Untuk sekedar inpoh
Membangkitkan kesadaran tentang sesuatu demi kebaikan memang perlu adanya dilakukan. Tetapi hendaknya pun mempertimbangkan etika dan ‘kecocokan’ terhadap nilai yang ada di masyarakat.
Entah kapan dimulainya, per tahun kemarin gerakan “No Bra Day” yang diperingati setiap tanggal 13 Oktober dan banyak di populerkan melalui berbagai media sosial ini semakin lama semakin aneh dan lucu apabila diamati. Bagus sih misinya, mengingatkan terutama terhadap para kaum hawa akan kesadaran tentang bahaya kanker payudara. Sebuah kegiatan bermisi edukasi kesehatan yang dilakukan dengan cara yang ‘unik’ untuk mencuri perhatian kaum hawa. Dan kaum adam, tentunya ya?
Ajakannya sederhana. Tidak menggunakan bra,beha,kutang atau apapun sebutannya selama sehari penuh pada setiap tanggal 13 Oktober ini. Yang jadi pertanyaan, apakah hal ini pantas dilakukan?”
Standar kesopanan setiap orang tentu berbeda beda. Penerimaan tentang sesuatu hal , apakah itu pantas, tabu atau tidak dan cara pandang tentupun berbeda juga. Dan setiap orang berhak untuk mengemukakan pendapat mereka, dan juga menolak pendapat tersebut pada saat yang bersamaan. Itu adalah kebebasan berpendapat dan bersuara dan menyalurkan aspirasi didalam sebuah demokrasi.
Tidak ada debat disana. Tetapi standar yang berlaku di masyarakat umum relatif sama. Misalkan, seorang tidak akan bersendawa ataupun kentut ditengah sebuah ruang meeting yang penuh dengan orang lain. Apakah kegiata ”No Bra Day” ini harus diadaptasi secara ‘mentah’ dan sedemikian telanjangnya hanya karena itu unik atau bahkan keren karena berasal dari sana ketimbang dari sini ?
Pilihannya ada pada pemikiran masing masing. Apakah benar benar melakukannya karena pertimbangan awareness tentang kanker payudaranya sendiri, atau hanya ikut ikutan tapi gak ngerti maksudnya? Kalau pertimbangannya adalah sisi kesadaran, tentu jauh lebih banyak cara kreatif lainnya ketimbang sesuatu yang seperti ini. Tidak perlu mentah meniru atau mengikuti. Jadilah pionir, bukan pengekor.