Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Black.Deneb.X4Avatar border
TS
Black.Deneb.X4
Cut Nyak Dien, Pejuang Perempuan Bernyali Singa

Berita / Sejarah
Kamis, 19 September 2013, Pukul 17:20 WIB
Cut Nyak Dien, Pejuang Perempuan Bernyali Singa
Meski sudah terpojok, pejuang yang masih keturunan Sultan Aceh ini menolak untuk menyerah.

Cut Nyak Dien, Pejuang Perempuan Bernyali Singa


Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan Aceh. Dari garis ayahnya, Cut Nyak Dien merupakan keturunan langsung Sultan Aceh. Ia menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga pada usia masih belia tahun 1862 dan memiliki seorang anak laki-laki.

Ketika Perang Aceh meluas tahun 1873, Cut Nyak Dien memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap. Setelah bertahun-tahun bertempur, pasukannya terdesak dan memutuskan untuk mengungsi ke daerah yang lebih terpencil. Dalam pertempuran di Sela Glee Tarun, Teuku Ibrahim gugur.

Kendati demikian, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan dengan semangat berapi-api. Kebetulan saat upacara penguburan suaminya, ia bertemu dengan Teuku Umar yang kemudian menjadi suami sekaligus rekan perjuangan.

Bersama, mereka membangun kembali kekuatan dan menghancurkan markas Belanda di sejumlah tempat. Namun, ujian berat kembali dirasa ketika pada 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur. Sementara itu, Belanda --yang tahu pasukan Cut Nyak Dien melemah dan hanya bisa menghindar-- terus melakukan tekanan.

Akibatnya, kondisi fisik dan kesehatan Cut Nyak Dien menurun, namun pertempuran tetap ia lakukan. Melihat kondisi seperti itu, panglima perangnya, Pang Laot Ali, menawarkan menyerahkan diri ke Belanda. Tapi Cut Nyak Dien malah marah dan menegaskan untuk terus bertempur.

Akhirnya Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan untuk menghindari pengaruhnya terhadap masyarakat Aceh, ia diasingkan ke Pulau Jawa, tepatnya ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pengasingannya, Cut Nyak Dien yang sudah renta dan mengalami gangguan penglihatan, mengajar agama. Ia tetap merahasiakan jati diri sampai akhir hayatnya.

Ia wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Sumedang. Makamnya baru diketahui secara pasti pada tahun 1960 kala Pemda Aceh sengaja melakukan penelusuran. Perjuangan Cut Nyak Dien membuat seorang penulis Belanda, Ny Szekly Lulof, kagum dan menggelarinya "Ratu Aceh".

(Agustinus Winardi. Sumber: angkasa.co.id)

http://nationalgeographic.co.id/beri...bernyali-singa


liat fotonya, langsung inget duit emoticon-Hammer2


Cut Nyak Dien, Pejuang Perempuan Bernyali Singa
0
4K
12
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.