- Beranda
- The Lounge
Sukarelawan Penjaga perlintasan yang mengorbankan diri.
...
TS
bejocyber
Sukarelawan Penjaga perlintasan yang mengorbankan diri.
Quote:
Sukarelawan Penjaga Perlintasan KA Komarudin Terseret Seminung
Perlintasan kereta api tanpa pintu di Jalan K.H. Komarudin, Rajabasa, Bandar Lampung, kembali menelan korban. Minggu (22-9), sekitar pukul 06.15, dua korban meninggal di tempat kejadian dan satu luka-luka setelah tertabrak kereta api diesel (KRD) Seminung S-10 Jurusan Tanjungkarang—Kotabumi.
Korban meninggal yakni Mardalena Rusdi (37), warga Jalan Nusa Indah, Gang Indah, Enggal, Bandar Lampung; dan Ari Sahari (49), sukarelawan penjaga lintasan kereta api itu, warga Jalan Mawar Nomor 8, Sinarjati, Hajimena, Natar. Sementara korban luka adalah Anita Rahman (28), warga Jalan Cut Nyak Dien, Kaliawi, yang dirawat di RSUD Abdul Moeloek. Anita yang bekerja sebagai anggota Satpol PP Provinsi Lampung itu mengalami luka di bagian kepala, dahi, dan betis kaki kanan.
Saksi mata yang tinggal di pinggiran rel kereta api, Hardi, mengatakan sebelum kereta melintas, dua sepeda motor melaju dari arah lampu merah DAMRI menuju arah Natar. Setiba di perlintasan kereta, kedua sepeda motor mogok. Penjaga perlintasan, Ari Sahari, segera menolong kedua pengendara tersebut. Satu motor berhasil ditarik dan langsung melaju menyeberangi rel.
Sementara sepeda motor Yamaha Mio GT dengan nomor polisi BE-4331-BJ yang dikendarai Mardalena dengan membonceng Anita masih berada di tengah rel. “Pak Sari (Ari Sahari) terus berusaha menarik sepeda motor itu. Nah, separuh badan motor sudah keluar dari rel, kereta api lewat, ditabrak,” ujar Hardi.
Menurut Hardi, warga segera beramai-ramai menolong korban. Korban dibawa ke rumah sakit oleh mobil yang berbeda. Mardalena yang merupakan guru di Sekolah Perhotelan di Bandar Lampung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Ari Sahari dibawa ke Rumah Sakit Advent, dan Anita Rahman dilarikan ke RSUDAM Abdul Moeloek.
Sementara itu, paman Anita, Toyib, yang ditemui di RSUDAM, mengatakan keponakannya itu diajak Mardalena main ke rumah temannya di daerah Natar. Pagi-pagi, Mardalena sudah menjemput Anita ke rumah.
Humas PT Kereta Api Subdivre III.2 Tanjungkarang Muhaimin datang ke rumah korban Ari Sahari. Dia menyatakan belasungkawa atas kejadian yang menimpa penjaga rel sukarela ini. Menurut Muhaimin, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 lintasan kereta api K.H. Komarudin ini termasuk perlintasan tidak resmi. “Oleh sebab itu, saya imbau para penyeberang berhati-hati saat melintasi rel ini,” ujar dia. (RINDA MULYANI/RICKY P MARLY)
Quote:
Selamatkan Pemotor, Penjaga Perlintasan Kereta Tewas Ditabrak
BANDARLAMPUNG - Kecelakaan di perlintasan kereta kembali terjadi, kemarin (22/9). Tiga orang disambar Kereta Api Seminung, jurusan Tanjungkarang-Kotabumi di perlintasan Jalan H Komarudin, Kelurahan Rajabasa Raya, Kecamatan Rajabasa, Lampung, sekitar pukul 06.30 WIB. Akibatnya, dua orang tewas seketika.
Mereka adalah Mahdalena Rusdi, 37, warga Jalan Nusa Indah, Gg Nusa Indah, Kelurahan Enggal Tanjung Karang Pusat, Bandarlampung. Sedangkan satu korban lainnya adalah Ari Sohari, 49, warga Jalan H Mawar No.8 Kampung Sinarjati Dusun III, Hajimena, Natar, Lampung Selatan.
Ari merupakan penjaga perlintasan kereta tanpa pintu tersebut. Sementara korban selamat adalah Anita, 27, Warga Jalan Cut Nyak Dien, Gang Bungsu No. 4, Kelurahan Kaliawi Tanjung Karang Barat. Ia mengalami luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek untuk mendapat perawatan intensif.
Saksi mata, Hardi menuturkan, sebelum kejadian, dua pengendara motor Yamaha Mio Nopol BE 4331 BJ terjatuh di perlintasan kereta api. Melihat kejadian tersebut, Hari bermaksud untuk menolong pemotor tersebut. Setelah berhasil menolong seorang, Hari berusaha membantu korban lainnya. Namun, naas ketiganya malah disambar kereta.
“Mahdalena dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Polda Lampung, Ari dibawa ke rumah sakit Immanuel dan Anita dilarikan ke rumah sakit Abdul Moeloek akibat luka yang mereka alami,” bebernya. Hardi menambahkan, pengendara motor tersebut dari arah Rajabasa menuju Natar dan melewati persimpangan rel kereta api tersebut.
“Mungkin mereka tidak melihat adanya kereta yang mendekat. Padahal sudah diteriaki warga sekitar tapi tetap saja sehingga seperti itulah,” cerita dia Sementara, Kapolsekta Kedaton AKP. Yohanes Agustiandaru mengatakan, peristiwa naas itu berawal ketika dua orang mengendarai sepeda motor hendak menyeberang rel dari arah Rajabasa menuju Batara Nila. Pada saat bersamaan kereta api penumpang tujuan Kota Bumi melintas.
Saat itu petugas pintu perlintasan telah menghentuikan semua kendaraan yang akan melintas di rel itu. Namun saat itu keduanya tetap memaksa melintasi dan tersambar. Ros, 48, Bibi korban mengatakan, Anita Anita telah melarang Mahdalena untuk mengendarai sepeda motor. Karna Mahdalena belum pernah mengendarai sepeda motor di jalan raya. Namun, pada saat itu Mahdalena memaksa ingin mengendarai motor yang baru dibelinya itu.
Anita tidak kuasa untuk melarang Mahdalena untuk tidak mengendarainya. Setiba di perlintasan kereta api, semua pengendara telah berhenti petugas pun telah memberi aba-aba bahwa kreta akan lewat, namun tidak disangka Mahdalena malah tancap gas dengan waktu bersamaan kereta melintas dan menyambar keduanya. “Anita sudah melarang jangan melintas dulu karena kereta api akan lewat, tanpa pikir panjang Mahdalena malah tancap gas” kata Ros saat ditemui diruang paviliun kamar No 16 RSUDAM kemarin (22/9).
Pantauan Radar Lampung (INDOPOS Group) di Ruangan Paviliun kamar No 16, RSUDAM, terlihat lengan tangan kiri Anita masih menacap selang infus, selang oksigen masih terpasng di hidung korban Anita.
Kerabat serta kelurga ramai menjenguk, diketahui kondisi kesehatan anita hingga pukul 14.45 WIB, kemarin (22/9) telah stabil, Anita pun sesekali mengajak bibiknya bicara, meski kesehatan Anita telah stabil namun rasa sakit pada perutnya tidak bisa ia tahan. Sesekali jeritan itu terdengar. (feb/asy/cw10/jpnn)
Quote:
OBITUARIUM: Penjaga Perlintasan itu Telah Pergi
BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Rumah keramik berwarna cokelat itu tampak ramai, kemarin (22-9) pagi. Rumah di Jalan Mawar Nomor 8, Kampung Sinarjati, Dusun III, Hajimena, Natar, itu dipenuhi para pelayat.
Isak tangis istri, anak, dan keluarga mengiringi kepergian si pemilik rumah, Ari Sahari (49). Sari, sapaan akrab pria kelahiran 29 Maret 1964 itu, merupakan relawan penjaga perlintasan kereta api di Jalan K.H. Komarudin, Rajabasa, lebih dari 10 tahun. Sari berpulang di tengah upaya menyelamatkan pengendara di perlintasan itu.
Tidak akan lagi terdengar peringatan darinya kepada para pengendara yang melintas di rel kereta api tanpa pintu itu. Tidak ada lagi lambaian tangannya memberi tanda ada kereta yang akan lewat di perlintasan tidak resmi itu.
Sari memang bukan petugas resmi PT Kereta Api Tanjungkarang. Secara sukarela, Sari membantu para pengendara dan orang-orang yang melintas di rel tanpa pintu itu. Tidak heran, hampir semua warga di Jalan K.H. Komarudin, Rajabasa, Bandar Lampung, sampai Sinarjati, Hajimena, Natar, mengenal baik Sari.
Sari dikenal ramah sekaligus galak. Dia sangat ramah kepada para pelintas yang mematuhi aturan di perlintasan rel kereta api, tetapi tidak segan-segan menghardik pengendara yang menerabas saat kereta akan lewat.
Sari beberapa kali menyelamatkan para pengendara yang hampir ditabrak kereta. Pernah satu kali seorang pengendara mobil dimarahi Sari, tetapi pengemudi mobil itu bukannya marah, malah berterima kasih kepada Sari karena merasa diingatkan dan nyawanya diselamatkan.
Dulu sebelum ada petugas resmi di perlintasan itu, Sari menjaga rel perlintasan dari pagi sampai malam. Dua tahun belakangan, dia hanya menjaga pada siang hari, sementara malamnya dijaga petugas berseragam.
Kepergian Sari tidak hanya menyisakan sedih pada istri dan enam anaknya, tetapi banyak warga yang ikut berduka. Para pedagang di Pasar Tempel di Jalan K.H. Komarudin gempar. Peristiwa meninggalnya Sari terdengar dari mulut ke mulut. Beberapa ibu yang ingin belanja berhenti dan terperangah mendengar cerita kepergian Sari.
“Ya Allah, padahal suami saya sudah niat benar mau ngasih uang buat Pak Sari itu. Soalnya dia ngejaga benea kalau mobil kita lewat di perlintasan itu,” ujar seorang ibu yang menghentikan kegiatan belanjanya.
Puluhan sepeda motor dan beberapa mobil memenuhi jalan setapak menuju rumah Sari. Istri korban, Lilis Marlia (35 tahun), tidak kuasa berkata. Setiap melihat jenazah suaminya, Lilis meraung dan menangis.
Duka itu terlalu dalam bagi Lilis. Apalagi biasanya Sari tidak bertugas di hari Minggu. Namun, entah kenapa, pagi itu Sari berada di perlintasan kereta api dan pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Adik Sari, Adi Susanto, mengaku mendapat firasat. Malam sebelum kejadian, Sari meneleponnya meminta berkumpul di rumahnya, Minggu pagi pukul 07.00. "Sebelum pukul 07.00, saya malah sudah dapat kabar duka," kata Adi.
Kini, sang penjaga rel kereta itu sudah tiada, tetapi senyum dan jasanya akan tetap dikenang para pengendara yang kerap melintas di sana. (RINDA MULYANI/RICKY MARLY)
-sumber
ane salut sama orang seperti ini
Diubah oleh bejocyber 08-10-2013 01:53
0
3.4K
Kutip
14
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•84KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru