Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Masih Pentingkah Pancasila sebagai Ideologil
Tanggal 1 Oktober kita peringati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Kita setiap tahun memeringati hari di mana ada upaya yang ingin menyelewengkan ideologi dari bangsa ini. Paham komunisme kembali mencoba menggantikan Pancasila sebagai ideologi dari bangsa ini.

Kita tentu tidak bisa melupakan peristiwa 30 September, ketika tujuh jenderal TNI Angkatan Darat dibunuh pasukan tentara yang berhaluan komunis. Salah satu yang gugur pada malam itu adalah Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani.

Peristiwa berdarah yang terjadi pada 1965 seakan mengulangi gerakan Partai Komunis Indonesia pada 1948 untuk menggantikan ideologi yang dilahirkan Bung Karno. Itulah yang kemudian membangkitkan kesadaran warga bangsa ini untuk mengembalikan Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Kita selalu memeringati 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pertanyaannya, apakah kita dengan sungguh-sungguh menjadikan Pancasila sebagai pegangan hidup dari bangsa ini?

Begitu susah payahnya Bung Karno menggali Pancasila dari akar budaya bangsa Indonesia dan mahalnya Pancasila kita pertahankan, namun dalam praktik keseharian kita tidak menjadikan Pancasila sebagai ideologi dari bangsa ini. Praktik kehidupan yang terjadi di antara warga bangsa ini sangat jauh dari semangat gotong royong yang menjadi jiwa dari Pancasila.

Lebih ironis lagi ketika praktik itu tidak dijalankan oleh para pejabat negara. Bagaimana, misalnya, seorang menteri dalam negeri masih menjadi isu SARA sebagai dasar penilaian pengangkatan seorang pejabat daerah. Bahkan di Kementerian Pertanian isu SARA menjadi bagian dari kebijakan.

Anehnya, tidak pernah kita melihat teguran dari seorang Presiden terhadap menteri-menteri yang bersikap seperti itu. Padahal jelas sikap itu bertentangan dengan sila ketiga yang seharusnya menempatkan Persatuan Indonesia sebagai sesuatu yang penting.

Bung Karno ketika merumuskan demokrasi yang sebaiknya dijalankan di Indonesia, melihat bahwa demokrasi liberal bukanlah sebagai pilihan. Menurut Bung Karno, pilihan terbaik dari demokrasi Indonesia bukan didasarkan atas suara terbanyak, tetapi musyawarah mufakat.

Mari kita lihat, apakah penyelesaian politik yang kita jalankan sekarang ini masih menempatkan musyawarah untuk mufakat sebagai prinsip yang kita jalankan. Kita murni sekarang ini menerapkan demokrasi liberal, karena tidak ad persoalan bangsa ini yang diselesaikan dengan cara pemungutan suara.

Kita akan semakin prihatin kalau melihat bagaimana kita membangun hubungan di antara anak bangsa. Sikap kita seringkali jauh dari nilai kemanusiaan. Begitu mudahnya kita bersikap kasar terhadap saudara kita sendiri. Masyarakat Sampang misalnya, harus terusir dari tanah kelahirannya hanya karena dinilai berbeda keyakinan.

Padahal, sila kedua Pancasila menegaskan bahwa kita ingin membangun masyarakat yang menempatkan kemanusiaan pada posisi yang tinggi. Namun kita justru semakin jauh untuk menempatkan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pembangunan ekonomi yang terbentuk pun semakin jauh dari tujuan menciptakan kesejahteraan rakyat. Demikian pula penegakan hukum pun semakin jauh dari rasa keadilan. Padahal kita bersepakat untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Potret kehidupan yang berbeda jauh dengan semangat Pancasila sepantasnya menghardik kesadaran kita untuk kembali kepada ideologi Pancasila. Kita akan semakin jauh mencapai tujuan berbangsa dan bernegara apabila tidak memiliki pegangan hidup bagi seluruh bangsa.

Untuk itu berbagai peringatan berkaitan dengan Pancasila tidak cukup hanya menjadi acara seremoni semata. Harus ada kesungguhan untuk mempraktikkan prinsip-prinsip yang ada dalam Pancasil dalam kehidupan sehari-hari.

Semua ini hanya akan bisa terjadi apabila para pemimpin bangsa ini menjalankan Pancasila. Kita harus konsekuen untuk melaksanakannya, kalau tidak ingin ada ideologi lain yang menggantikan Pancasila. Ketika kita alpa untuk menjalankannya, kita pernah dua kali coba disusupi oleh ideologi yang lain.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila seharusnya membangun kesadaran akan itu semua. Kita harus percaya bahwa Bung Karno telah menggali dan merumuskan bahwa Pancasila-lah ideologi yang paling cocok untuk bangsa ini. Tidak boleh ada keraguan akan pentingnya Pancasila bagi bangsa ini. Kita tinggal diminta untuk menjalankannya dan tidak hanya menjadikan Pancasila sebagai hiasan bibir saja.


Diubah oleh kemalmahendra 04-10-2013 03:30
0
1.7K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.