bibit yang baik ini bisa tumbuh di ladang yang subur? Kita harus menuntut klub-klub sepak bola yang ada untuk menjalankan pelatihan yang benar. PSSI harus bisa menjamin agar kompetisi yang digelar menjadi ajang untuk mengasah keterampilan sepak bola dari para pemain.

Tanpa itu semua maka bibit-bibit sepak bola yang baik ini tidak akan bisa berkembang secara optimal. Mereka tidak pernah bisa tumbuh sebagai pemain yang baik di kelompok usia di atasnya dan apabila itu tidak terjadi maka kita tidak akan pernah memiliki kesebelasan nasional yang bisa diandalkan.

Kita lihat saja sekarang persoalan yang dihadapi pemain seperti Evan. Pemain yang dibina oleh klub Mitra Surabaya belum tahu lagi nasibnya di klub. Mitra Surabaya yang pernah besar dulu, kini tidak lagi ikut dalam kompetisi Liga Super Indonesia.

Pelatih Indra Sjafrie tidak mungkin disuruh sendirian untuk membangun kesebelasan nasional Indonesia. Kita membutuhkan hadirnya sebuah sistem pembinaan yang memungkinkan pembinaan berjalan berkesinambungan.

Sistem pembinaan berjenjang inilah menjadi kunci keberhasilan negara-negara lain untuk membangun sepak bola mereka. Perancis, Inggris, Jerman, Spanyol dan juga negara-negara Amerika Latin bisa memiliki tim nasional yang disegani karena mereka melakukan pembinaan yang benar sejak usia dini dan itu berlanjut hingga tim senior.

Pengalaman kita selama ini, pembinaan terputus setelah melewati usia 19 tahun. Di zaman era kepimpinan Kardono, kita selalu berjaya di usia 16 dan 19 tahun. Di masa itu, kita pernah melahirkan pemain seperti Noah Maryen dan Theodorus Bitbit. Namun pemain yang cemerlang di usia yunior, prestasinya meredup saat memasuki usia senior.

Sementara di tahun 1970-an, kita pernah melahirkan bintang muda seperti Waskito, Abdul Kadir, dan Iswadi Idris di tingkat kompetisi yunior Asia. Mereka terus tumbuh sebagai bintang di tim senior dan itulah yang membawa Indonesia mencapai masa kejayaan sepak bola.

Apa yang menyebabkan dua pengalaman itu melahirkan hasil yang berbeda? Pembinaan yang dilakukan di klub serta kompetisi yang digelar PSSI. Setelah era tahun 1970-an, kita tidak pernah mengajarkan soal karakter kepada pemain. Akibatnya, para pemain terbawa oleh arus kehidupan yang sekadar mengejar materi dan akhirnya lupa untuk meningkatkan prestasi diri.

Kita tentu masih ingat tim Primavera yang dilatih di Italia dan menghasilkan pemain seperti Kurniawan Dwi Julianto. Pemain muda berbakat itu pudar prestasinya setelah dibanjiri oleh honor yang berlimpah dan kemudian tersandung kasus narkoba.

Pembinaan sepak bola yang berkelanjutan dan berkarakter, itulah yang harus kita upayakan bersama. Pemerintah harus turut serta membantu PSSI memikirkan dan menjalankan sistem pembinaan yang berjenjang, apabila kita ingin disegani sebagai negara sepak bola yang besar.

Apa yang diraih Evan Dimas dan kawan-kawan baru awal dari perjalanan mereka. Kita tidak boleh terlena oleh keberhasilan sesaat. Perjuangan mereka masihlah panjang dan tantangan ke depan jauh lebih sulit. Namun seperti apa yang bisa mereka lakukan hari Sabtu malam, semua itu bukan tidak mungkin diraih. Yang terpenting adalah kesungguhan dari semua kita untuk mau merealisasikannya.


0
2.2K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.