- Beranda
- The Lounge
Taukah anda, ini lah handphone orang terkaya no 93 Indonesia
...
TS
PudinkLumut
Taukah anda, ini lah handphone orang terkaya no 93 Indonesia
Dengan kekayaan senilai 4T dan di posisi 93 terkaya di negeri ini, HP bagaimana yg agan ingin kan??
"Kisah Dua Ekor Bellagio"
Hari Sabtu hampir tengah malam itu saya sebenarnya bersiap begadang nonton bola. Tapi sebuah panggilan membatalkan rencana itu.
“Mas, besok subuh jam empat saya jemput ya” kata suara di seberang telpon.
“Ada apa Pak JTO?” Tanya saya ke pemilik suara.
“Abah mau nanya-nanya soal sosial media, kita cuma punya waktu sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Tangerang, senamnya jam 6 jadi kita harus nyampe SCBD jam 5”
Deg.
Saya tau pasti siapa yang dipanggil ‘abah’ itu. Penulis idola saya sejak kecil. Yang korannya selalu menjadi oleh-oleh terindah bapak saya setiap kembali dari keperluan dinas ke kabupaten. Di desa saya pertengahan tahun 80an, kios koran terdekat 10 km jauhnya.
Saya jadi lupa percakapan selanjutnya dengan dengan Pak JTO - inisial Joko Intarto - sang penulis buku “Akal Sehat Dahlan Iskan” itu. Saya cuma ingat, saya membatalkan begadang, tapi gagal tidur nyenyak.
---------
Pertemuan ini bukanlah yang pertama. Saya pernah bertemu 2 kali sebelumnya. Pertemuan pertama saya cuma melihat dari jauh. Pertemuan kedua saya sempat salaman. Tapi pertemuan subuh itu terlalu istimewa. Bukan karena sepanjang perjalanan saya duduk di samping seorang idola, tapi karena banyak pelajaran ‘mak jleb’ yang saya dapatkan. Yang paling bikin malu saya adalah teladan kesederhanaan.
Kesederhanaan dan kerendahan hati yang sungguh terlalu. Kedua pelajaran itu saya dapatkan saat melihat kedua handphone Pak Dahlan. Setelah saya menjelaskan soal social media, niatnya untuk mempunyai akun facebook jadi bulat: “Saya tidak mau memakai admin.” Subuh itu saya menyaksikan sendiri bagaimana bersemangatnya Pak Dahlan menjawab mention dengan pilihan kata-kata yang paling lucu. Social media ditangannya menjadi sangat personal dan akrab. Dari hati ke hati.
Jadilah kemudian 2 Blackberry Bellagio dipasrahkan ke saya, saya harus memindahkan koleksi foto lalu membuat akun facebook baru. Ah, saya merasa selevel dengan Najwa, host favorit yang dulu membuatkan akun twitter. Tapi begitu dua Bellagio itu pindah ke tangan, saya cuma bisa mendesis lirih dalam hati. “Subhanallah, keterlaluan kesederhanaanmu Pak” Lalu di luar sadar memasukkan Nexus saya ke saku.
Seharusnya saya memang tak perlu kaget melihat kondisi handphone Pak Dahlan. Dari buku “Dahlan juga Manusia” tulisan Siti Ita Nasiyah, saya membaca cerita tentang konglomerat media ini yang tidak mau punya handphone. Ketika anak buahnya lagi demam handphone pada akhir 90an, bos satu ini tetap tak mau pegang hp. Bikin repot katanya. Kalo perlu nelpon tinggal pinjam siapapun yang ada didekatnya.
Ketika sudah berhasil dibujuk memakai hp, hp itu dipakai sampai babak belur. Bahkan agar tetap berfungsi hp itu harus diikat dengan tali rafia. Seorang media mogul yang hpnya diikat tali rafia! Baru ketika menjadi Dirut PLN, terdengar kabar hpnya mulai canggih. Sebuah blackberry generasi baru. Itupun sepertinya karena memanfaatkan maksimal fungsi group Blackberry Messenger untuk menggelar rapat dengan pemimpin PLN seluruh indonesia. E-rapat itu digelar kapanpun dan dimanapun. Efektif, efisien, murah, dan praktis.
Ada 2 bellagio yang berpindah ke tangan saya. Bellagio pertama segera saya tahu adalah hp khusus untuk ber-twiteran, dan sebentar lagi ber-fb-an. Relatif ‘bersih’ dan ‘baru’ karena memang baru satu tahunan Najwa membuat akun twitter @iskan_dahlan.
Tapi yang bikin kaget adalah Bellagio kedua. Hp utama yang setiap saat dipakainya sebagai alat komunikasi. Kondisinya ‘tragis’. Tidak diikat tali rafia sih, tapi terasa lengket dan seperti ada bekas lem di permukaannya. Kayak ada stiker atau lakban yang pernah menempel disitu, kemudian dilepas. Handphone yang terasa tidak ‘pantas’ dipunyai seorang yang ada di rangking 93 orang terkaya di Indonesia. Tidak ‘cocok’ dipunyai pejabat yang membawahi perusahaan-perusahaan raksasa dengan total aset mencapai 3000 triliun.
Ternyata seperti inilah kondisi blackberry yang diceritakan dalam Manufacturing Hope 14 tentang betapa efisiennya rapat-rapat BUMN sekarang. (http://dahlaniskan.wordpress.com/201...makanan-kecil/). Juga handphone yang dipakai menulis ratusan CEO Notes dan Manufacturing Hope itu. Iya, saya tegaskan lagi, ternyata tulisan yang ditunggu-tunggu jutaan jamaah Dahlanis setiap senin pagi itu ditulis pake Blackberry!
Hmm, kenapa sedekil tetap dipakai ya? Pelit atau gimana sih?
Sekejap ‘tuduhan’ ini sirna beberapa saat setelah saya menyadari ada masalah di Facebook app Bellagio. Akun facebook.com/menteridahlaniskan tidak bisa mengupload foto! Dengan kikuk saya kemudian menyarankan untuk mengganti dengan Blackberry terbaru. Dengan enteng Pak Dahlan merespon.
“Waduh, kemaren saya ada dua, sudah saya kasih orang”
Gubrak!
-------
Benar kata Confucius. Hidup itu sederhana, kita yang ngotot membuatnya jadi rumit. Pagi itu saya belajar bagaimana membuat hidup tetap sederhana. Sekaya apapun kamu, setinggi apapun posisimu. Pelajaran itu saya dapatkan langsung dari pemilik dua Bellagio, yang pagi itu memakai kaos senam gratisan. Juragan koran yang membaca koran lalu menghentikan bacaannya karena menemukan iklan selamat ulang tahun untuk dirinya.
“Sangat tidak perlu” cetusnya.
Ah, Menteri yang satu ini memang ‘aneh’.
Spoiler for "HP":
"Kisah Dua Ekor Bellagio"
Hari Sabtu hampir tengah malam itu saya sebenarnya bersiap begadang nonton bola. Tapi sebuah panggilan membatalkan rencana itu.
“Mas, besok subuh jam empat saya jemput ya” kata suara di seberang telpon.
“Ada apa Pak JTO?” Tanya saya ke pemilik suara.
“Abah mau nanya-nanya soal sosial media, kita cuma punya waktu sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Tangerang, senamnya jam 6 jadi kita harus nyampe SCBD jam 5”
Deg.
Saya tau pasti siapa yang dipanggil ‘abah’ itu. Penulis idola saya sejak kecil. Yang korannya selalu menjadi oleh-oleh terindah bapak saya setiap kembali dari keperluan dinas ke kabupaten. Di desa saya pertengahan tahun 80an, kios koran terdekat 10 km jauhnya.
Saya jadi lupa percakapan selanjutnya dengan dengan Pak JTO - inisial Joko Intarto - sang penulis buku “Akal Sehat Dahlan Iskan” itu. Saya cuma ingat, saya membatalkan begadang, tapi gagal tidur nyenyak.
---------
Pertemuan ini bukanlah yang pertama. Saya pernah bertemu 2 kali sebelumnya. Pertemuan pertama saya cuma melihat dari jauh. Pertemuan kedua saya sempat salaman. Tapi pertemuan subuh itu terlalu istimewa. Bukan karena sepanjang perjalanan saya duduk di samping seorang idola, tapi karena banyak pelajaran ‘mak jleb’ yang saya dapatkan. Yang paling bikin malu saya adalah teladan kesederhanaan.
Kesederhanaan dan kerendahan hati yang sungguh terlalu. Kedua pelajaran itu saya dapatkan saat melihat kedua handphone Pak Dahlan. Setelah saya menjelaskan soal social media, niatnya untuk mempunyai akun facebook jadi bulat: “Saya tidak mau memakai admin.” Subuh itu saya menyaksikan sendiri bagaimana bersemangatnya Pak Dahlan menjawab mention dengan pilihan kata-kata yang paling lucu. Social media ditangannya menjadi sangat personal dan akrab. Dari hati ke hati.
Jadilah kemudian 2 Blackberry Bellagio dipasrahkan ke saya, saya harus memindahkan koleksi foto lalu membuat akun facebook baru. Ah, saya merasa selevel dengan Najwa, host favorit yang dulu membuatkan akun twitter. Tapi begitu dua Bellagio itu pindah ke tangan, saya cuma bisa mendesis lirih dalam hati. “Subhanallah, keterlaluan kesederhanaanmu Pak” Lalu di luar sadar memasukkan Nexus saya ke saku.
Seharusnya saya memang tak perlu kaget melihat kondisi handphone Pak Dahlan. Dari buku “Dahlan juga Manusia” tulisan Siti Ita Nasiyah, saya membaca cerita tentang konglomerat media ini yang tidak mau punya handphone. Ketika anak buahnya lagi demam handphone pada akhir 90an, bos satu ini tetap tak mau pegang hp. Bikin repot katanya. Kalo perlu nelpon tinggal pinjam siapapun yang ada didekatnya.
Ketika sudah berhasil dibujuk memakai hp, hp itu dipakai sampai babak belur. Bahkan agar tetap berfungsi hp itu harus diikat dengan tali rafia. Seorang media mogul yang hpnya diikat tali rafia! Baru ketika menjadi Dirut PLN, terdengar kabar hpnya mulai canggih. Sebuah blackberry generasi baru. Itupun sepertinya karena memanfaatkan maksimal fungsi group Blackberry Messenger untuk menggelar rapat dengan pemimpin PLN seluruh indonesia. E-rapat itu digelar kapanpun dan dimanapun. Efektif, efisien, murah, dan praktis.
Ada 2 bellagio yang berpindah ke tangan saya. Bellagio pertama segera saya tahu adalah hp khusus untuk ber-twiteran, dan sebentar lagi ber-fb-an. Relatif ‘bersih’ dan ‘baru’ karena memang baru satu tahunan Najwa membuat akun twitter @iskan_dahlan.
Tapi yang bikin kaget adalah Bellagio kedua. Hp utama yang setiap saat dipakainya sebagai alat komunikasi. Kondisinya ‘tragis’. Tidak diikat tali rafia sih, tapi terasa lengket dan seperti ada bekas lem di permukaannya. Kayak ada stiker atau lakban yang pernah menempel disitu, kemudian dilepas. Handphone yang terasa tidak ‘pantas’ dipunyai seorang yang ada di rangking 93 orang terkaya di Indonesia. Tidak ‘cocok’ dipunyai pejabat yang membawahi perusahaan-perusahaan raksasa dengan total aset mencapai 3000 triliun.
Ternyata seperti inilah kondisi blackberry yang diceritakan dalam Manufacturing Hope 14 tentang betapa efisiennya rapat-rapat BUMN sekarang. (http://dahlaniskan.wordpress.com/201...makanan-kecil/). Juga handphone yang dipakai menulis ratusan CEO Notes dan Manufacturing Hope itu. Iya, saya tegaskan lagi, ternyata tulisan yang ditunggu-tunggu jutaan jamaah Dahlanis setiap senin pagi itu ditulis pake Blackberry!
Hmm, kenapa sedekil tetap dipakai ya? Pelit atau gimana sih?
Sekejap ‘tuduhan’ ini sirna beberapa saat setelah saya menyadari ada masalah di Facebook app Bellagio. Akun facebook.com/menteridahlaniskan tidak bisa mengupload foto! Dengan kikuk saya kemudian menyarankan untuk mengganti dengan Blackberry terbaru. Dengan enteng Pak Dahlan merespon.
“Waduh, kemaren saya ada dua, sudah saya kasih orang”
Gubrak!
-------
Benar kata Confucius. Hidup itu sederhana, kita yang ngotot membuatnya jadi rumit. Pagi itu saya belajar bagaimana membuat hidup tetap sederhana. Sekaya apapun kamu, setinggi apapun posisimu. Pelajaran itu saya dapatkan langsung dari pemilik dua Bellagio, yang pagi itu memakai kaos senam gratisan. Juragan koran yang membaca koran lalu menghentikan bacaannya karena menemukan iklan selamat ulang tahun untuk dirinya.
“Sangat tidak perlu” cetusnya.
Ah, Menteri yang satu ini memang ‘aneh’.
0
16.6K
Kutip
129
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•84KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru