kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Sejarah MRT Dimulai
Lama menjadi perdebatan, pembangunan mass rapid transport akhirnya dimulai dengan ditandai pengeboran pondasi pertama di Jalan Muhammad Husni Thamrin. Dimulainya pembangunan MRT di Jakarta merupakan sejarah besar bagi pembangunan sistem transportasi massal yang bisa diandalkan.

Kita belum mempunyai model sistem transportasi massal yang terintegrasi secara baik. Meski kota-kota metropolitan terus bermunculan mulai dari Medan, Bandung, Jakarta, Surabaya, Makassar, namun tidak ada satu pun yang berinisiatif untuk membangun sistem transportasi massal yang bisa diandalkan.

Tidak usah heran apabila kondisi kota-kota di Indonesia menjadi semrawut. Pertumbuhan penduduk dan mobilitas warga yang tinggi tidak didukung oleh sistem transportasi massal yang baik, tetapi dibiarkan warga menyelesaikan persoalan transportasi sendiri-sendiri.

Itulah yang membuat kota dipadati kendaraan pribadi baik itu mobil maupun motor. Kemacetan tidak terhindarkan karena jumlah kendaraan bermotor bertambah seperti deret ukur, sementara infrastruktur jalan bertambah seperti deret hitung.

Kita tidak mau belajar dari kota-kota lain di kawasan Asia Tenggara yang menyelesaikan persoalan kesemrawutan kota dengan transportasi massal. Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok lebih cepat menyelesaikan persoalan kemacetan yang terjadi dengan membangun sistem transportasi massal.

Dengan transportasi massal yang baik, maka segala aturan untuk menghambat pertambahan jumlah kendaraan bermotor bisa dilakukan. Singapura bisa menerapkan aturan "electronic road pricing" bagi kendaraan yang melewati jalan utama, karena masyarakat sudah diberi alternatif pilihan transportasi.

Investasi untuk pembangunan MRT memang mahal. Namun untuk jangka panjang, investasi itu akan menguntungkan. Ketika masyarakat sudah merasakan manfaat penggunaan transportasi massal, maka mereka pasti akan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Itu akan memberikan penghematan luar biasa kepada pengeluaran bahan bakar minyak.

Keuntungan lain dari kehadiran MRT adalah pembentukan budaya baru bagi masyarakat. Kita dipaksa untuk mau mengantre dan tepat waktu. Disiplin menjadi sesuatu yang harus melekat pada keseharian kita, karena kereta akan tiba dan berangkat dalam waktu yang cepat.

Wajah kota pun pasti akan berubah secara signifikan ketika MRT sudah selesai dibangun kelak. Stasiun-stasiun bawah tanah akan berkembang menjadi kawasan baru dan ini akan memengaruhi gaya hidup dari masyarakat Jakarta.

Itulah yang kita lihat di kota-kota besar dunia seperti New York, London, dan Tokyo. Kota-kota menjadi lebih hidup dan mobilitas masyarakat menjadi lebih tinggi. Stasiun-stasiun MRT menjadi tempat aktivitas baru dari masyarakat kota.

Pengeboran pondasi pertama pembangunan MRT jalur Lebak Bulus-Bundera Hotel Indonesia akan mendorong lebih cepat pembangunan jalur-jalur yang lain. Jakarta harus membangun jaringan yang bisa memudahkan masyarakat bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain.

Tentu menjadi pertanyaan, mengapa pembangunan transportasi massal seperti ini terlambat kita lakukan? Kalau saja pembangunan ini sudah kita mulai sejak dulu, pasti kita akan memiliki sistem transportasi yang lebih efisien.

Sejak zaman Orde Baru sebenarnya konsep pembangunan transportasi massal terpadu sudah coba dibuat. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan Muchtaruddin Siregar pernah ditunjuk sebagai kepala proyek dan sudah menyusun cetak biru pembangunan transportasi massal di Jakarta.

Namun kepentingan kalangan industri otomotif begitu kuat. Lobi yang mereka lakukan membuat pembangunan transportasi massal terus ditunda-tunda. Sampai kemudian krisis besar terjadi tahun 1998 dan kita kehilangan momentum untuk membangun sistem transportasi massal yang bisa diandalkan.

Baru sekarang pembangunan MRT bisa direalisasikan. Itu pun masih sempat terjadi tarik-ulur untuk memulainya. Lagi-lagi masalah biaya yang menjadi persoalan. Padahal pembangunan transportasi massal yang baik membutuhkan investasi yang tinggi dan kita tidak bisa hanya menghitung dari sekadar penerimaan dari tiket penumpang. Kita harus menghitung juga keuntungan yang lain seperti penghematan BBM, penghematan waktu, pembentukan kultur baru, sampai terbukanya daerah bisnis yang baru.

Tentunya lebih baik terlambat daripada kita tidak memulainya sama sekali. Tentunya sekarang kita bisa mengucapkan selamat datang kepada hadirnya sistem transportasi massal yang baru. Pembangunan MRT di Jakarta akan menjadi model bagi kota-kota besar lainnya di Indonesia untuk memiliki sistem transportasi yang sama.


0
3.9K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.